3

1K 95 5
                                    

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-


Benar-benar sendirian.

Pagi menyambut, dan Naomi sudah terbangun dari tidurnya.

Tidak hanya cahaya pagi yang menyeruak masuk menyilaukan matanya.

Sambutan lain di pagi itu, adalah kesendirian.

Naomi merasakan sakit di sekujur tubuhnya, samar, wanita itu mengingat apa yang sudah terjadi padanya.

Hal yang memang sudah seharusnya terjadi.

Tapi ia tidak tahu jika dampaknya akan seperti ini.

Sementara John?

Sesuai ucapannya tadi malam, lelaki itu sudah pergi.

Naomi memegang erat selimutnya.

Sunyi.

Ingatannya mengenai bagaimana John memperlakukannya.

Setiap sentuhan yang diberikannya.

Menimbulkan semburat merah di kedua pipi putih pucatnya.

Tok. Tok.

Oh, ketukan pintu.

"Nyonya, anda sudah bangun?"

Itu suara Mina.

Naomi menggerakkan bibirnya, ia ingin mengeluarkan suara, tapi, suaranya seperti tak ingin keluar.

Tenggorokannya kering sekali.

"Nyonya?"

Naomi menggigit bibir bawahnya, meminta maaf dalam hati.

Lalu bagaimana caranya ia bisa menjawab Mina?

Naomi melihat ke sekeliling.

Ponselnya? Bahkan Naomi lupa kapan terakhir ia membuka ponselnya, sejak kemarin tiba di rumah ini.

Mungkin masih berada di dalam tasnya.

Tak jauh dari tempat tidur. Ada sebuah sakelar.

Mungkin saja itu adalah sakelar lampu utama kamar ini.

Bisakah dijadikannya sebagai penanda?

Naomi mengulurkan tangannya, mencoba melawan rasa nyeri yang menjalar.

Berhasil, Naomi menekan sakelar itu beberapa kali.

Menyebabkan lampu yang mati-menyala berulang kali.

Mina memberanikan diri membuka pintu, sedikit menjenguk.

"Ah, nyonya,"

Naomi kembali menjauhkan tangannya, hanya bisa melambai pelan, memberi sapaan.

"Saya boleh masuk?"

Naomi mengangguk.

Betapa leganya Naomi melihat Mina yang membawa segelas air.

Fading The Heartless | JOHNNY SUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang