BAB 12: LADANG RUMPUT (3)

826 106 7
                                    

"Tuan. Tuan, ini seharusnya—! Tuan!"

Mendengar suara cerewet itu membuat pria bernama lengkap Caspian Rydell yang tengah beristirahat di pohon lekas bangun. Tidurnya sangat tidak nyaman setelah bereksperimen dan mengatur semua penyihir junior yang baru saja masuk ke dalam menara.

Wakilnya itu memang lebih tua darinya, tapi bagaimana bisa dia secerewet itu.

"Yang Mulia."

Angin datang dengan lembutnya membawa suara milik seseorang. Caspian menoleh mencari sumber suara itu. Caspian tidak yakin apa yang dia dengar ini benar atau tidak. Ini Hutan Lida. Memangnya ada orang selain dia yang tengah beristirahat ditengah hutan penuh hewan buas ini.

"Apa aku salah dengar, ya?" Caspian menggaruk telinganya yang tidak gatal. Pakaiannya yang berantakan dengan jubah lusuh dan mantel khas pemilik menara. Terdapat simbol dibagian dada kirinya yang berbentuk simbol cahaya dengan halo cahaya disekitarnya.

Sebagai pemilik menara yang sekarang. Caspian tentu saja mewarisi beberapa benda berharga seperti perhiasan, buku, dan rahasia yang hanya diketahui oleh pemilik menara saja.

"Pasti salah de—"

"Yang Mulia."

"—Lagi?"

Suara lembut terdengar berbisik ini jelas bukan suara seseorang wanita. Ini milik seorang pria. Tapi, apa yang dia lakukan ke Hutan Lida dan menyebut Yang Mulia, Yang Mulia?

Hal yang Caspian pikiran adalah dia datang ke Hutan Lida untuk bunuh diri, karena stres. Lagi pula tempat ini memang cocok untuk menjadi tempat seperti itu. Mayat mereka akan membantu mengenyangkan perut penghuni hutan ini.

Itu bukan urusannya, tapi Caspian mendengar suara itu lagi. Caspian yang merasa sangat terganggu lekas bangkit dan mencari dengan matanya yang langsung berubah. Pupil matanya yang bulat langsung meruncing seperti mata hewan buas dan lekas mencari suara pria yang sangat menggangu waktu istirahatnya ini.

"Dimana kau, sial*n?!"

Tak butuh waktu lama Caspian mengetahui posisi pemilik suara itu. Seorang pria dan wanita yang tengah berdiri di depan ladang rumput, menikmati matahari terbenam dalam diam. Pandangan Caspian mencoba memfokuskan ke wajah kedua pasangan itu. Lihat sekarang, si pria baru saja membuat sesuatu itu si wanita.

Melihat itu membuat Caspian mendengus geli. Kehidupan pasangan kekasih, ya.

Ini membuatnya mengingat mendiang pemilik menara sebelumnya yang berakhir tragis.

Caspian merasa pernah melihat wajah mereka. Khususnya untuk si wanita. Dia punya warna mata yang cukup bagus.

Setelah mengamati mereka berdua dari jarak kejauhan Caspian akhirnya mengingat sesuatu. Itu yang selalu mantan teman seperguruan akademinya dulu katakan. Saudari kaisar yang sekarang yang dilempar ke negeri kecil. Itu masuk akal melihat Hutan Lida adalah salah satu perbatasan alami Kerajaan Inej.

Tapi, siapa pria yang sedang bersamanya itu?

Caspian sekarang lebih memfokuskan penglihatannya ke si pria. Dia cukup tampan, tapi dia sendiri lebih tampan. Pengawal tidak mungkin dengan tubuh sekurus itu, lalu mungkinkah penyihir. Akan tetapi, dari rumor yang beredar saudari kaisar yang akrab dipanggil Astoria oleh mantan teman akademinya berkata, jika Astoria dikucilkan di istana. Tidak mungkin yang bersamanya itu bocah berlagak seperti Raja itu.

Frederick yang merasakan tatapan Caspian yang dia kira pemburu itu tetap bersikap biasa saja. Akan tetapi, jika dia terus menatap mereka, khususnya ke Astoria. Frederick berdiri dibelakang Astoria menghalangi bayangan fantasi gila yang pasti tengah dia pikirkan.

Raja Terburuk: antagonis kecil ingin hidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang