S E A N D A I N Y A ✔- 21

336 65 33
                                    

Sehandara merebahkan tubuhnya dengan perasaan yang masih di balut rasa kekhawatiran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sehandara merebahkan tubuhnya dengan perasaan yang masih di balut rasa kekhawatiran. Terus memikirkan Reina walaupun gadis itu sudah membalas pesannya. Memberi kabar jika dia baik-baik saja.

Reina bahkan langsung memintanya untuk pulang setelah dia mengantarkannya sampai rumah. Padahal Sehandara masih ingin menemaninya dan memastikan keadaannya yang entah kenapa tiba-tiba saja mimisan saat mereka di Danau sore tadi.

"Reina, Sayang..."

Marsya berulang kali mengetuk kamar mandi Reina yang masih terkunci. Sejak pulang tadi dia langsung masuk ke dalam kamarnya. Dan sekarang dia sudah terlalu lama di dalam kamar mandi, Marsya hanya takut jika kejadian sebelumnya harus terulang lagi.

"Reina?" Marsya langsung mengusap wajah Reina dengan kedua tangannya saat putrinya itu sudah keluar dari dalam kamar mandi. Dia tidak salah saat mendapati wajah pucat Reina yang terlihat begitu jelas.

"Maaf ya, Bunda. Reina lagi enggak enak perut."

Marsya berharap jika Reina tidak membohonginya. Reina bahkan terlihat tengah memeluk perutnya dengan kedua tangan.

"Reina salah makan sesuatu atau bagaimana?" Marsya mengambil minyak di dalam laci saat Reina sudah merebahkan tubuhnya pada kasur. Dengan pelan dia mengusap perut putrinya dengan baluran minyak untuk meredakan rasa sakitnya.

"Masih terasa sakit?"

"Udah mendingan, kayaknya Reina masuk angin."

Reina kali ini merutuki dirinya sendiri. Sebenarnya bukan sakit perut atau masuk angin yang tengah dia rasakan. Tapi gadis itu berusaha untuk menutupi sakitnya yang beberapa jam lalu kembali kambuh. Lama di dalam kamar mandi karena berusaha untuk menghentikan mimisannya yang terus keluar.

"Miring sedikit ya, Sayang. Bunda mau balurin punggung kamu juga." Marsya masih begitu telaten mengusapi punggung Reina dengan minyak. Semenjak putrinya sakit, dia selalu mendapati beberapa memar yang menghias di tubuh Reina. Karena itu Marsya berusaha untuk hati-hati saat menyentuhnya.

"Reina yakin hanya masuk angin? Bukan salah makan atau yang lain?"

"Enggak Bunda. Reina enggak jajan yang aneh-aneh, Reina kan bawa bekal."

Marsya tersenyum samar. Dia memang benar-benar memperhatikan pola makan Reina semenjak sakit. Putrinya yang mulai rutin kemoterapi dan melakukan pengobatan tidak boleh mengonsumsi makanan dan minuman sembarangan. Karena itu juga Marsya berusaha membawakan bekal untuk Reina setiap hari.

"Maaf ya, Sayang. Mungkin masakan Bunda juga yang buat kamu jadi sakit kayak gini."

Reina langsung menggeleng. Dia kembali menyakiti perasaan Bundanya karena terus menutupi kebohongannya. Dia benar-benar menyesal karena harus berbohong seperti ini.

🍂°°°🍂

Hari minggu seperti biasanya, Reina dan keluarganya pergi ke Gereja bersama. Kali ini lengkap karena ada Arin juga yang kebetulan pulang kemaren.

S E A N D A I N Y A ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang