bab 17

59 2 0
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu

Ketemu lagi nih sama aku di bab ini. Gimana bab sebelumnya? Seru gak semuanya? Seru lah ya. Kalo misal nanti ada yang taypo mohon maap ya, namanya juga manusia. Ya udah Tanpa berlama-lama lagi

Selamat membaca semuanya

***

Kini sudah 2 hari berlalu, dan Hira masih saja ngambek pada suaminya. Gus Aidan sudah mengikuti saran dari umi Zahra, namun tidak berhasil.

Saat ini Hira sedang rebahan sambil main Instagram. Saat tengah asik bermain Instagram. Tiba-tiba ada yang lewat di fyp Hira, mengenai hukum seorang istri marah kepada suami, sampai mendiamkannya.

Dikutip dari Dalam Islam, marah terhadap suami merupakan perilaku yang dapat mendatangkan murka Allah SWT. Membentak atau memarahi suami termasuk ke dalam jenis dosa besar dalam Islam sebab suami adalah orang yang harus dipatuhi dan dihormati. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW juga mengatakan jika sangat tinggi kedudukan suami untuk istrinya.

"Seandainya saya bisa memerintahkan seorang untuk sujud pada orang lain, pasti saya perintahkan seorang istri utk sujud pada suaminya." (HR Abu Daud, Al-Hakim, Tirmidzi)

"Dan sebaik-baik istri yaitu yang taat pada suaminya, bijaksana, berketurunan, sedikit bicara, tak sukai membicarakan suatu hal yg tidak berguna, tak cerewet serta tak sukai bersuara hingar-bingar dan setia pada suaminya." (HR. An Nasa'i)

Sebagai manusia biasa, suami pun bisa berbuat salah, dan memang seorang istri seharusnya dapat menasihati dan mengingatkan suami dengan cara yang baik, komunikasi yang baik, bertutur kata lembut, dan mengusahakan untuk tidak menyinggung perasaan suami.
Jika istri tidak boleh marah pada suami, maka apakah istri boleh memilih diam dan melakukan silent treatment? Journal Communication Monographs menemukan bahwa silent treatment digunakan baik oleh pria maupun perempuan untuk menghentikan perilaku atau kata-kata pasangannya, dan bukan untuk memancing amarahnya. Sebenarnya, hukum istri mendiamkan suami pada dasarnya dibolehkan jika dalam rangka menasihati dan menghindari pertengkaran yang sia-sia.

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: "Tidak halal bagi seorang muslim untuk memboikot saudaranya lebih dari 3 hari. Siapa yang memboikot saudaranya lebih dari 3 hari, kemudian dia meninggal maka dia masuk neraka,". (HR Abu Daud 4914)

Dalam hukum istri mendiamkan suami, sebaiknya silent treatment ini tidak dilakukan berlama-lama. Tentunya, Moms perlu komunikasi untuk menyelesaikan masalah.
Rumah tangga tanpa komunikasi, apalagi diisi dengan amarah akibat pertengkaran, tentunya tidak akan diliputi keberkahan.Bila Moms sudah merasa tenang, segeralah ajak suami berbicara untuk mencari jalan keluar dan lakukan komunikasi dengan baik, sambil memberi nasihat terbaik untuk kesalahan yang sudah dilakukan suami. Karena hukum istri mendiamkan suami diperbolehkan, ada baiknya Moms melakukan itu ketika sedang dalam puncak pertengkaran. Setidaknya, ini untuk terhindar dari masalah pertengkaran yang parah.

Selain hadits di atas, Rasulullah SAW juga mengatakan dalam hadits lain perihal hukum istri mendiamkan pada suami. Apabila suami dibentak, dimarahi, atau didzolimi, bidadari-bidadari surga akan sangat murka pada istri yang memarahi suaminya tersebut.

Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang istri menyakiti suaminya di dunia, tetapi istrinya dari kelompok bidadari bakal berkata, "Janganlah engkau menyakitinya. Semoga Allah memusuhimu. Dia (sang suami) hanyalah tamu di sisimu; nyaris saja ia bakal meninggalkanmu menuju pada kami" (HR. At-Tirmidzi)

Dalam hadits yang sudah dijabarkan di atas, jelas istri tidak boleh marah pada suami sampai membentak.
Untuk itu, gunakan hukum istri mendiamkan suami. Ini diperbolehkan berdasarkan Islam sekaligus Moms bisa memenangkan diri terlebih dulu. Apabila Moms merasakan kemarahan yang tidak bisa ditahan, alangkah lebih baik menenangkan diri dulu dengan mengucapkan istigfar dan memohon ampun pada Allah SWT. Setidaknya dengan beristigfar, hati akan menjadi lebih tenang.

