bab 9

106 5 1
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu

Ketemu lagi nih sama aku di bab ini, gimana bab sebelumnya seru gak semuanya? Seru lah ya pasti itu. Kalo di beb sebelum-sebelumnya ada yang taypo mohon maaf ya.

Selamat membaca

***

Di sepanjang perjalanan menuju rumah Gus Aidan, tidak ada percakapan antara mereka hanya hening. Pastinya Hira sekarang merasa sangat aneh dma canggung, dan yah cukup gerogi, bahkan keringat ya bercucuran. Padahal ase di dalam mobil di nyalakan.

" Gus ada tisu? " Tanya Hira

" Ada sebentar ya sayang " jawab Gus Aidan

Hah apa ini? Seorang Gus Aidan sejak kapan menjadi seperti ini? Wah sudah tidak dingin lagi nih. Aduhhhh mana senyum-senyum sendiri lagi pas nulis astagfirullah.

" Ini tisunya sayang " ucap Gus Aidan sambil menyerahkan selembar tisu di tangannya

" Ma-makasih Gus " ucapan hira dan mengambil tisu dari tangan suaminya

Hira mengelap keringat di wajahnya dengan tisu. Dan yah dia terus melihat ke lair jendela menatap langit malam yang nampak indah dan tenang.

" Kenapa kamu terus melihat ke luar habibati? Apakah Habibi mu ini kalah indahnya dengan langit malam? " Ujar Gus Aidan

Astagfirullah kenapa Gus Aidan malah seperti ini? Jujur gak kuat, gak kuat. Huaaaaaaaaa baper.

Hira memejamkan matanya sejenak sebelum membalas kata Gus Aidan barusan. " Maksudnya gimana Gus " tanya Hira

" Apakah langit malam itu jauh lebih indah dari pada Habibi mu hmm? Apakah saya tidak ganteng Hira? " Ujar Gus Aidan

" Gus ganteng kok, cuma Hira mau liat lahir malam aja Gus. Langit ya sekarang cantik " ucap Hira

" Iya cantik kayak kamu " ucap Gus Aidan tersenyum namun tatapannya tetap ke jalan

" Hah apa Gus, Hira gak dengar " tanya Hira

" kamu tau bedanya kamu sama bintang di langit Hira? " ujar Gus Aidan

" Gak emangnya apa Gus? " Tanya Hira

"Bintang di langit mungkin tak terhitung, tapi kaulah satu-satunya bintangku. Orang mungkin memimpikan mimpi, tapi hanya kamu yang aku impikan " ujar Gus Aidan

Hira dia memalingkan wajahnya ke salah jendela mobil menyembunyikan wajahnya yang merah tomat. Tak terasa mereka sudah sampai di rumah Gus Aidan, rumah yang tampak rapih dan minimalis, Gus Aidan masuk dan mereka langsung menuju kamar mereka.

" Rumahnya rapih banget Gus, gua yang bersihin sendiri? " Tanya Hira

" Enggak Hira mana mungkin, saya membersihkan rumah 2 lantai ini sendirian. Setiap hari ada bibi yang membersihkan rumah ini sayangku, cintaku " ujar Gus Aidan

" Ohh " Hira hanya ber oh ria untuk menyembuhkan rasa saltingnya

Kini Hira sedang menuju kemari yang di tunjukkan oleh Gus Aidan, untuk menaruh baju ya.

" Sudah sayang, biar saya saja yang membereskannya. Kamu mandi dulu sana " perintah gus Aidan

" Tapi Gus "

" Gak ada tapi-tapian sayang "

" Huh ok "

Kini Hira sedang menuju kamar mandi dengan membawa salah satu bajunya, sebagai ganti baju yang dia kenakan nanti. Hira mandi hanya sekitar 15 menit saja, dan keluar dan yah pemandangan yang biasa Hira dapat adalah sang suami yang sedang duduk di depan komputer tak lupa bersama kacamatanya yang bertengger di hidungnya. Hidung mancung, rahang tegas, alis yang tebal wajah yang putih bersih serta rambut yang sedikit berantakan. Membuat penampilan ya menjadi sangat maa syaa Allah tabarokallah.

Jujur saya yang nulis tidak kuat. Ini sudah senyum-senyum sendiri, ya Allah.

" Sudah selesai mandinya sayang? " Tanya Gus Aidan

" Sudah Gus "

" Ya sudah sekarang kamu tidur duluan, saya harus mengecek dokumen ini dulu "

" Saya tunggu Gus ya aja ya "

" Jangan kamu tidur aja, gak boleh begadang "

" Gus larang Hira gak boleh begadang, tapi Gus sendiri begadang. Gimana sih. Ya udah lah, pokoknya kalo Gus begadang Hira juga mau begadang "

" Ya udah, gak jadi ayo tidur "

Kini Meraka sudah berbaring di ranjang, dengan Hira yang membelakangi Gus Aidan. Dan Gus Aidan dia memeluk sang istrinya dari belakang.

" G-gus "

" Kenapa sayang "

" Tangannya bisa pindah gak Gus? "

" Hmm? "

" Tangannya "

" Saya mau kayak gini sayang, boleh ya "

Dan Hira haya mengangguk kan kepalanya saja. Dan yah mereka tertidur dengan Gus Aidan yang memeluk istrinya dari belakang.

***

Baik bab ya sampai di sini dulu ya semuanya, semoga kalian suka dan terhibur ya sama.cerita aku ini. Kalo ada yang taypo mohon maap ya

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatu

mas lauhul Mahfudzku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang