Marsya tidak berhenti mengusapi penuh lembut wajah Rora yang sudah tertidur. Kedua matanya kentara membengkak karena terus menangis. Dia tidak sengaja melukai perasaan Reina walaupun apa yang Rora maksud adalah niatan baiknya untuk kesembuhan kakak keduanya itu.
Reina sendiri sangat menyesali sikapnya yang membuat Rora harus salah paham. Menganggapnya marah dan tersinggung dengan ucapannya tadi. Padahal jauh dari semua itu, Reina hanya tidak ingin membagi kesakitannya. Cukup dia yang merasakan kesakitan tanpa harus mengorbankan keluarganya. Terlebih Rora yang memiliki keinginan untuk menjadi pendonor sumsum tulang belakang hanya untuk kesembuhannya.
"Putri Ayah kenapa belum tidur?"
Reina langsung mengusap air matanya walaupun sudah terlanjur di lihat oleh Bima yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya.
"Ayah juga belum tidur."
Bima tersenyum dengan tangan yang mengusap pelan kedua bahu putrinya. Reina tidak pernah bisa menyembunyikan kesedihannya. Dan itu sangat terlihat jelas oleh Bima yang begitu tahu apa yang tengah Reina rasakan.
Bima tentu saja tidak ingin membuat Reina semakin bersedih. Bagaimanapun kondisinya belum sepenuhnya stabil karena baru saja pulang dari rumah sakit.
"Sudah malam, ayo istirahat. Ayah akan temani sampai putri Ayah yang hebat ini tertidur." Reina tersenyum tipis saat Bima menarik selimutnya hingga sebatas dada.
"Terimakasih, Ayah." Bima hanya mengangguk pelan dengan tatapannya yang terus mengarah pada Reina yang mulai memejamkan kedua matanya. Dan seperti apa yang baru saja Bima katakan, dia benar-benar menemani putri keduanya itu hingga terlelap. Tangan hangatnya juga tidak berhenti mengusapi tangan Reina yang sejak tadi digenggamnya.
Sayangnya Bima kembali tidak bisa menahan gemuruh hatinya yang kembali terhimpit. Semakin menatap lama pada Reina yang sudah tertidur, semakin sulit untuk menahan air matanya agar tidak terjatuh.
"Ayah tidak akan berhenti untuk meminta pada Reina. Putri Ayah harus sembuh, Reina harus sembuh ya, Nak?"
🍂°°°🍂
Sarapan pagi terlihat kembali lengkap. Sayangnya beradu keheningan dengan diamnya Reina ataupun Rora yang tidak seperti biasanya keduanya akan selalu memecahkan suasana. Sepertinya kejadian kemaren sore memang masih membekas pada keduanya.
"Rora, tadi pagi Kak Reina—" Marsya ingin memberitahu jika Reina sudah menyiapkan bekal untuknya. Namun Rora lebih dulu beranjak dari kursinya setelah menyelesaikan sarapannya.
"Kak Arin jadi anterin Rora ke sekolah, kan?"
Reina kembali menarik tangannya yang baru saja akan memberikan kotak makanan untuk adiknya. Tersenyum hambar saat Rora sama sekali tidak menatapnya. Padahal dia sudah berniat untuk meminta maaf pada Rora karena tanpa sengaja sudah melukai perasaannya kemaren.
KAMU SEDANG MEMBACA
S E A N D A I N Y A ✔
Fiksi PenggemarKita memilih untuk mengukir cerita bersama. Berjalan beriringan di antara dinding kokoh yang menjulang. Seandainya beda tidak di antara kita. "Janji untuk hidup lebih baik dan terus bahagia ya, Sehandara?" _ Reina "Kamu juga harus janji untuk terus...