BAB 49: BENCANA PEMBAWA BERKAH (4)

322 60 7
                                    

Perasaan pesta ini sama seperti yang ada dalam novel. Langkah Kaisar seakan menggema mendatangi Astoria. Frederick mengingat scene ini. Kaisar Hael mendatangi saudari tirinya dan mengucapkan kata sapaan.

"Sudah lama kita tidak bertemu."

Suaranya seakan menghipnotis sontak membuat pikiran Astoria tertuju hanya satu orang. Pria yang sangat ingin dia gulingkan dari kursi takhta.

Si bang*** itu.

Tangan Astoria mengepal. Rahangnya mengeras dan mencoba tidak membunuh Kaisar Utopia dari tatapannya yang tajam. Frederick yang melihat scene dalam novel menikmati ini. Frederick meminum segelas minuman non alkohol lagi.

"Salam saya berikan kepada Baginda. Semoga matahari Utopia selalu bersinar terang dan sehat sentosa."

Frederick tersenyum tipis setelah mengatakannya. Astoria hanya mengucapkan salam singkat dan tidak ingin melihat Hael dalam pandangannya.

Hael tentu saja menyadari gerak gerik Astoria. Akan tetapi, sikap Frederick seperti dari informasi yang dia dapatkan.

"Anda sangat cocok dengan warna merah, Baginda." Memuji pakaian Hael yang menunjukkan warna kekaisaran Utopia yang sama seperti warna bendera.

"Tentu saja." Hael tersenyum senang mendengar pujian itu. "Karna warna merah sudah menjadi identitasku."

"Jika bukan karena Baginda yang begitu baik hati dan perhatian. Saya tidak mungkin datang ke acara ini."

"Tidak baik kan jika melewatkan satu undangan untuk saudara iparku." Karena jika Frederick tidak di undang juga Hael tidak rugi apa pun. Wilayah kekuasaan Inej termasuk yang terkecil. Karena wilayah itu menjadi pembatas dari Hutan Lida yang wilayahnya jauh lebih luas dari wilayah Kerajaan Inej sendiri.

"Begitu baiknya Baginda memperhatikan saya ini. Anda yang begitu baik hati membuat saya ini tidak bisa lagi rendah hati, Baginda. Tenang saja, Wilayah Inej berjalan dengan baik karena kemurahan hati, Baginda."

Entah kenapa semakin di dengar pernyataan Frederick semakin menyebalkan. Berapa lama pria itu akan tetap mempertahankan senyumannya dan bersikap begitu ramah. Ini membuat Hael tidak nyaman.

Astoria yang melihat sikap Frederick ingin sekali menarik rambutnya dan berhenti mengatakan omong kosong lainnya.

"Ya, ya, jaga wilayah Inej." Setelah mengatakan itu Hael berbalik pergi dan merasa sangat kesal setelah berbincang dengan Frederick.

Melihat Hael sudah pergi dengan jarak sedikit jauh. Astoria langsung mencubit pinggang Frederick yang membuatnya malu.

"Berhenti mengatakan omong kosong lagi!" Wajah Astoria memerah karena malu melihat sikap Frederick yang seperti menjilat Hael.

Frederick mendesis kecil kesakitan. Lagi pula ini juga rencananya. Dengan bersikap seperti itu maka, Frederick yang semua orang kenal masih sama sebelum dirinya menggantikan jiwa di dalam tubuh ini.

Frederick melirik keberadaan Hael yang mengobrol dengan penguasa yang lainnya. Putra dari pihak Ratu yang sudah banyak bermain masih belum dikaruniai keturunan. Astoria masih memiliki peluang merebut takhta.

"Frederick, kau dengar tidak?"

Melihat Astoria membuat Frederick memikirkan saudara tiri yang lain. Adik Hael juga tidak jauh beda dengan kakaknya. Meskipun tidak tahu jelas berapa umurnya tapi sepertinya tidak jauh dari Astoria.

"Frederick," bisik Astoria sekali lagi penuh penekanan.

Frederick merespon Astoria hanya tersenyum dan membuat Astoria semakin keras mencubit Frederick. Frederick mengadu kesakitan dan memohon Astoria jangan mencubitnya lagi.

Frederick yang berbicara lancar dan terus membuat Hael tidak merasa nyaman berhasil membuatnya kesal. Hingga Hael berpikir untuk terakhir kali untuk menyapa Frederick dan menunggu hari esok dimana Frederick yang sakit perut tidak mungkin bisa datang. Akan tetapi, setelah berganti hari Frederick tetap datang. Bahkan kondisi terlihat baik-baik saja tidak seperti orang sedang menahan rasa sakit.

Hael mengeratkan kepalannya. Ini tidak seperti yang dia rencanakan. Jika Frederick baik-baik saja, lalu siapa yang meminum obat pencahar itu?

Dari sini Frederick mulai mengikuti alur. Meninggalkan Astoria yang sudah ditunggu sejak lama oleh temannya.

"Mau kemana kau?" Astoria menahan lengan Frederick yang jelas sekali ingin meninggalkannya sendiri.

"Saya hanya mencari udara segar. Saya lihat Anda memiliki tamu."

Astoria menoleh ke belakang melihat keberadaan Drystan yang tengah berbincang-bincang dengan para penguasa meliriknya sekilas dan tersenyum padanya. Astoria kembali menatap Frederick. Rasanya aneh melihat Frederick menjauh. Frederick biasanya selalu ada disekitarnya dengan Torin juga.

Melihat Astoria yang sudah ditinggal sendiri dan Frederick yang membuat dengan para penguasa lainnya mencari informasi tanah terbaik untuknya menjual hasil bumi dimasa depan dan juga tempat penghasil uang mana yang cocok untuk dia ambil tentunya.

Astoria bersandar ke dinding pesta dengan Drystan di lain sisi dengan menatap gemerlap pesta dan Astoria melihat sepinya lorong.

"Bagaimana kabarmu?"

Suara yang sudah lama dia rindukan akhirnya terdengar dari jarak yang begitu dekat. Astoria tersenyum tanpa sadar.

"Seperti yang kau dengar."

Drystan terkekeh pelan mendengarnya. Tubuh kurus Astoria sudah menghilang. Bahkan cerukan dibahunya tidak sedalam terakhir kali mereka bertemu. Bahkan tulang pipi yang menonjol jelas itu sudah digantikan dengan pipinya berisi sekarang. Warna kulitnya jauh lebih sehat sekarang. Ini bukan seperti yang Drystan perkirakan.

"Bagaimana denganmu, Ao?"

"Sama seperti yang kau lihat tadi."

"Benar, berapa banyak wanita yang sudah kau rayu selama aku tidak ada." Astoria mendengus geli membayangkan semua wanita yang mencoba mendekati Drystan.

Drystan memijat bahunya sedikit lelah dan mendesah paruh. Mendengar itu membuat Astoria semakin yakin.

"Berhenti membicarakan mereka. Hanya ada kau. Bagaimana aku bisa berpaling?"

"Lucu sekali. Bagaimana seseorang penasehat Kaisar tertarik kepada wanita yang sudah bersuami ini?"

Meskipun di dalam jantung Astoria berdebar tak karuan mendengar perkataannya. Penasehat Kaisar yang akrab Astoria panggil dengan Ao itu adalah penolongnya selama ini.

Dilain sisi Drystan dan Astoria tengah melepas rindu. Frederick dilain sisi sibuk bicara omong kosong lainnya dengan menyombongkan wilayah kekuasaannya yang semakin maju dan bagus. Banyak sekali seseorang yang tidak suka dengannya mencoba menggali informasi, tapi yang di dapatkan lebih buruk.

"Apa Anda tidak keberatan membagi beberapa tips juga sesama penguasa?"

"Tentu saja, hanya perlu memenggal semua para koruptor dan hama itu selesai."

Semuanya terdiam melihat respon ramah dan terdengar ceria dari Fredrick. Tidak semua orang bisa seberani Frederick dalam mengambil tindakan hukuman mati.

Semakin Frederick membuka mulutnya lebih banyak. Semakin mereka kesal mendengarnya. Semua omong kosong itu membuat semua orang yakin dengan julukan Frederick sebagai Raja Terburuk sepanjang sejarah.
.
.
.
Makasih ya udah mau singgah dan baca cerita Raja Terburuk ini ~^^

See you next chapter guys 👋😽

Raja Terburuk: antagonis kecil ingin hidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang