Sehandara tersenyum saat melihat Reina yang baru saja turun dari mobil. Kelegaan hatinya kembali menyeruak saat kembali bisa melihat Reina yang semalaman penuh membuatnya khawatir bahkan sulit untuk tertidur.
Syukulah karena gadis itu baik-baik saja dan kembali bersekolah seperti biasanya.
"Reinaaa,"
Janie sedikit heboh saat melihat Reina masuk ke dalam kelas. Memeluk erat seperti biasanya seolah telepati kerinduan karena beberapa hari Janie harus terpaksa duduk sendirian. Benar-benar kesepian dan membosankan karena tanpa ada Reina yang selama ini menjadi tempat berbagi apapun.
"Aku udah khawatir kalau kamu bakalan enggak masuk lagi. Syukur deh, kalau kamu udah sembuh."
Reina hanya tersenyum. Tidak seperti biasanya, gadis itu lebih banyak diam kali ini. Bahkan sama sekali tidak menimpali kehebohan Janie yang biasanya sering kali Reina lakukan.
"Janie, hari ini ada tugas enggak? Kalau ada kasih tahu, biar aku kerjain sekarang."
Janie sedikit mengingat-ingat sebelum menggeleng. "Enggak ada, aman. Tapi ada tugas kelompok untuk presentasi minggu depan. Kita satu kelompok, sama Cakra dan Sehandara juga."
Bersamaan dengan nama Sehandara yang Janie sebut. Kedua mata hazel milik Reina juga langsung mengarah pada Sehandara yang baru saja memasuki kelasnya. Tersenyum tipis padanya sebelum duduk tepat di hadapan Reina seperti biasanya.
Reina sedikit canggung kali ini. Mengingat kejadian kemaren sore yang membuat Sehandara menjadi sandaran Reina saat gadis itu tengah menangis. Bahkan memeluknya erat tanpa keraguan sedikitpun hanya untuk menenangkannya yang tengah dibalut kerapuhan.
"Jangan bengong, Reina. Kenapa sih? Kamu enggak kayak biasanya. Cerita dong."
Reina menggeleng pelan dengan senyum tipisnya. Jika saja sanggup maka Reina akan bercerita pada Janie apa yang sebenarnya terjadi padanya. Tapi untuk sekarang cukup dirinya sendiri dan keluarganya saja yang tahu tentang kondisinya yang sama sekali tidak lagi sama seperti Reina yang dulu.
"Cuma perasaan kamu aja, Janie. Emang apa yang aneh? Enggak ada kan?"
Janie tertawa pelan saat Reina memajukan wajahnya hingga membuatnya langsung memundurkan kepala. Menatap Reina cukup lama membuat Janie tetap merasakan ada yang berbeda dari sahabatnya itu. Tapi sayangnya Janie tidak juga mendapatkan jawabannya.
🍂°°°🍂
"Cakra, jangan cuma tinggal beres ya. Kamu juga harus ngerjain, walaupun dua butir soal doang. Ingat ya, presentasi itu jatuhnya nilai kelompok. Jangan sampai nilai kelompok kita jelek gara-gara tingkah tengil kamu."
Sehandara dan Reina sama-sama diam walaupun harus menahan tawa saat Janie sudah mengomeli Cakra yang sejak tadi begitu santai. Janie memang paling juara kalau soal menegur dan berujung omelan. Sekalipun Cakra adalah temannya yang kebal kuping.
KAMU SEDANG MEMBACA
S E A N D A I N Y A ✔
FanfictionKita memilih untuk mengukir cerita bersama. Berjalan beriringan di antara dinding kokoh yang menjulang. Seandainya beda tidak di antara kita. "Janji untuk hidup lebih baik dan terus bahagia ya, Sehandara?" _ Reina "Kamu juga harus janji untuk terus...