part 2

288 26 0
                                        


Tiga hari sudah Aisyah berada di Pesantren, sore ini ia sedang duduk di taman yang terletak di belakang asrama putri. Dari tempat ini para santri putri dapat melihat banyaknya tumbuhan bunga yang dirawat khusus oleh abdi ndalem, karena semua tanaman yang ada di sini itu Umi Laila yang tanam. Dari sebrang taman juga mereka bisa melihat bangunan asrama putra yang tidak terlalu jelas karena terhalang oleh dinding pembatas antara asrama putra dan asrama putri.

Sudah hampir satu jam Aisyah berada di taman belakang, ia masih betah berlama-lama disana. Cuaca sore ini cukup cerah, niat awal Aisyah ingin bersantai sebentar disini setelah selesai piket ndalem.

"Gini ya rasanya hidup di pesantren, gampang-gampang susah." monolog Aisyah.

Tiba-tiba ada yang menepuk pundak Aisyah dari belakang. Aisyah menoleh dan tersenyum kearahnya.

"Hai, kenapa melamun?" sapa orang itu kemudian duduk di sebelah Aisyah.

"Tidak apa-apa mbak, hanya teringat yang di rumah saja."

"Dulu juga mbak pernah kaya kamu malahan mbak sering nangis setiap malam, dan di kamar mandi pun mbak nangis. mbak sampe kirim surat buat yang di rumah, kalo mbak ngak di kasih makan,padahal mbak sendiri yang telat makan dan jarang makan di karenakan makanan di dapur juga sudah pada habis." Jelasnya.

"Oh iya kita belum kenalan,perkenalkan nama saya mayang sarifa,mbak disini udah 5 tahun." Ucap nya.

"Aku aisyah fahira, panggil saja aisyah."balas aisyah.

"Ouh iya kamu sudah pernah keliling asrama? "

"Belum pernah mbak, Aisyah baru tau taman ini saja pas tadi pagi." Sebenarnya tadi pagi Farah disuruh mbak laras untuk menggantikannya menyiram bunga, karena Farah tidak ingin sendiri akhirnya mengajak Aisyah.

"Mau ikut mbak keliling?" ajaknya.

"Maaf mbak mayang, mungkin lain kali saja. Sebentar lagi shalat ashar, Aisyah mau siap-siap saja." tolak Aisyah dengan halus.

"Baik tidak apa-apa Aisyah, tidak perlu minta maaf. Ngomong-ngomong panggil mbak Sari saja, biar sama seperti para santri disini."

"Iya, mbak Sari. Kalau begitu Aisyah pamit dulu ya, mbak. Assalamu'alaikum".

"Wa'alaikumussalam"

Setelah mendengar jawaban salam dari Sari, Aisyah beranjak pergi menuju kamar asramanya untuk bersiap-siap.

*****

Sore sudah berganti malam, malam pun sudah berganti siang, begitu juga seterusnya. Hari ini cukup cerah, Aisyah baru saja pulang sekolah. Niatnya ia ngin istirahat sebentar, tapi Farah memberi tahunya jika abah Ya'i(Kya'i Zaenal) memanggilnya untuk menghadap Ndalem.

"Aisyah, dipanggil Abah Ya'i. Kamu disuruh menghadap ndalem." titah Farah

"Ada apa?" tanya Aisyah

"Gak tau, cepat aisyah gak baik bikin Abah Ya'i nunggu!"

Akhirnya Aisyah bergegas pergi ke Ndalem tanpa mengganti seragam sekolahnya terlebih dahulu.

"Assalamu'alaikum" ucap Aisyah setelah berada di depan pintu ndalem.

"Wa'alaikumussalam, silakan masuk nduk." jawabnya, Aisyah tahu siapa pemilik suara lembut itu, ya siapa lagi kalau bukan Umi Laila istri dari Abah ya'i.

Setelah diizinkan masuk dan duduk kini Aisyah sedang menunggu kedatangan Abah Ya'i. Sebenarnya apa yang akan beliau sampaikan, huh Aisyah sudah tidak sabar rupanya, dia sangat penasaran.

"Sudah lama menunggu, nduk?" tanya Kyai Zaenal menghampiri Aisyah.

"Baru saja abah Ya'i." jawab Aisyah seadanya.

"Aisyah mau lanjut hafalan Qur'an? Kata Ustadz Fatir, Aisyah lagi menghafal Qur'an sebelum masuk pesantren."

"Iya Abah , memang Aisyah sebelum masuk pesantren sempat menghafal Al-Qur'an. Tapi belum Aisyah lanjut lagi Abah." terangnya.

"Sudah berapa juz yang di hafal?" tanya Kyai Zaenal.

"Baru 5 juz, Bah."

"Kalau begitu, besok bisa mulai hafalan lagi ya, nduk. Setiap sore storkan hafalannya ke Nak Farhan."

"Emm.. Afwan Bah, Mas Farhan itu yang mana?" tanya Aisyah. Jelas Aisyah tidak tahu siapa Farhan, belum genap satu bulan ia berada disini. Selama ini ia baru dengar yang namanya Farhan, apakah ia seorang santri? Ataukah seorang ustadz? Entahlah dia tidak tahu.

"Belum pernah bertemu dengan putra saya?"

'Lah kan tadi bahas Farhan, kenapa sekarang bahas putranya abah yai' batin Aisyah

Aisyah menggeleng "Mboten Bah".

"Ya sudah, nduk. Lebih baik kembali ke asrama kemudian istirahat." ujar Umi Laila yang tiba-tiba sudah duduk di dekat Abah.

"Nggeh, Umi. Kalau begitu Aisyah permisi dulu. Assalamu'alaikum." pamit Aisyah yang kemudian langsung di jawab oleh keduanya.

Setelah sampai di kamar asrama Aisyah langsung beres-beres dan berganti baju.

Setelah selesai merapihkan baju,Aisyah sedikit memikirkan yang tadi di bilang abah ya'i,"siapa ya anak nya abah ya'i,? apa benar itu orang yang akan membingbing aisyah menyetorkan hapalan nya." Batin aisyah sedikit memikir.

Tiba tiba ada dua orang yang mengejutkannya dari belakang siapa lagi kalau bukan teman aisyah yang satu usil, yang satu apaya? fikir kan aja ya seorang Rifa bagaimana.

"Hayo lagi mikirin apa?" Ucap Farah sedikit keras terdengar di telinga aisyah.

"Astagfirullah Farah telinga ku gak budeg ya".ujar aisyah sambil memegang telinga nya

"Eeeh maaf gak sengaja,pasti lagi mikirin gus Farhan ya.? Ujar Farah tersenyum agak malu.

"Apa--,tadi gus Farhan?." Heran Aisyah

"Apa benar itu anak nya abah ya'i."Batin Aisyah.

"Tuhkan bener ya."

"Apasi engga aku cuma nanya aja kan aku ngak tau."

Aisyah pun tidak memikirkan nya lagi biarlah orang dia hanya menyetorkan hapalan nya bukan apa apa.

*****

Gimana hari ini 🙂

GUS KU TETANGGA KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang