BAB 1: BERTAHAN HIDUP (1)

4.7K 199 20
                                    

Rasanya sangat nyaman. Begitu lembut dan harum.

Rasanya aku tidak ingin bangun dan berangkat bekerja hari ini. Tapi, jika aku tidak bangun sekarang aku akan telat dan bisa-bisa gajiku dipotong.

Perlahan aku membuka mata dan melihat ruangan yang sama seperti sering aku lihat di dunia internet. Gaya abad pertengahan yang bertemakan vintage dengan semua kilau yang terlihat seperti dari emas yang dilelehkan dan dilapisi ke seluruh furniture yang ada.

"Kamar yang norak sekali."

Aku bangun dan menyadari jika tidak memakai kaos dan celana olahraga bekas sekolah. Ini piyama. Piyama yang memakai bahan yang sangat lembut_sepertinya terbuat dari sutra—tapi, sangat tidak nyaman ternyata.

Terdengar ketukan tiga kali dari arah pintu utuh besar yang sejak kapan ada di sana?

"Yang Mulia, Apa Anda sudah bangun? Sekarang sang surya sudah bangun."

"... Ya, aku sudah bangun," jawabku mencoba menyembunyikan kecanggungan ini.

Setelahnya tak terdengar sautan lagi cukup lama. Aku tak mempermasalahkannya. Sekarang mimpi apa yang sedang aku mimpikan ini?

Terlihat jelas orang yang menempati kamar ini pasti orang yang menyebalkan. Orang kaya yang suka sekali memamerkan harta kekayaannya ke sana kemari. Membayangkannya saja sudah membuatku kesal. Tanpa sadar aku mengkerutkan dahiku dalam membayangkannya.

"B-baik, Yang Mulia. Saya akan memanggil para pelayan untuk mengurus keperluan Anda."

Pernyataan ini aku tahu arah tujuannya, "Tidak perlu. Aku bisa mengurusnya sendiri. Dalam waktu kurang dari sejam aku sudah selesai."

"... B-baik, segala kehormatan saya berikan kepada keturunan Nafis. Permisi."

Keturunan Nafis?

Seperti nama salah satu tokoh novel yang aku baca saja.

Aku menggelengkan kepala diikuti dengan kekehan kecil. Awalnya aku pikir mimpi sebelum masuk ke dalam kamar mandi, tapi ini benar-benar bukan mimpi.

Scene dewasa di dalam kamar mandi tercetak jelas di kepalaku dengan semua tata letak semua benda yang ada. Aku benar-benar melakukan transmigrasi seperti yang ada dalam cerita fiksi.

Aku terdiam sejenak menatap keluar. Melihat pintu balkon yang masih tertutup aku memberanikan diri untuk membukanya dan melihat dunia luar. Terlihat sejauh mata memandang taman Bunga Peony putih yang sedang mekar pada musimnya. Dengan pohon yang ditata rapi dengan beberapa pekerja dan pelayan berseliweran sembari mengobrol ringan.

Mendengar dan merasakan kehadiranku semuanya bergegas menunduk dengan tubuh gemetar dan rasa takut tiba-tiba.

"Segala hormat kami berikan kepada keturunan Nafis. Selamat pagi, Yang Mulia."

Terdengar jelas suara mereka yang gemetar tapi berusaha mereka sembunyikan dengan tatapan rasa takut yang sangat. Seakan terpampang jelas dari postur tubuh mereka jika mereka sedang berpikir, Apa perkataanku sudah benar?

Yang benar saja. Aku bangun menjadi antagonis diawal season dari protagonis wanita. Terbangun menjadi Raja terburuk yang pernah dicatat dalam sejarah Kekaisaran Utopia.

Frederick Eirin Nafis.

Raja dari Kerajaan Inej ke-104 di Kekaisaran Utopia.

Aku yang mengingat jelas baru saja tidur jam empat pagi kini terbangun sebagai antagonis yang sangat dibenci oleh pembaca bahkan penulisnya sendiri sangat membencinya.

Mengingat semua komentar kebencian itu membuatku merinding.

Hahh... Aku harap ini mimpi buruk dan segera bangun, tapi aku harus berangkat bekerja dan bertemu bos cerewet itu. Repot, batinku berusaha tersenyum ramah menyembunyikan semua keluh kesahku dari semua pekerja yang memberikan salamnya.

"Ya, sekarang kalian bisa kembali bekerja dan... Selamat pagi untuk kalian semuanya ju-" Aku berhenti melanjutkannya karena melihat semua orang bangkit dari posisi bungkuknya dan menatapku seperti aku ini hantu. "Apa lihat-lihat, hah?!"

Segera ekspresiku yang awalnya ramah berubah seketika menjadi dingin dan menatap semua orang seperti yang dilakukan Frederick dalam cerita.

"T-tolong maafkan kami yang lancang ini, Yang Mulia! Kami sangat menyesal! Tolong maafkan hamba yang penuh dosa ini! Tolong!"

Entah kenapa sekarang aku mengerti kenapa Frederick bisa menjadi tokoh antagonis dalam cerita ini. Dengar saja suara memohon dan pemilihan kata yang sangat memuakkan itu.

Rasanya aku ingin muntah.

Lagi pula, orang yang kalian sembah ini akan berakhir tragis ditangan protagonis. Istri dari Frederick yang masih memiliki garis keturunan dari Kaisar sebelumnya dari permaisuri.

Astoria Aldrich von Stein.

Gadis yang baru saja menginjak usia kepala dua yang merupakan anak pertama dari kekaisaran yang rumor mengatakan jika dia itu gila.

Terlalu banyak konspirasi di dalam cerita itu dan sekarang aku bangun menjadi antagonis diseason satunya.

Ada yang lebih buruk lagi sekarang?
.
.
.
Ada, kamu jadi tokoh author ini, wehehehehehe... (ketawa jahat)

Yo! Ini cerita baru dengan pertama kalinya aku buat tokoh utamanya itu cowok.

Menerima saran dan kritik yang membangun ya guys, ya :v

See you next chapter guys 👋😽

Raja Terburuk: antagonis kecil ingin hidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang