"Dor!"
"Roraaa!!"
"Kak Reinnn!" Rora menjulurkan lidahnya setelah berhasil mengagetkan Reina yang baru saja masuk ke dalam mobil. Marsya dan Bima menjemput keduanya setelah pulang dari rumah sakit.
"Bunda, tukeran dong. Rora pasti habis ini tidur, pegel kalau disandarin sama dugong!"
"Ih, enak aja kalau ngatain!" Reina tertawa karena wajah Rora yang sudah memberengut kesal. Tidak ada waktu yang tidak diisi dengan keramaian keduanya yang sama-sama jahil.
"Bunda akan duduk di tengah-tengah kalian. Siapa saja yang mau tidur, boleh bersandar sama Bunda."
Apa yang baru saja Marsya katakan langsung disambut pelukan erat dari Reina dan Rora pada kedua lengannya. Membuat Bima hanya tersenyum menatap pada ketiganya sebelum kembali fokus melajukan mobilnya ke arah pulang.
"Tuh, kan... udah langsung tidur aja. Dasar bayi gedhe." Reina menyentil pelan hidung Rora yang sama sekali tidak terusik.
"Syutt! Biarin adik kamu tidur, kamu suka banget jailin adik sendiri."
Reina terkekeh pelan saat Marsya menatapnya. "Momen, Bunda. Biar Rora makin kangen kalau nanti jauhan sama aku."
Hati kecil Bima mencelos saat mendengar apa yang baru saja Reina katakan. Hingga kembali kedua matanya memanas saat beradu pandangan dengan Marsya lewat kaca spion mobil yang menggantung di atasnya.
"Oh iya, maaf ya Bunda, Ayah... aku tadi enggak bisa ikut ke rumah sakit. Gimana hasil pemeriksaannya, enggak ada yang perlu dikhawatirin kan?"
Sama-sama terdiam namun pada akhirnya Marsya mengusap pelan wajah Reina dengan gelengan kecil yang sebenarnya menunjukkan jawaban yang sebaliknya.
"Kita bahas itu nanti ya. Bunda lihat kamu capek banget, kamu tiduran aja di sandaran Bunda."
Reina tersenyum tipis tanpa mengatakan apapun hingga tertidur dalam rengkuhan peluk Marsya yang kali ini terus menatapnya tanpa beralih sedikitpun.
"Kalian tidak bisa menutupi semua ini pada Reina. Cepat atau lambat dia akan tahu bagaimana kondisinya yang sebenarnya."
Marsya menengadah hanya untuk menahan air matanya yang sudah menumpuk. Rasa sesak yang semakin terasa benar-benar tidak bisa di tahan hingga memeluk erat tubuh Reina adalah pilihan terakhirnya sekalipun semakin membuatnya dipeluk kekalutan.
🍂°°°🍂
"Reina, minggu kemaren Pak Bagas belum mendapat nilai praktek kamu untuk materi bola Basket. Bapak kasih waktu tiga puluh menit untuk latihan, Sehandara yang akan bantu kamu karena minggu kemaren nilai praktek dia yang paling bagus."
Reina mengangguk begitupun dengan Sehandara yang mulai berdiri dengan bola Basket yang sudah di pegangnya.
"Pelan-pelan aja, Rein. Fokus sama satu titik, yang terpenting juga kamu enggak ragu-ragu saat lempar bolanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
S E A N D A I N Y A ✔
FanfictionKita memilih untuk mengukir cerita bersama. Berjalan beriringan di antara dinding kokoh yang menjulang. Seandainya beda tidak di antara kita. "Janji untuk hidup lebih baik dan terus bahagia ya, Sehandara?" _ Reina "Kamu juga harus janji untuk terus...