"Dokter Herman sudah menjadwalkan Kemoterapi untuk kamu mulai besok. Enggak perlu khawatir ya, Reina, Ayah sama Bunda akan temenin kamu."
Reina menatap pada kalender di atas meja belajarnya. Satu bulan pertama akan ada dua jadwal Kemoterapi yang harus dia jalani. Ragu dan takut adalah satu hal yang saat ini begitu memeluknya.
"Bukankah ini masih sangat awal, Reina? Akan ada banyak hal buruk yang bakalan terus terjadi."
Butiran air mata Reina meluruh begitu saja. Mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri, tapi bayangan buruk justru semakin menyesakkannya. Sempat membaca dan mencari tahu tentang penyakitnya membuat Reina benar-benar masih tidak percaya jika dia bisa terkena penyakit separah itu.
"Kak Rein,"
Kedua tangan Reina langsung mengusap air matanya saat mendengar suara Rora yang baru saja memanggilnya. Adiknya itu sudah berdiri di ambang pintu kamarnya dengan kedua tangan yang memeluk kotak besar entah berisi apa.
"Apa?"
Reina menatap pada Rora yang sudah tersenyum lebar di hadapannya. "Kak Rein lupa? Dua hari lagi kan Ayah ulang tahun, jadi seperti biasanya. Perayaan kecil buat Ayah."
Reina tersenyum dengan perasaan yang sedikit menguar rasa bersalah. Dia terlalu larut dengan kesedihannya sendiri sampai-sampai harus melupakan hari ulang tahun Ayahnya yang bahkan tidak pernah sedikitpun Reina lupakan selama ini.
"Kak Arin enggak bisa pulang lagi, jadwal kuliahnya lagi padat. Tapi tenang aja, Kak Rein, Kak Arin bakalan luwangin waktu buat VC."
Rora sudah menaiki kasur milik Reina. Membuka kotak berisi pernak-pernik hiasan perayaan ulang tahun untuk Ayah mereka yang sempat Rora beli kemaren bersama dengan Arin kakaknya.
"Kamu sama Kak Arin udah beli kado buat Ayah?"
Rora mengangguk antusias dengan tangan yang kali ini menunjukkan kotak kado berwarna biru pada Reina.
"Aku sama kak Arin pilih ini, kita jadiin satu aja kak Reina. Jadi ini kado buat Ayah dari kita bertiga."
Rora menatap pada Reina dengan senyum cerianya yang sama sekali tidak luntur. Mencoba mengenyahkan perasaan Reina kakaknya pasti merasa bersalah karena kali ini hampir melupakan ulang tahu Ayahnya. Atau bahkan sama sekali tidak bisa ikut berbelanja dan memilih kado untuk Ayah mereka.
"Aku tidur sini ya, Kak Rein? Enggak apa-apa, kan?"
Reina mengangguk tanpa penolakan sedikitpun. Rora pasti sangat merindukannya yang belakangan ini begitu tertutup dan lebih banyak menyendiri.
"Maafin kak Rein," Reina membalas pelukan Rora yang sudah tertidur di sampingnya.
🍂°°°🍂
Sehandara menatap lewat kaca ruangan Tata Busana yang biasanya di pakai untuk kegiatan seni asah kemampuan para murid SMA Cempaka. Ruangan itu berada di dekat kantin, Sehandara sengaja menghentikan langkahnya tepat di depan pintu masuk saat sempat melihat Reina memasuki ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
S E A N D A I N Y A ✔
FanfictionKita memilih untuk mengukir cerita bersama. Berjalan beriringan di antara dinding kokoh yang menjulang. Seandainya beda tidak di antara kita. "Janji untuk hidup lebih baik dan terus bahagia ya, Sehandara?" _ Reina "Kamu juga harus janji untuk terus...