BAB 36: YANG TAK TERDUGA (6)

498 71 6
                                    

Sepuluh orang berhasil yang sampai ditempat mereka berdua. Dipinggir sungai Frederick sudah mempersiapkan tubuhnya. Astoria yang kali ini tidak mau ketinggalan akan membantu Frederick.

Tidak perlu banyak bicara para pembunuh itu lekas melancarkan serangannya dari jarak jauh dengan melempar anak panah dan penyerang jarak dekat bersiap menyerang setelahnya.

Frederick lekas mengibaskan tangannya dan semua anak panah itu terlontar. Aura Kaisar langsung Frederick keluarkan. Tubuh semua pembunuh itu langsung jatuh ke tanah dengan sangat keras. Lutut mereka tertanam begitu dalam ke tanah dan suara patah bersatu dengan teriakan mereka.

Frederick tidak ingin membuang waktu sekarang. Masih ada banyak sisa pembunuh dibelakang mereka.

Frederick lekas mengangkat tangannya dan turun ke bawah dengan sangat cepat. Membuat udara langsung Frederick tekan dari atas, hingga membuat tubuh mereka tertanam semakin dalam dan tubuh mereka menjadi lebih pipih.

Tidak ada darah yang akan mengotorinya. Frederick harus sedikit bersabar karena ada Astoria yang baru saja pulih dari syok beratnya. Setelah teriakan dan guncangan itu ada banyak pembunuh yang datang dari segala arah. Frederick yang tidak ingin menyia-nyiakan waktu lekas berbalik dan mendekati Astoria.

"Tolong maafkan saya, Yang Mulia."

Lekas tubuh keduanya melayang dan melesat ke langit. Dengan posisi ini Frederick bisa melihat dan menyerang musuh dengan lebih mudah.

Astoria berteriak cukup keras dengan tubuh kaku karena tak berani bergerak lebih banyak.

"Yang benar saja, Frederick!"

Frederick lekas membuat ratusan anak panah dengan elemen anginnya berwarna hijau cerah. Jumlahnya yang terlalu berlebih-lebihan membuat semua pembunuh yang terlihat semut dari atas gemetar dan pupil mereka semua mengecil bersamaan.

Astoria mencoba menggerakkan tubuhnya lebih dekat dengan Frederick. Jumlah kekuatan ini sedikit berlebihan dengan jumlah musuh yang ada dibawah sana. Sepengetahuan Astoria seperti penyihir paling banyak membuat serangan tidak lebih dari sepuluh buah.

Astoria melirik Frederick dengan rasa kagum yang tak tertahankan.

Sungguh kuat dan apa yang ada di atas kepalanya itu?

Astoria melihat wujud semi dari sebuah mahkota yang sangat dia kenal. Bentuknya dan perhiasan setiap sisinya itu tidak salah lagi. Frederick yang mengerahkan kekuatannya tanpa sadar membuat wujud semu mahkota dengan elemen angin berwarna hijau cerah. Sangat kontras dengan dirinya yang seperti samudra dalam.

Warna netra Frederick seperti samudra dalam berwarna biru gelap kini samar-samar berubah warna menjadi hijau.

Apa yang sedang terjadi?

Frederick yang dalam posisi mengangkat tangannya langsung dia turunkan dengan cepat dan membuat sejumlah anak panah itu langsung turun seperti air hujan tanpa henti.

Teriakan melengking dibarengi kegaduhan dan guncangan yang Frederick buat berhasil membuat sejumlah burung di hutan terbang menjauh. Astoria yakin dengan kegaduhan ini semua orang bisa dengar dari jarak kurang dari empat kilometer jauhnya.

Frederick menggunakan kekuatan persepsinya dan menyadari jika ada beberapa tikus yang lolos. Frederick langsung membuyarkan kabut dengan kekuatan anginnya dan melihat mereka semua berpencar. Frederick rasa dengan sedikit darah seharusnya akan ada banyak monster gunung yang datang. Jika saja ini di Hutan Lida, maka Frederick tidak perlu pusing memikirkan masalah pangan, tapi sebuah ide baru saja disadarinya.

Frederick tersenyum tipis menatap semua tikus dibawah sana. Matanya menyipit karena kebahagiaan yang tak tertahankan. Astoria yang melihat itu bergedik dan kembali menjaga jarak dari Frederick.

Aku bisa membawa mereka ke Hutan Lida.

