note:
maafin kalo ada typo atau kalimat aneh. ini gak aku cek ulang soalnya ahaha. oh dan jawab pertanyaan di a/n nanti yap!
▶◀▶◀▶◀
Alenna Putri mengetuk-etukkan telunjuknya di dagunya sambil mencibir pelan. Hal ini sudah ia lakukan sejak lima belas menit yang lalu. Entahlah, mungkin ini karena Lenna bete berat akibat Siska yang mengundur jadwal kepulangannya dan menyuruh Lenna menginap di rumah kenalan Siska. Padahal kan, Lenna bisa mengurus diri sendiri.
Ups, kecuali hal makanan, mungkin. Tapi itu bukan masalah. Lenna bisa membeli fast food, kan?
Lenna menghentikan ketukan telunjuknya dan menyandarkan tubuhnya lebih dalam ke sofa. Saat ini, Lenna memang sedang berada di sebuah lobi apartemen yang cukup mewah. Untuk apa? Yah, untuk menemui kenalan Siska itu, lho. Demi apapun, Lenna bosan.
Bahkan, cewek itu langsung cabut kesini beberapa menit setelah pulang sekolah. Tentu saja Lenna capek juga. Meskipun terdapat film komedi yang diputar di televisi yang berada di kafe dekat lobi tersebut, Lenna tetap menekuk wajahnya.
Setelah beberapa menit diam seperti orang aneh, Lenna pun akhirnya mengeluarkan ponselnya dan membuka twitter-nya. Yah, siapa tahu Miki nge-tweet lagi. Lenna tak mau berharap terlalu tinggi, tapi apa salahnya berimajinasi kalau Miki menyukai dirinya?
Pfft. Sejak kapan Lenna jadi kayak gini?
Sejak Miki deket-deket sama dia.
Lenna menggeleng-gelengkan kepalanya frustasi, lalu membuka timeline Miki. Tak ada yang spesial, hanya ada tweet terbaru bertuliskan 'test'. Lenna mengedikkan bahu, lalu segera menutup aplikasi twitter tersebut.
Baru saja Lenna berancang-ancang untuk membeli sebuah soda di mesin penjual minuman otomatis -- atau vending machine -- yang berada di pojok lobi tersebut, tiba-tiba ponselnya bergetar. Lenna merutuk dalam hati dan langsung mengangkat panggilan itu tanpa melihat caller ID.
"Alenna, kamu bisa langsung ke lantai sebelas, nggak? Tante lagi sibuk beres-beres nih soalnya, hehe."
Lenna mengumpat dalam hati. "Bisa kok, Tan. Nomor kamar Tante apa?"
"Lantai sebelas, kamar nomor 1157."
"Oke, Tan." Setelah menutup telepon, Lenna pun membeli soda yang akan dibelinya tadi dan langsung berjalan menuju lift.
Beberapa menit kemudian, Lenna sudah berada di lantai sebelas dan sedang sibuk mencari kamar nomor 1157 yang ditempati Tante Maureen, kenalan Siska yang merupakan seorang editor sebuah majalah. Lenna mengerutkan alisnya begitu menyadari kalau dia semakin menjauh dari kamar yang dicarinya karena kini ia dapat melihat kamar nomor 1103 di hadapannya.
Lenna menghela napas, lalu berjalan ke arah yang berlawanan. Namun tiba-tiba seseorang menabraknya. Atau Lenna yang menabraknya? Siapa yang tahu?
"Hati-hati, dong," omel seorang cowok yang kini tengah merapikan rambutnya.
"Maaf, maaf," gumam Lenna sambil mengerutkan alisnya lagi. "Michael, kan?"
Cowok itu cengo sesaat, sebelum akhirnya mengangguk. "Ngapain lo di sini, Len?"
"Mau nginep di rumah temennya nyokap," jawab Lenna sambil mulai berjalan lagi.
Miki ber-'oh' pelan. "Sini gue bawain koper lo."
"Gausah, emangnya lo pembantu gue?"
Miki hanya mengedikkan bahu, kemudian keadaan sunyi. Hanya terdengar suara yang berasal dari sepatu boots Lenna dan sepatu kets Miki. Dan nampaknya, Miki benci keheningan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NERDIOLA ✔
Ficção AdolescentePROSES PENERBITAN. Alenna Nerdila Putri bener-bener cewek terpopuler disekolah. Tapi tidak, dia bukan terkenal karena dia anak cheers atau sebagainya. Dia terkenal karena dia nerd, ditambah lagi nama tengahnya yang juga sedikit mirip 'nerd'. Michael...