☠︎ᴄ ʜ ᴀ ᴘ ᴛ ᴇ ʀ 23 - Jatuh dengan Sengaja

21.7K 1.1K 284
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kaf!" Dimas memukul pelan pundak Kafka, membuat lelaki yang sibuk melap lehernya yang basah oleh keringat langsung berbalik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kaf!" Dimas memukul pelan pundak Kafka, membuat lelaki yang sibuk melap lehernya yang basah oleh keringat langsung berbalik. Detik kemudian alisnya terangkat sebelah menatap penuh tanya.

"Zhea." Dimas menunjuk ke belakang dengan sedikit linglung, mengingat kejadian beberapa saat yang lalu.. "Zhea ada di sini ... dia datang sama Aletta. Tapi, pergi lagi, setelah lihat kamu pelukan sama Rubby," jelas Dimas setelah bisa menguasai perasaannya.

Tanpa berkata apa-apa, Kafka melempar handuk ke sembarang arah, dan berlari keluar gedung olahraga. Pandangannya mengedar di seluruh koridor dan halaman sekolah dengan harapan masih melihat keberadaan Zhea, tetapi tidak menemukan sosok Zhea. Dengan perasaan kacau, tak menentu Kafka kembali berlari keluar dari sekolah, dan menuju gerbang utama, tetapi tak menemukan siapa pun selain beberapa siswa dan satpam sekolah.

"Arghh!" Kafka mengacak seraya meremas rambutnya. Wajah lelah yang dipenuhi keringat, serta napas tidak beraturan menunjukkan lelaki itu sangat frustrasi.

Sedangkan di dalam ruangan, Rubby yang melihat Kafka meninggalkan ruangan tergesa-gesa langsung menghampiri Dimas, dan menodong Dimas dengan pertanyaan beruntun.

"Kafka mau ke mana? Kok dia terburu-buru?"

Dimas berdecap mendengar pertanyaan Rubby. "Kamu mau tahu, atau mau tahu banget?" jawabnya sedikit sinis. Entah mengapa perasaannya ikut sensitif menyaksikan pelukan tadi, ditambah Aletta ikut marah padanya.

"Jawab aja, ribet amat sih!" sentak Rubby kesal. Dua tangannya terlipat di dada. Menatap dengan bengis.

Dimas lantas mendekatkan wajahnya ke hadapan Rubby tanpa memutuskan tatapan mata. "Dia kejar pacarnya yang lagi marah karena lihat kamu pelukan. Paham sekarang?" Ujung bibirnya tertarik membentuk senyuman sinis, kemudian mendengkus pelan. "Mending kamu kejar Kafka, dan jelaskan sama Zhea kalau kalian tadi tidak sengaja," perintah Dimas terdengar tegas.

Namun, alih-alih menuruti, Rubby terdiam di tempat, memasang ekspresi datar. Tetapi, tidak dengan hatinya yang bersorak girang. Sebab, kejadian tadi tak ada dalam rencananya untuk membuat Zhea cemburu. Mengetahui Zhea datang pun, tidak. Hanya saja, keadaan sangat mendukungnya.

ELANG CAKRAWALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang