Malam datang dengan cepat. Waktu kunjungan sudah berakhir. Frederick ditinggal sendiri dengan satu nampan makanan beserta obatnya. Setelah mandi dengan menahan sedikit rasa perih. Frederick memberi salep pada lukanya. Khususnya pada area wajah dan lehernya.
Cahaya rembulan masuk melewati gorden kamarnya. Cahaya lampu kamar sudah Frederick matikan. Semua pelayan sudah kembali dan beristirahat jam malam sejenak saat ini. Para kesatria mulai berganti shift berjaga.
"Apa menu makan malam hari ini?"
"Daging babi bakar."
Obrolan mereka yang hangat dan sapaan ramah bisa Frederick dengar. Bahkan gelak tawa dari gadis-gadis pelayan yang masih belia yang baru saja datang ke istana bisa Frederick dengar baru saja dimarahi oleh senior mereka untuk lebih diam dan tenang.
Semuanya kembali seperti semula.
Frederick terdiam memikirkan kenangan masa lalu yang tercermin dimatanya. Seakan dia sekarang tengah menonton film dari kisah hidupnya sendiri.
Bau yang sangat Frederick hafal diluar kepala tercium. Aromanya mulai memenuhi rongga hidungnya. Aroma ini jauh lebih menyengat dari dosis yang pernah dia minum selama menjadi tokoh Frederick. Aroma menyengat yang menggelitik hidung ini hanya racun yang punya.
Frederick kembali memakai pakaiannya dan kembali duduk di meja belajarnya. Kamar Tokoh Frederick berencana Frederick tutupi dengan kain putih agar tidak mengganggu matanya.
Frederick duduk dan membaca kembali laporan yang diam-diam dia ambil dari kantor sendiri. Jika Bernad mengetahui sudah sejak lama dia akan berbaring di ranjang dan kemungkinan dibungkus seperti kepompong.
"Yang Mulia yang keras kepala! Anda harus istirahat hari ini! Tidak ada tapi-tapi!"
Pria tua itu terlihat menyeramkan jika sudah marah.
"Bagaimanapun Anda seorang Raja tidak menyadari dirinya sedang sakit! Yang Mulia! Dengan paksaan Anda harus beristirahat!"
Jika ada Torin disisi, maka itu akan menjadi bencana.
"Yang Mulia, apa yang sedang Anda lakukan?"
Torin tersenyum tipis menatapnya yang sedang membaca berkas laporan. Kemungkinan pria besar itu akan mengambil dan merobek laporannya dan melemparnya ke ranjang kemudian mengikatnya.
"Anda perlu banyak beristirahat."
Kenapa Frederick bisa mengetahui itu semua? Karena kekuatan persepsi yang sangat membantu ini.
"Haha, mereka terlalu banyak berpikir."
Angin datang dari luar. Jendela yang Frederick yakini ditutup kini terbuka. Gorden kuning pucat ini berkibar membentuk bayangan seseorang dari baliknya.
"Wah, wah, lihat Raja Kecil yang sedang berpura-pura sakit ini. Apa seru?"
Angin berhenti berhembus dan tirai kembali seperti semula dan menampilkan sesosok yang memiliki penampilan kasual dengan kemeja putih panjang dengan dua kancing bagian atasnya dia biarkan terbuka dengan kalung dan Bros yang menggantung diikat pinggangnya sudah berhasil menunjukkan identitasnya.
Penguasa menara utara. Pasangan masa depan dari tokoh Astoria, Caspian datang ke kamarnya.
Frederick tidak terkejut jika dia akan datang dan bermain-main kepadanya, karena sikapnya kepada Astoria yang kelewat dingin sebagai seorang suami.
"Suatu kesenangan bagi saya mendapatkan kunjungan tidak terduga ini." Frederick tersenyum diakhir. "Oh, dan maaf karena tidak bisa memberikan salam dengan benar kepada Anda, Penguasa Menara Utara."
Caspian turun dari tempatnya muncul. Berdiri diatas bingkai jendela dan mendecih tidak suka. "Kau tidak terkejut. Tidak seru."
"Maaf membuat Anda kecewa, Tuan Penyihir."
Frederick yang awalnya duduk membaca kini berdiri untuk memberikan salam kepada Caspian.
"Entah kenapa sikap sopanmu membuatku kesal. Bicara kasual saja!" Caspian mengibas tangannya tidak suka. Meskipun sudah sering mengawasi dari kejauhan, tapi mengalaminya secara langsung memang menyebalkan seperti yang Astoria katakan.
"Kalau boleh tahu ada urusan apa Anda sampai datang jauh-jauh ke negeri kecil ini?" Frederick berdiri dengan jarak yang cukup aman jika tiba-tiba Caspian menyerangnya.
"Ya, kerajaan kecilmu ternyata cukup menyenangkan, terlebih." Caspian yang dalam posisi santai dengan pakaian kasualnya menyeringai menatap Frederick. "Aksimu di selama di hutan. Kau berani sekali ya ternyata."
"Saya tidak mengerti apa maksud Anda?" Ada dua hutan yang Frederick singgahi. Yang mana Caspian maksud?
"Tidak usah malu mengakuinya. Jika Corat-coret wajah seseorang lain kali ajak aku."
Oh, hutan tempat perburuan yang Caspian maksud.
"Dan siapa yang ingin wajahnya menjadi karya seni dari tangan Tuan Penyihir ini?" tanya Frederick diakhir dengan senyuman khas ramahnya.
"Seseorang yang menyebalkan." Senyuman yang terkesan menyeramkan itu bisa satu yang Frederick pikirkan sekarang. Hanya satu orang yang membuat darah Caspian memuncak dan ingin mencengkram lehernya seperti ranting hingga patah.
"... Saya minta maaf, tapi saya Raja dari negeri kecil tidak mungkin bisa bermain-main dengan seseorang berpangkat lebih tinggi."
Hanya seseorang yang berpangkat lebih tinggi dari seorang Raja.
"hahahaha, aku suka kau." Caspian menunjuk Frederick yang sudah dia cap dari awal. "Lain kali aku akan berkunjung dan lihat-lihat, dan oh, makan makananmu. Racunnya sudah aku angkat. Sedikit racun saja kau sudah takut, dasar lemah."
Caspian pergi begitu saja dan Frederick tak mempermasalahkannya. Sikapnya yang angkuh dan suka bermain-main adalah salah satu ciri khasnya. Astoria yang dipanggil gila akan sangat cocok dengan Caspian seperti dalam novel.
Aroma menyengat itu sudah menghilang. Frederick menatap nampannya dan memutuskan untuk mengisi perutnya sebelum pergi tidur. Memikirkan Caspian yang tiba-tiba berkunjung membuat Frederick berpikir pasti kedua tokoh utama itu sedang bertemu.
Frederick mengingat jalan cerita pertemuan mereka berdua. Torin dan Astoria tengah saling menatap dan memikirkan sesuatu yang diluar perkiraan Frederick
"Ayo kita bunuh belalang jelek itu."
"Saya setuju, Yang Mulia."
"Oh, siapa yang mau dibunuh?"
Obrolan ini tidak pernah muncul dalam novel dan hari ini muncul. Jika Frederick mengetahuinya dan tidak tengah terlena kerena menu makan malam hari ini sangat dia sukai. Mungkin Frederick akan bergegas berlari seperti orang gila datang kepada mereka bertiga.
"Siapa kau?!" Dengan lantang Astoria bertanya dengan menunjukkan pisau makannya.
"Kau tidak perlu tahu aku. Aku bisa membunuh seseorang dengan harga yang pantas tentunya." Caspian yang datang dengan cara yang sama seperti ke dalam kamar Frederick. Berdiri membelakanginya cahaya bulan dan tersenyum misterius didepan mereka berdua.
"Berapa banyak?"
Torin menatap Astoria tak percaya. Begitu mudahnyakah Astoria percaya dan terlena?
Jari telunjuk Caspian terangkat dan tertuju ke arah dada Astoria. "Batu jiwamu, bagaimana?" Dengan tatapan seperti hewan buas. Caspian tersenyum. Caspian sangat tergiur dengan Batu Jiwa keturunan Kaisar.
Mana yang terkandung didalamnya lebih murni dari batu mana pada umumnya. Praktek batu jiwa manusia memang dilarang, tapi siapa yang berani melarang pemilik menara Utara?
.
.
.
Author: "As, run, As! Ada orang yang lebih gila dari kamuuuu!!!!"Astoria: "Ini kesempatan tau_-"
Author: "KAU GILA YA! DIA NGINCER BATU JIWAMU!"
Astoria: "Terus?"
Author: //memukul kepala Astoria dengan teflon// "Bocah gila :)"
Makasih ya udah mau singgah dan baca cerita Raja Terburuk inii~~^^
See you next chapter guys 👋😽
KAMU SEDANG MEMBACA
Raja Terburuk: antagonis kecil ingin hidup
FantasiaTerbangun sebagai antagonis dari novel sudah biasa, tapi mengalaminya secara langsung bukanlah hal biasa. Terbangun dengan menyandang gelar sebagai Raja Terburuk yang pernah dicatat dalam sejarah dari negeri kecil. Akankah dia bisa merubah nasib to...