Baca part sebelumnya kalau lupa, hehe (JANGAN LUPA VOTE & KOMEN)
🍂°°°🍂
"Janie, Tante titip Reina ya. Maaf, kalau Tante ngerepotin kamu."
Janie kembali mengingat wajah Marsya yang sama sekali tidak bisa menyembunyikan rasa khawatir yang terus berkecambuk memenuhi hati kecilnya sebagai seorang ibu setelah Reina positif mengidap Leukemia. Sekeras apapun mencoba untuk terlihat tegar, tapi dia terus menangis secara diam-diam.
Janie tentu saja bisa merasakan kesedihan itu. Hatinya juga sakit saat tahu kondisi Reina yang sekarang.
"Ngelamun terus kamu, kenapa? Sakit?"
Janie menggeleng pelan saat punggung tangan Kafa menyentuh keningnya. Dia khawatir karena sejak tadi Janie terus-terusan melamun. Lebih banyak diam tidak seperti biasanya.
"Enggak mau cerita sama aku?"
Janie tersenyum tipis pada Kafa. Dia sudah berjanji pada Reina untuk tidak memberitahu siapapun tentang kondisinya. Jadi tidak mungkin jika Janie harus bercerita pada Kafa tentang perasaannya yang tengah tidak baik karena memikirkan Reina.
"Cuma perasaan kamu aja, Kafa. Aku enggak apa-apa kok, beneran!"
Hanya mengangguki kecil apa yang Janie katakan. Kafa juga tidak ingin memaksanya walaupun masih khawatir dengan sikap Janie yang tidak seceria biasanya.
"Kelas sebelas ngadain Camping, kamu sama Reina ikut, kan?"
Janie mengangguk. Kembali mengingat bagaimana antusias Reina untuk ikut yang sangat berbanding terbalik dengan Janie karena mengkhawatirkannya.
"Ini cuma Camping biasa, Janie, dan hanya tiga hari aja. Enggak perlu khawatir, aku enggak akan kenapa-napa. Kamu juga udah janji kan, buat enggak bersikap berlebihan hanya karena aku positif Leukemia."
Kafa menyentuh pundak Janie lagi saat melihatnya kembali melamun. Namun tatapan gadis itu justrus terus mengarah pada Reina yang tengah sibuk menempel pernak-pernik mading dengan teman-teman sekelasnya yang lain.
"Kamu enggak lagi berantem sama Reina, kan?"
Janie kali ini tertawa pelan saat melihat ekspresi wajah Kafa yang mengira jika dia tengah bertengkar dengan Reina. "Apa sih, Kafa? Kok jadi mikirnya kayak gitu?"
"Ya aneh aja. Kamu terus-terus ngelamun dari tadi. Terus enggak biasanya kamu di sini, Reina malah asyik di sana. Kalian kan selalu nempel satu sama lain, jadi aneh aja kalau jauh-jauhan kayak gini."
"Ck! Dasar!" Janie mencubit pelan pipi Kafa yang hanya tersenyum. "Mana ada aku sama Reina berantem? Enggak ada. Aku di sini karena emang lagi pengen duduk di sini aja. Reina emang lagi sibuk ngurus mading, dia kan ketua eskul mading. Lagian kalau aku ikut sibuk sama dia, emang kamu bakalan mau nyamperin aku kayak gini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
S E A N D A I N Y A ✔
Fiksi PenggemarKita memilih untuk mengukir cerita bersama. Berjalan beriringan di antara dinding kokoh yang menjulang. Seandainya beda tidak di antara kita. "Janji untuk hidup lebih baik dan terus bahagia ya, Sehandara?" _ Reina "Kamu juga harus janji untuk terus...