"Maaf ya, Ayah, jadi nungguin."
Bima tersenyum sembari mengusap surai Reina putrinya yang baru saja masuk ke dalam mobil. Menoleh ke belakang Reina mendapati Rora adiknya yang tertidur pulas membuat gadis itu tersenyum.
"Rora tidur dari tadi, Ayah?"
"Iya, katanya capek habis ada ulangan dua mata pelajaran sekaligus." Jelas Bima sembari fokus menyetir. "Kamu sendiri gimana, putri Ayah ada keluhan?"
"Kelas aku hari ini santai banget, Ayah. Mungkin karena baru masuk lagi setelah liburan semester, jadi banyak jam kosongnya."
Reina terus bercerita dengan Bima sang Ayah yang selalu menjadi pendengar yang sempurna. Memiliki tiga putri membuat Bima benar-bebar bersyukur karena mereka semua tumbuh dengan begitu baik.
Sekalipun hidup dalam kesederhanaan ketiga putrinya tidak pernah menuntut lebih. Karena itu Bima dan Marsya istrinya selalu berusaha untuk menjadi orang tua yang bisa mereka andalkan. Bagaimanapun menjadi rumah yang nyaman untuk putri-putri mereka adalah sebuah kewajiban yang harus keduanya bangun.
"Sore, Bunda..."
Marsya tersenyum menyambut kedatangan putrinya yang baru saja pulang. Membiarkan Reina mencium pipi dan memeluknya yang tengah sibuk menyiapkan makan malam.
"Mandi dulu, habis itu kita makan malam sama-sama. Adik kamu mana?"
"Lagi di bangunin sama Ayah, biasa Rora tidur selama perjalanan, Bun." Reina melirik pelan pada nugget yang baru saja Marsya siapkan di atas piring. Menyomotnya satu sebelum beranjak masuk ke dalam kamar.
"Reinaaa..."
"Apa sih, Kak Arin? Cuma satu ini, enggak bakalan habis. Itu masih banyak."
"Hiiih, kebiasan deh!"
Marsya hanya menggeleng sembari tersenyum saat mendengar suara Arin yang tidak terima akan ulah adiknya. Rumah memang terasa ramai jika putri-putrinya sudah berkumpul seperti sekarang.
Arin si sulung yang sudah masuk kuliah semester empat memang jarang di rumah. Menyisahkan Reina dan Rora yang juga selalu meramaikan rumah setiap hari. Tapi jika sudah bertambah dengan Arin maka keramaian rumah juga semakin terasa. Tiga saudara perempuan yang tidak pernah absen untuk berdebat, saling rusuh dan suka menjaili satu sama lain.
🍂°°°🍂
Sehandara sampai di rumah saat langit sudah menampakkan warna yang mulai gelap. Jarak rumah Kakaknya yang sekarang dia tinggali cukup jauh dengan sekolah barunya. Mungkin selanjutnya dia akan mencari jalan yang lebih cepat supaya tidak memakan waktu saat berangkat ataupun pulang. Masih harus beradaptasi dan mengenal lingkungan barunya jadi membuatnya sedikit lumrah untuk semua itu.
"Gimana, Han? Nyaman sama sekolah barunya?"
Arbiyan sang kakak menyambut kedatangan Sehandara yang baru saja masuk ke dalam rumah. Laki-laki itu sudah duduk di meja makan dengan Asyila istrinya yang tengah menatap beberapa makanan di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
S E A N D A I N Y A ✔
FanfictionKita memilih untuk mengukir cerita bersama. Berjalan beriringan di antara dinding kokoh yang menjulang. Seandainya beda tidak di antara kita. "Janji untuk hidup lebih baik dan terus bahagia ya, Sehandara?" _ Reina "Kamu juga harus janji untuk terus...