"Jangan lupa minum obat dan vitaminnya tepat waktu ya, Reina."
Marsya berulang kali mengatakan hal yang sama. Dia juga mengecek kembali tas bawaan Reina untuk memastikan memang tidak ada yang tertinggal. Terlebih obat-obatan dan vitamin yang harus Reina minum.
"Kalau ada apa-apa, langsung hubungi Ayah atau Bunda ya, Sayang."
Marsya memeluk tubuh Reina dengan kecupan hangatnya yang beberapa kali mendarap pada kening putrinya. Reina hanya akan melakukan kegiatan Camping sekolah, tapi rasanya apa yang Marsya lakukan teramat berlebihan seperti ini. Seolah harus melepas Reina untuk pergi jauh darinya dalam waktu yang lama.
"Ada Janie, ada beberapa panitia, dan guru yang ikut bertanggung jawab di sana. Bunda sama Ayah enggak perlu khawatir, Reina akan baik-baik saja di sana."
Jika keadaannya tidak sakit seperti sekarang. Mungkin Marsya dan Bima akan tenang tanpa harus memikirkan sesuatu yang berlebihan. Tapi nyatanya keadaan Reina tidak lagi sama seperti dulu.
"Kak Reina kalau malam ke inget aku, sebut nama aku aja ya. Pasti bakalan kangen karena enggak ketemu aku selama tiga hari."
Rora tiba-tiba juga memeluknya. Walaupun tengah mengejeknya tapi wajah sendunya itu tetap terlihat. Sesering apapun keduanya saling rusuh satu sama lain. Tapi tetap saja akan ada momen seperti ini jika harus berpisah satu sama lain. Rumah pasti akan terasa sepi jika salah satu dari mereka tidak ada.
"Kebalik. Kamu yang bakalan kangen sama kak Rein. Kan kamu yang sering pergi ke kamar kakak kalau lagi enggak bisa tidur."
Reina menekan-nekan hidung Rora berulang kali dengan telunjuknya. Kali ini adiknya sama sekali tidak protes, justru semakin erat memeluknya.
"Udah pelukannya. Ayah udah nungguin di depan." Arin menarik Rora perlahan. Giliran dia yang menagkup pundak Reina sembari melangkah bersama menuju teras depan. Bima Ayahnya sudah menunggu di dalam mobil untuk segera mengantarkannya.
"Ingat pesan kakak kemaren ya, Rein, jangan sampai kamu kelelahan. Apapun itu yang buat kamu senang lakuin aja, asal kamu juga bisa jaga diri baik-baik."
Reina tersenyum tipis dengan anggukannya. Selain memiliki adik yang bisa diandalkan, Reina juga memiliki sosok Arin yang selalu menjadi kakak kebanggaannya.
🍂°°°🍂
Bebera Bus yang di sewa sudah berjajar rapi di pelataran sekolah. Mobil Bima hanya bisa berhenti di depan gerbang. Karena itu dia hanya turun sebentar untuk mengantarkan Reina.
"Makasih ya, Ayah."
Reina berulang kali memeluk Bima. Dia masih mengatakan hal yang sama karena bagimana pun Bima sempat tidak memberinya ijin untuk mengkuti kegiatan Camping. Jadwal kemonya bahkan harus di undur karena sebenarnya dia harus melakukannya besok.
KAMU SEDANG MEMBACA
S E A N D A I N Y A ✔
FanfictionKita memilih untuk mengukir cerita bersama. Berjalan beriringan di antara dinding kokoh yang menjulang. Seandainya beda tidak di antara kita. "Janji untuk hidup lebih baik dan terus bahagia ya, Sehandara?" _ Reina "Kamu juga harus janji untuk terus...