Dengan begitu Frederick tidak perlu pusing memikirkan hasil buruan untuk penghuni gua dan bisa memaksa mereka untuk bekerja lebih keras dengan jumlah tikus dibawa sana.

Bisa Frederick bayangkan jika para goblin dan yang lain akan sangat senang dan berpesta dengan memberikan bonus minuman keras yang Frederick beli—curi—dari pasar gelap akan membuatnya untung dua kali lipat.

Ah, sekali tembak dua burung jatuh.

Frederick tanpa sadar terkekeh membayangkan semua pundi-pundi emas yang menggunung itu. Semua persiapan kehidupan petani semakin mendekat kata sempurna saja.

Astoria menatap kebingungan sikap Frederick. Apa melihat semua ini ada kesenangan baginya?

Jika saja Torin tidak pelit informasi, maka Astoria akan lebih mudah memahami maksud Frederick. Akan tetapi, hal yang tidak dia ketahui mereka berdua sama-sama salah paham dengan sikap Frederick yang terkadang terlalu berlebihan akan sesuatu.

Hanya satu yang terus membuat Astoria sebut Frederick sebagai Raja Gila adalah impiannya untuk kehidupan petaninya.

Sungguh konyol dan aku harus mendukungnya setelah perceraian dimasa depan nanti.

Perceraian ya.

Astoria kembali melirik Frederick yang mengangkat tangannya membawa semua mayat dan orang yang masih bertahan kedepan mereka berdua. Frederick menatap Astoria dengan senyuman ramahnya.

"Yang Mulia, Anda tidak keberatan jika kita mengunjungi suatu tempat sebentar, kan?"

"Hah? Apa? Tapi,—Akh!"

Di detik berikutnya Frederick mengerahkan kekuatan puncaknya membawa mereka semua ke Hutan Lida yang jaraknya harus ditempuh dengan kereta kuda lebih dari sepuluh hari ini bisa ditempuh hanya sepuluh menit.

Semua pembunuh yang masih sadar langsung pingsan dengan busa dimulut mereka. Rambut Astoria sangat berantakan dengan tatapan syok yang terjaga sampai tujuan. Kecepatan Frederick terlalu berlebihan untuk ukuran seorang manusia.

"Aku membawa makanan. Cepat keluar." Suara yang Frederick keluar terdengar sangat asing ditelinga Astoria. Meskipun dia tak bisa memakai lebih dari tiga bahasa, tapi setidaknya dia seharusnya pernah mendengar gaya bahasa suatu daerah.

Gemuruh dari arah dalam hutan terdengar. Yang awalnya seakan tersebar disepanjang Hutan Lida mulai berkumpul ditanah lapang dengan jumlah monster yang sangat banyak dan berlebihan.

Astoria menatap horor jumlah itu. Dari semua ras dan ukuran yang ada dalam buku seakan semuanya berkumpul di satu tempat.

Semua orang yang Frederick bawa masih melayang diatas Hutan Lida. Perlahan semua pembunuh itu Frederick lempar dan segera huru hara kericuhan terdengar.

"Makan saja dengan tenang, hahh ...." Frederick mengatakan lagi dalam bahasa monster yang malah membuat semua monster semakin gaduh.

Baru sebulan ini Frederick memutuskan membuang semua tubuh manusia yang berniat membuat masalah ke Hutan Lida. Lagi pula Frederick tidak rugi. Hampir seminggu sekali Frederick mengirimkan tubuh sudah tak bernyawa sebagai makanan mereka.

"Jika dipikirkan jumlah mereka bertambah banyak ya."

Frederick menganalisis jumlah monster yang berada dalam naungannya sekilas. Astoria yang mendengar itu semakin dibuat heran. Memangnya jumlah mereka seberapa banyak sebenarnya?

Ada banyak pemikiran dan kini Frederick tersenyum ke arah Astoria. Astoria mendapatkan firasat buruk.

"Sebaiknya kita lekas kembali, Yang Mulia."

"Ah, Ap—, Akh!"

Sekali lagi Frederick berhasil menyiksanya hanya dengan perjalanan super singkat yang penuh dengan siksaan ini.
.
.
.
Saya sibuk desain + jualan merch juga. Maaf ada event besar juga di SBY nanti, hehe

Makasih ya udah mau singgah dan baca cerita Raja Terburuk ini

See you next chapter guys 👋😽

Raja Terburuk: antagonis kecil ingin hidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang