Prom night baru saja usai. Musik-musik yang awalnya terdengar memekakkan telinga, perlahan memelan dan nyaris tak terdengar lagi. Aula sudah lumayan kosong, hanya tersisa band Miki, Lenna, Launa, dan beberapa guru dan karyawan. Para OSIS sedang membersihkan lingkungan di luar aula karena banyaknya orang yang membuang sampah sembarangan. Memang sudah diberlakukan sistem denda bagi yang membuang sampah sembarangan, namun orang tidak juga jera.
Lenna dan Launa tengah duduk di atas panggung, karena kursi-kursi sudah ditumpuk di pojok ruangan oleh karyawan. Lantai sedang disapu dan dipel sekarang. Kedua cewek itu juga sudah membantu meletakkan piring dan gelas kotor ke dapur sekolah, itupun mereka yang memaksa, karena Miki suka repot sendiri kalau melihat Lenna kecapekan. Yah, namanya juga yang abis romantis-romantisan di taman. Eh.
Minzy menyusul duduk di sebelah Launa sambil mengipas-kipas wajahnya dengan tangan. Memang tak berpengaruh banyak namun lumayan juga. "Kalian belum pulang?"
"Nunggu Lenna," itu jawaban Launa.
"Nunggu Miki," dan itu tentu saja jawaban Lenna.
Minzy menyengir ketika mendengar penuturan kedua cewek itu, lalu manggut-manggut. "Ini AC pake dimatiin segala, ih. 'Kan gerah,"
"Daniela yang minta," jawab Launa. "Itu lho, sepupu Daniel yang OSIS itu. Katanya AC-nya udah melebihi budget awal."
Minzy mencibir. Kemudian ketiganya terdiam sambil memperhatikan para pekerja yang tengah mengepel lantai aula, menguap sesekali. Jam memang sudah menunjukkan pukul satu dini hari, wajar kalau mereka sudah nyaris tepar saking capek dan ngantuknya.
Baru saja Lenna memejamkan matanya, sebuah tepukan kecil terasa di pundaknya, disusul oleh sentuhan objek hangat di pipinya. Lenna langsung membuka matanya. Pipinya memerah ketika menyadari kalau Miki tengah mencium pipinya. Wajah cowok itu masih sangat dekat dengan wajahnya. Dan dengan brutal, Lenna menabok pelan wajah Miki, membuat Launa dan Minzy terbahak-bahak melihat wajah kecut Miki.
"Kamu nggak sayang ya, sama aku?" ngambek Miki sambil manyun-manyun sok lucu.
Lenna mendelik, bersembunyi di balik punggung Minzy. "Nggak! Aku nggak suka bebek, dan kamu sama aja kayak bebek, suka nyosor-nyosor."
Miki mencubit pipi Lenna gemas, lalu menarik tangan cewek itu dan menggenggamnya. Ia pun menatap Minzy dan Launa bergantian. "Minzy, Launa, kita duluan, ya. Rico sama Daniel bawa mobil, kok. Permisi."
Lenna melongo tak percaya. Ia menatap Launa, meminta pertolongan agar tidak perlu di mobil berdua dengan Miki. Namun yang ditatap hanya tersenyum manis.
"Oke, Mik. Semoga lancar. Hati-hati di jalan."
Teman macam apa itu?!
Oke ... Lenna akui, Lenna rindu saat-saat di mana ia jalan berdua dengan Miki.
[=====]e x t r a • c h a p t e r[=====]
"Diem aja daritadi?" celetuk Miki sambil mengerem mobilnya begitu melihat lampu lalu lintas yang berubah warna menjadi merah. Cowok itu merapikan rambutnya dengan tangan, melirik ke arah Lenna yang memang sedaritadi diam, hanya menatap lurus ke depan dengan tatapan yang sulit diartikan.
Lenna mendelik, menggeleng pelan. "Nggak ada topik pembicaraan."
Hening sejenak. Miki menatap alat penghitung mundur pergantian lampu lalu lintas sambil sibuk berpikir. Tiba-tiba senyumnya terukir. "Kamu tahu sesuatu?"
"Soal apa?" tanya Lenna bingung.
"Soal tadi, di aula," tutur Miki singkat, sebelum akhirnya melanjutkan. "Kamu bohong."
KAMU SEDANG MEMBACA
NERDIOLA ✔
Teen FictionPROSES PENERBITAN. Alenna Nerdila Putri bener-bener cewek terpopuler disekolah. Tapi tidak, dia bukan terkenal karena dia anak cheers atau sebagainya. Dia terkenal karena dia nerd, ditambah lagi nama tengahnya yang juga sedikit mirip 'nerd'. Michael...