Naomi terbangun dari tidurnya, tidur yang begitu nyaman dan dirinya amat terlelap.
Jam dinding yang menunjukkan pukul 11 pagi, pertama kalinya ia bangun melewati jam rutinnya.
Setelah melalui satu hari yang mengacaukan perasaannya, wanita itu merasa sedih dengan rasa sesak.
Park Sora.
Jika mengingat nama gadis itu, perasaannya akan kembali kacau.
Naomi menggeleng kuat, berusaha menepis semua pemikiran negatif yang hanya akan berdampak buruk pada dirinya.
Melihat sekeliling ruangan, ini di apartemen, kamar John.
Teringat pada akhirnya ia berakhir di tempat ini alih-alih sampai pada rumah 'kediaman'nya, karena waktu yang telah larut.
Lalu, ketika ia menghindari lelaki itu.
Dimana John?
Untuk menjawab pertanyaan di kepalanya itu, Naomi bangkit setelah mengumpulkan semua atensinya, lalu sedikit membersihkan diri.
Naomi sedikit kesusahan karena rambut panjangnya, jika biasanya ada Mina yang langsung menata rambutnya, kali ini ia membiarkannya tergerai begitu saja.
Tidak begitu peduli dengan penampilannya, berjalan dengan sedikit sempoyongan karena dehidrasi, wanita cantik itu menuju ruang tengah.
Kosong, ia tidak melihat John dimana pun, sampai aroma daging asap mulai menusuk indera penciumannya.
Dapur.
Seseorang tengah berkutat di dapur.
Naomi tertegun.
Meski sangat familiar, di saat bersamaan juga terlihat asing.
"John?"
Mendengar sebuah suara lembut yang menyebutkan namanya.
Lelaki dengan kaos hitam tanpa lengannya itu menoleh sekilas.
Tersenyum tipis sebagai sapaan.
Mengatur panas alat pemanggangan, John memberi isyarat agar wanita yang sedari tadi hanya tertegun menatapnya, mendekat.
"Aku pikir kau pergi,"
John mengerutkan dahinya, menatap wanita yang sudah berdiri di sampingnya itu.
"Ke mana?"
"Kantor?"
John mendengus geli.
"Di akhir pekan?"
"Ah-"
Naomi tersadar, benar, ini akhir pekan.
"Maafkan aku,"
John menggeleng saja, kenapa malah meminta maaf?
"Mau coba sausnya?"
Naomi mengangguk, menurut dengan membuka sedikit mulutnya, mencicipi secuil saus di sendok kecil yang disodorkan padanya.
"Bagaimana?"
Naomi tersenyum, "Enak,"
"John, kau pandai memasak?"
"Bisa, tidak pandai,"
"Tapi enak,"
"Kau baru mencoba saus,"
Naomi mengintip daging yang masih dipanggang dengan api kecil.
Perutnya tiba-tiba bergemuruh.
Menimbulkan suara yang membuat kedua pipinya bersemu merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fading The Heartless | JOHNNY SUH
Fanfictionwhat if an innocent, stuck with inescapable such a heartless, but how about fading it slowly?