Sumber:https://www.orami.co.id/magazine/hukum-istri-mendiamkan-suami-dalam-islam

Hira pun termenung, mengigat dia sempat membentak suaminya. Dan menaikkan nada bicaranya. Kini Hira di liputi rasa bersalah, ingin langsung meminta maaf, namun dia merasa gengsi. Tapi di sisi lain dia tidak berdosa, apalagi mendapatkan murka Allah. Alhasil Hira pun keluar kamar, mencari sang suami namun tidak ada. Akhirnya Hira bertanya kepada salah satu asisten rumah tangga, kemana perginya suaminya.

" Bi, liat Gus Aidan gak? Saya cari di mana-mana kok gak ada ya bi? " Tanya Hira

" Tuan lagi pergi ke supermarket non. Katanya ada yang mau di beli "

" Owh gitu ya bi, ya udah makasih bi " ucap Hira lalu pergi ke ruang tamu

Hira terus melihat jam, kenapa suaminya sangat lama? Hira sudah ingin sekali bertemu. Seperti ini lah Hira, saat di liputi rasa bersalah. Sangat cemas, dan ingin menemui orang itu dengan cepat. Tak lama pintu terbuka, menampilkan Gus Aidan yang berada di ambang pintu. Hira berlari ke arah sang suami, dan langsung memeluknya.

" Sayang kenapa? Ada apa? " Tanya Gus Aidan bingung, bagaimana tidak? Sudah 2 hari dia di cuekin oleh sang istri. Sekarang dia malah di peluk erat.

" Gus maafin Hira ya. Hira waktu itu ngebentak Gus hiks. Hira takut nanti Allah murka sama Hira hiks. Jadi maafin Hira ya Gus. Jadi Hira mohon maafin Hira hiks " ucap Hira sambil mengais sesegukan

" Sayang udah jangan nangis. Mas maafin kamu kok. Udah ya, jangan nagis habibati. Nanti cantiknya ilang loh " ucap Gus Aidan sambil mengelus punggung sang istri

" Malah sempet - sempetnya ngegombal. Hira serius Gus hiks " ucap Hira kesal

" Iya sayang, mas maafin. Udah jangan nagis. Ini mas bawa jajan, kita makan sambil nonton kartun favorit kamu. Udah jangan nangis hayati " ucap Gus Aidan, sambil membawa sang istri menuju makar mereka. Karena Gus Aidan tidak ingin di ganggu oleh siapapun. Ada-ada aja nih kita satu ini

Sesampainya di kamar Gus Aidan, menyalakan televisi dan memutar kartun kesukaan sang istri, si kembar yang botak. Setelah selesai Gus Aidan, menghampiri sang istri, memeluknya dari samping dan mencium keningnya. Gus Aidan membuka belanjaannya tadi, ada aneka senek, cimol, cilok, Sempol, batagor, dan masih banyak lagi.

Memang niat nih kayaknya Gus Aidan, mana jadi ngiler lagi. Udah malem, ya Allah sabar....

Gus Aidan pun memberikan apa yang dia beli tadi kepada sang istri. Hira menerima dengan senang hati, apa yang telah suaminya belikan. Entah tau dari mana suaminya itu, Kalau dia suka sekali jajan. Memang dalam hidup Hira, jajan adalah suatu keharusan. Rasanya hidup ini terasa hampa tanpa jajan. Siapa di sini yang sama kayak Hira? Aku aku ☝️🤭.

" Gus beli semua ini di mana? " Tanya Hira

" Masih pakai Gus aja kamu sayang, ganti dong. Emang sampai kapan kamu bakal panggil saya dengan sebutan Gus? Kita udah nikah sayang " bukan malah menjawab apa yang istrinya tanyakan, Gus Aidan malah protes soal panggilan istrinya terhadapnya.

" Ya terus? Harus panggil apa? Hira gak tau " jawab Hira

" Panggil mas aja, aku suka itu " ucap Gus Aidan dengan senyum mengembang.

" M-mas " ucap Hira

" Na'am hayati " jawab Gus Aidan

Hira memalingkan wajahnya, fokus pada kartun yang sedang dia tonton. Entah kenapa, Hira selalu merasa salting. Untuk mengalihkan apa yang dia rasakan, Hira memakan cilok yang suaminya belikan untuknya.

***

Baik sampai di sini dulu babnya. Sebenernya pengen lebih banyak lagi. Tapi gak tau kenapa, ini otak sudah tidak bisa di ajak kompromi. Jadi mohon maaf ya.

Apakah ada yang kangen? Karena udah lama banget nih gak abdet. Karena kemarin itu, di sibukkan sama revisi novel aku yang pertama. Jadi mohon maaf ya🙏😭. Insya Allah, habis ini aku bakal sering abdet lagi. Jadi tungguin aja.

Sampai bertemu di bab selanjutnya, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatu 👋

mas lauhul Mahfudzku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang