Hanya cerita fiksi.
-
John J. Suh
Naomi Evelyn Lee
...
Sebuah rumah di daerah perbukitan rendah menyambut datangnya sebuah mobil hitam dengan dua orang di dalamnya.
Dua pelayan wanita yang menyambut membungkukan sedikit punggung mereka, menyambut si pemilik rumah, yang baru saja turun dari mobilnya.
Si pemilik rumah itu, John Suh, tuan muda konglomerat kelas atas, dengan seorang gadis berparas kecantikan hampir tidak manusiawi.
Orang-orang mengatakannya begitu.
Tuan putri tersembunyi, tidak disembunyikan, namun benar-benar tersembunyi.
Kehadirannya, hampir tidak ada yang menyadari.
"Selamat atas pernikahannya, Tuan,"
Salah seorang pelayan wanita yang telah paruh baya berucap dengan sopan.
"Selamat datang, Nyonya," Kemudian, yang lebih muda, melanjutkan menyapa pasangan si tuan muda.
Si gadis tersenyum.
Naomi Evelyn Lee, namanya.
Menggiring keduanya masuk, kedua pelayan itu menjelaskan satu demi satu hal yang perlu diberitahu, lebih kepada Naomi, yang baru saja menginjakan kakinya di sana.
Naomi, langkah kakinya perlahan tertuju pada sebuah pintu kaca.
"Di sana itu... danau?"
Pelayan yang lebih muda, Mina, mengangguk mengiyakan.
Bola mata berwarna hazel itu menyorot dengan penuh binar kekaguman.
Menurutnya, mengagumkan sekali, rumah yang memiliki pemandangan belakang seperti ini.
Halaman yang luas, dan ada danau dihiasi pohon pinus dan berbagai tanaman lain yang terlihat cantik, begitu terawat.
Meski sekarang musim dingin, yang mungkin saja, dalam beberapa hari ke depan, salju akan menutupi pemandangan indah itu.
"Danau yang sengaja dibuat oleh keluarga Suh, pohon-pohon pinus itu juga sengaja ditanam, dulunya tempat ini hanya perbukitan rendah kosong yang penuh rumput,"
"Rumah ini sebenarnya villa, tapi fungsinya sudah tidak seperti villa lagi, dulu keluarga besar seringkali bersantai disini, nyonya. Tapi sudah beberapa tahun terakhir, tidak pernah ada yang datang lagi,"
Naomi mengangguk mengerti, memang dari yang ia tahu.
John, tempat tinggal utamanya adalah sebuah apartemen pribadi.
Sedangkan orangtuanya, tinggal di sebuah rumah mewah pusat di kota.
Sementara tempat ini, berada cukup jauh dari pusat kota.
Mungkin memerlukan waktu hampir dua jam untuk bisa sampai ke tempat ini.
Lalu John berkata pada Naomi bahwa rumah ini akan menjadi tempat tinggalnya.
Dirinya saja, mungkin.
Naomi tidak mengerti, mengapa dirinya tidak dibiarkan tinggal bersama.
Gadis itu hanya mengangguk, patuh saat John memberitahunya.
Lagipula pikirkan saja, untuk apa lelaki sesibuk John ikut tinggal bersamanya, di tempat yang jauh dari pusat pekerjaannya.
"Sudah puas melihat?"
Mina menyadari kehadiran tuannya, kemudian pamit mengundurkan diri, setelah memberi pesan kepada Naomi untuk memanggilnya kapanpun jika memerlukan bantuan.
Naomi menoleh, John sudah berdiri disampingnya.
Gadis itu mengangguk dan tersenyum, meski hanya dibalas dengan sorot yang begitu dingin.
Tidak ada ekspresi di wajah tampan lelaki itu.
"Aku tidak akan tinggal di tempat ini, kurasa kau sudah tahu itu,"
Naomi menatap lelaki yang sejak satu minggu lalu menjadi suaminya itu.
Tepat satu hari setelah pernikahan, John langsung melakukan perjalanan bisnisnya, dan kembali kemarin, sebelum akhirnya ia membawanya ke rumah ini.
Jadi, Naomi menghabiskan satu minggu pertamanya di apartemen John, tanpa tahu harus melakukan apa.
Ia sudah terbiasa hidup seperti itu.
Duduk dan diam, seperti boneka.
Naomi, gadis yang yang dianggap 'beruntung' oleh orang lain yang hanya melihat diluar saja.
Parasnya cantik, hatinya cantik.
Kecantikan itu semua menyelimuti dirinya.
Semua aturan yang diajarkan padanya.
Ayahnya, Frederik Lee adalah seorang pebisnis sukses yang begitu tegas dan ketat, tak terbantahkan dalam mencantumkan peraturan di keluarganya.
Patriarki yang dijadikan landasan.
Serta ibunya, Jennifer Ivanov, adalah seorang yang memiliki garis aristokrat di pendahulunya.
Sama saja, wanita itu dibesarkan dengan patriarki, ketika ada seorang pria yang disetujui keluarga datang mempersuntingnya, maka sudah menjadi keharusan untuk menyetujuinya.
Naomi memiliki dua kakak laki-laki, dirinya sebagai putri bungsu.
Bisa saja dikatakan sebenarnya kehadirannya di keluarga itu tidak begitu diinginkan.
Kelahirannya tidak disambut semeriah kelahiran kedua kakak lelakinya.
Berkomunikasi dengan ayahnya hanya bisa terhitung dua sampai tiga kali dalam satu tahun.
Hanya para saudara laki-laki lah yang dijadikan garis penerus bisnis keluarga.
Meski menjalani kehidupan di sebuah mansion mewah.
Bisa saja dikatakan, jika sepanjang hidupnya, Naomi dibesarkan oleh para pelayan, kemudian ibunya yang memberikannya pendidikan mengenai 'bagaimana seharusnya kau menjadi seorang wanita' dengan ketat, cara yang sama seperti dirinya terdahulu.
Selain hubungan formal, Naomi dan ibunya tidak pernah memiliki interaksi seperti anak dengan ibu kebanyakan.
Tata krama, kebaikan hati, tingkah laku, dan bagaimana dirimu hanya menjadi 'sebatas' seorang wanita.
Di zaman modern seperti ini, keluarga yang seperti itu.
Hingga akhirnya Naomi menjadi pilihan John, sebagai pendampingnya.
Melalui berbagai daftar keluarga yang memiliki latar belakang 'sempurna'
John secara acak memilih Naomi, dari banyaknya gadis yang diperlihatkan padanya.
Tidak ada alasan khusus.
Desakkan untuk segera mendapatkan pendamping resmi, terlalu menekan jiwa kebebasannya.
Maka, mencari seseorang yang dianggap tidak bisa mempengaruhi jiwanya yang seperti itu, adalah setidaknya sebuah solusi.
Gadis penurut.
Lugu, dan tidak ada perlawanan.
Itulah yang diinginkannya.
.
To Be Continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fading The Heartless | JOHNNY SUH
Fanfictionwhat if an innocent, stuck with inescapable such a heartless, but how about fading it slowly?