BAB 21: KEBERUNTUNGAN FREDERICK (2)

663 81 19
                                    

Suara ricuh karena penonton yang tak sabaran dan berteriak dengan nomor undian mereka untuk bertaruh. Mana dari pemain yang akan membawa kemenangan bagi mereka. Frederick yang berada diantara mereka duduk ditempat terdepan dengan posisi duduk yang berada diujung. Dengan posisinya ini dia bisa melihat Torin lebih jelas.

Tempat duduknya sedikit tidak nyaman, tapi Frederick bisa menahannya. Setidaknya dia bisa melihat pertarungan yang menarik disini.

"Selamat datang di kolosium usang dan bau ini, Tuan-tuan, hahaha!!!"

Sudah dimulai.

Frederick menatap area tengah lapangan dan melihat jika dari kedua sisi pintu dibuka. Torin keluar dari posisi lain dengan posisi sedikit membungkuk dan lawannya adalah troll gunung yang ukuran sangat besar dari seharusnya.

Frederick hanya tersenyum melihat trik ini. Mereka sengaja tidak membiarkannya menang.

Torin yang memiliki sedikit tekad sekarang pandangan teralihkan. Tengah mencari diantara ratusan kursi penonton. Tepat diposisi depan Torin melihat pria itu.

Frederick yang sadar akan tatapan itu menyapa Torin dengan lambaian tangan dan senyuman ramah. Melihat itu tentu saja seperti Frederick duga. Torin mengernyit bingung.

Frederick harus memiliki citra yang bagus untuk pertemuan pertama dengan Torin. Harus. Karena karakter Torin digambar sulit didekati. Jika bukan karena Astoria yang menyuruhnya bergaul mungkin Torin hanya akan diam berdiri seperti patung.

Dalam arena Frederick yang duduk ditempat yang cukup pojok tapi budak itu tahu dan menatap langsung matanya. Satu kata yang Frederick ucapakan berhasil membuat budak itu membelalak. Terpaksa dia harus menang di dalam arena ini agar bisa keluar.

"Apa kalian siap melihat tikus kecil ini mati?!!"

"Yeahhhh!!!"

Gemuruh stadium dan kemeriahan dengan haus akan hiburan bisa Frederick rasakan. Frederick satu-satunya yang duduk dengan santai di areanya. Menunggu Torin mulai bergerak.

"Hari ini adalah kematianmu manusia, hahaha." Frederick bisa mengerti apa yang troll gunung itu ucapkan. Tapi, sepertinya itu tidak akan berpengaruh kepada Torin.

Hanya sekali pukulan dengan tangan kosong troll gunung itu terpental mundur seperti meriam. Bukankah kesenangan baru saja dimulai dan berakhir begitu cepat?

Frederick tersenyum melihatnya. Inilah yang Frederick kenal. Torin, pion benteng Astoria.

"Selanjutnya."

Suara Torin yang tidak lemah sekarang menunggu lawan selanjutnya. Torin ingin cepat-cepat keluar dari tempat ini.

"Kalian lihat tikus kecil itu! Dia mulai berani, hahahaha!!!"

Semuanya ikut tertawa mendengar suara pembawa acara. Frederick benar-benar kesal karena Torin harus dimunculkan diawal. Karena sistem bermain di kolosium ini adalah pemain yang menang akan terus bertarung sampai kalah begitu pun selanjutnya.

Ada berapa banyak lawan yang mereka siapkan agar aku kalah taruhan?

Lawan selanjutnya adalah Deriwolf. Serigala yang berukuran besar yang sering Frederick jumpai di Hutan Lida.

Sekali lagi dalam sekali pukulan. Deriwolf itu kalah dan pingsan disisi tembok pembatas pertarungan.

"Selanjutnya."

"A-haha, keluarkan yang lebih kuat! Cepat!"

Frederick bisa merasakan pembawa acara mulai sedikit panik melihat kekuatan Torin yang tidak seperti perkiraannya. Torin yang lemah dan selalu mencoba menghindar dan mengaku kalah adalah yang selalu Torin tampilkan.

Lagi pula Torin salah satu sedikit orang yang bisa melewati Huta Lida. Terlebih dia bukan seorang penyihir dan mempunyai kekuatan suci seperti Astoria. Kekuatan murninya dengan diiringi doa dari pihak keluarganya dulu berharap Torin bisa menjadi pria yang kuat bisa melindungi adiknya.

"Selanjutnya."

Besekers berhasil Torin banting.

"Selanjutnya."

"Selanjutnya."

"Selanjutnya."

Semua orang tidak lagi berteriak seperti orang yang haus akan hiburan sekarang. Mereka menatap ketakutan kepada satu-satunya orang yang bertahan begitu lama di dalam arena. Torin berdiri dengan tegaknya dengan punggung tangannya penuh bercak darah musuh.

Semuanya bisa diyakini kalah dalam taruhan karena satu orang. Tapi, apa Torin masih bisa dimasukkan dalam kategori manusia seperti seharusnya?

Frederick rasa tidak.

Tidak ada manusia yang memiliki kekuatan murni sebagus Torin. Terlebih ini bukan kekuatan utamanya.

"U-ugh! Keluarkan monster itu!!!"

Frederick rasa sudah jelas siapa pemenangnya disini. Frederick mendengus geli dan orang disampingnya menyadari itu.

"Hei, kau kalah taruhan juga ya."

Frederick tersenyum tipis dan menjawab, "Tidak juga. Meskipun aku kalah. Aku tidak rugi terlalu besar." Mengingat semua batu mulia yang Frederick punya dengan sekelompok moster yang menambang.

"Haha, kau lucu juga ya. Menurutmu apa dia akan tumbang dibabak selanjutnya?" Menunjuk Torin yang masih berdiri seperti monster dengan tubuh kotornya itu.

"Kita lihat saja."

"Aku tidak sabar melihat dia tersiksa sampai mati." Orang disampingnya yang Frederick rasa pernah mendengar kata-kata itu sekilas langsung ingatan tokoh Kaisar Xenon membayanginya.

Pantas saja.

Torin yang masih berdiri memiliki posisi yang sama seperti Xenon. Melawan semua musuhnya sendiri dengan tatapan ngeri dari semua penonton. Entah kenapa Frederick tiba-tiba merasa bosan dan pikirannya kosong.

Bayangan Xenon kecil menghantuinya sekarang. Tokoh yang sangat Astoria kagumi. Namanya yang mudah ditemukan dimana pun dalam buku.

Seseorang yang selalu didoakan untuk kembali datang di masa depan saat gelombang serang monster disaat masa puncaknya. Frederick tahu jika kekuatannya sekarang masih lemah dari semua karakter yang bersama protagonis.

Lemah.

Satu kata yang tidak siapa pun suka pastinya.

Pandangan Frederick kembali ke Torin yang tengah sedikit kesusahan melawan anjing berkepala tiga dengan giginya yang tajam seperti hiu.

Tunggu! Cerberus?!

Frederick ingat jika ini akan menjadi salah satu tantangan Astoria dimasa depan. Pemimpin dari gelombang monster pertama yang berhasil menjebol pertahanan perbatasan.

Bagaimana bisa Cerberus bisa ada di kolosium ini?!
.
.
.
Author: "Apa yang perlu ditakuti dari Cerberus coba?"

Frederick: "Ini Cerberus!"

Author: "inyi Cirbiris. Cuma anjing biasa do-!" //Kepalanya digigit Cerberus//

Makasih ya udah mau singgah dan baca cerita Raja Terburuk ini~^^

See you next chapter guys 👋😽

Raja Terburuk: antagonis kecil ingin hidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang