"Kaf, kamu percayakan sam-" Belum sempat Rubby menyelesaikan perkataannya, lelaki tampan yang sedari tadi hanya diam bak patung, tiba-tiba berdiri dari tempatnya duduk.
"Aku butuh waktu, By. Jangan terus memaksaku untuk percaya di saat perasaanku sendiri sedang kacau. Aku gak mau salah langkah, dan mempertaruhkan hubunganku sama Zhea."
Setelah berkata, Kafka melangkah keluar dari kamar Rubby. Hanya kesuaraman yang nampak di wajah Kafka, niatnya pun tetap ingin mengejar Zhea, meminta penjelasan tanpa ada siapa pun yang mengganggu. Mereka, sudah pernah berjanji, apa pun keadaannya komunikasi harus diutamakan.
"Kaf! Kafka!" Rubby berlari mengejar langkah Kafka yang sudah berada di pertengahan tangga. "Kaf, tunggu," panggilnya berulang kali. Rubby terlupa jika beberapa saat yang lalu dia sempat mengeluh tak bisa jalan.
"Kaf! Kini gadis cantik itu sudah berdiri di hadapan Kafka sambil merentangkan tangan. "Dengerin aku, Kaf. Zhea gak sebaik yang kamu kira. Aku yang kenal Zhea. Aku yang satu sekolah dengan Zhea dulu. Aku juga tahu Zhea kekasih Kakakku." Rubby menjelaskan sambil menunjuk-nunjuk dirinya sendiri.
Kafka mendongak ke atas seraya menghela napas berat. Sesaat kemudian dia menatap Rubby, dengan pandang lelah. "Aku capek, By. Capek sekali." Kafka memukul dadanya untuk menunjukkan rasa lelahnya yang luar biasa. "Aku gak peduli Zhea itu mantan Kakakmu, aku gak peduli! Semua orang punya masa lalu, bahkan aku sendiri!" ujar Kafka setengah membentak.
Kepala Kafka rasanya ingin pecah menghadapi masalah pelik yang tak ada hentinya, ditambah lagi tekanan dari luar yang seolah melarangnya untuk menjalin hubungan dengan Zhea.
Mata Rubby nampak berkaca-kaca mendengar kata-kata Kafka. Namun, Kafka tidak lagi menunjukkan simpati.
"Kali ini saja, By, jangan halangi aku. Aku gak mau hubunganku dengan Zhea berantakan. Aku cinta sama Zhea. Aku gak mau kehilangan Zhea," ungkapnya tegas, meskipun suaranya terdengar pelan."Lantas bagaimana dengan Kakakku? Kakakku juga mencintai Zhea. Kam-"
"Kakakmu hanyalah masa lalu Zhea," sela Kafka, lalu menatap ke lain arah. "Aku yang jelas memiliki hubungan dengan Zhea. Tapi, jika Kakakmu ingin bersaing, tidak masalah. Aku siap bersaing!" imbuhnya lagi.
Kafka lantas melangkah melewati Rubby yang hanya bergeming di tempat. Tanpa Kafka sadari, tangan Rubby mengepal kuat hingga tubuhnya terlihat gemetar.
"Kaf, bagaimana kalau Zhea tidak seperti yang kamu duga! Zhea sudah pernah menghab-"
"Aku gak peduli, By. Seperti yang aku katakan tadi, aku juga punya masa lalu!" Kafka menjawab dengan lantang tanpa menoleh sedikit pun.
Setelah itu, Kafka benar-benar pergi meninggalkan rumah yang besarnya bak istana dengan arsitektur mewah. Kafka berharap di luar sana masih ada Zhea, tetapi saat langkahnya sampai di luar. Tak ada siapa pun di luar. Spontan Kafka memukul udara, lalu menarik rambutnya dengan kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANG CAKRAWALA
Ficção AdolescenteFOLLOW DULU BARU BACA🔪 Follow IG: @astrisd_official FB: Author Astrisd *** "Ternyata lo masih perawan. Gue pikir perempuan seperti lo seperti sampah jalanan!" ujar Elang sarkastis. *** "Sama seperti slogan gang motormu. Darah dibayar darah. Nyawa d...