Berita kematian Elang Cakrawala, sudah menyebar ke seluruh media. Baik televisi, maupun media koran. Meski tidak semua mengenal sosok Elang, tetapi cukup membuat skandal atas kematiannya yang disebabkan tembakan.
Terlebih penggunaan pistol di kalangan masyarakat tentunya sangat ilegal.
Dalam waktu singkat, polisi sudah mencari Kafka untuk dimintai keterangan. Namun, begitu polisi sampai di kediaman Kafka, pria yang dicari itu sudah tidak ada. Menyisakan kedua orang tua yang terlihat syok dan tidak percaya.
Polisi juga sempat mendatangi sekolah yang membuat seisi sekolah gempar. Apalagi berita tersebut sudah sampai di telinga para siswa.
"Kamu yakin, Kafka pelakunya?" Seorang gadis cantik yang mengintip di balik pilar bersama teman-temannya ikut berbisik.
"Tapi di X jelas banget loh, itu Kafka."
Gadis lainnya tampak menghela napas berat, merasa tak yakin dengan berita tersebut. Rekam jejak Kafka sebagai kapten basket sangat baik. Bahkan mendapat sebuah julukan pria green flag.
"Aku gak percaya sih. Kafka gak mungkin kaya gitu. Aku yakin ada sabotase masalah ini," ujarnya, dan membuat teman-temannya yang lain ikut menoleh.
"Coba deh kita temui anak basket. Semoga saja mereka bisa menyelamatkan Kafka. Demi apapun aku gak rela, cowok green flag kita kena masalah," ucap cewek berambut kuncir dua dengan nada lebay.
***
Setelah beberapa lama tertidur, Rubby akhirnya terbangun. Perlahan-lahan mata bulatnya terbuka dan beberapa kali mengerjap menyesuaikan cahaya lampu.
Setelah beberapa saat, gadis itu akhirnya benar-benar sadar, dia masih berada di rumah sakit. Pandangan pertama yang dilihat pun, dialah membuat Rubby terlonjak kaget dari tempatnya berbaring.
"Kafka?" seru Rubby tidak percaya.
Dia kembali mengucek bola matanya, demi memastikan penglihatannya. Namun, ternyata benar. Sosok yang berdiri di samping tempat tidurnya memang Kafka, pria yang sangat disukai.
"Kamu sudah bangun?" Suara Kafka terdengar berat, dan Rubby hanya mengangguk kaku tanpa berbicara.
"Sudah lama aku menunggumu bangun," ucap Kafka kemudian, lalu terdiam beberapa saat. Tatapannya pun, mulai berubah sendu, seolah penuh rasa bersalah.
"Maaf, Rubby. Maaf aku ...." Kafka menunduk. Hawa panas mulai menyeruak di wajah Kafka.
"M-maaf kenapa?" Rubby ikut merasa takut dengan perkataan Kafka.
"Aku minta maaf. Demi Tuhan, aku tidak pernah bermaksud melakukan itu. Aku ... berada di bawah tenakan."
Kening Rubby semakin berkerut. "Apa maksud kamu, Kaf? Jangan buat aku takut ...."
Kafka masih menunduk. Kedua tangannya mengepal kuat. Dia sangat takut mengungkapkan kebenaran kepada Rubby.
"Bisa aku memelukmu?" Entah mengapa bibirnya justru berkata itu.
Tentu saja, hal itu disambut Rubby dengan senang hati. Meskipun di dalam hatinya masih berbalut kebingungan.
Tanpa buang waktu, Kafka langsung memeluk tubuh mungil Rubby. Seluruh rasa bersalahnya menyeruak sampai akhirnya dia tak bisa lagi menahan bulir bening yang sudah meleleh.
"Maaf, By. Maaf sekali lagi," ucap Kafka mengiba. "Jika suatu hari kamu membenciku. Tidak masalah. Aku ikhlas."
Rubby terdiam, dia berusaha mencerna teka teki yang mulai mengacaukan pikirannya.
"Aku gak bisa lama-lama. Ada hal yang harus aku sampaikan sama kamu ...," ucap Kafka terdengar penuh keraguan.
Setelah mengusap air matanya, Kafka melepaskan pelukannya, lalu memegang kedua pundak Rubby.
![](https://img.wattpad.com/cover/339534390-288-k633265.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANG CAKRAWALA
Ficção AdolescenteFOLLOW DULU BARU BACA🔪 Follow IG: @astrisd_official FB: Author Astrisd *** "Ternyata lo masih perawan. Gue pikir perempuan seperti lo seperti sampah jalanan!" ujar Elang sarkastis. *** "Sama seperti slogan gang motormu. Darah dibayar darah. Nyawa d...