"Diumumkan kepada Michael Nerdilo Putra, Michael Nerdilo Putra, ditunggu kehadirannya di ruang Kepala Sekolah segera. Terima kasih."
Miki mengerang, lalu berdiri. Cowok itu berdeham sejenak, "Lenna, minum aja jus mangga-nya. Aku tinggal bentar, ya?"
"Minum jus mangga yang tumpah, maksud lo?" Lenna bertanya sok polos.
"Geez, yang utuh, lah." Miki terkekeh lalu mengacak-acak rambut Lenna. "Aku duluan, ya."
Lenna tak menyahut. Setelah punggung Miki menghilang dibalik pintu kantin, Lenna menghembuskan napas-antara lega dan tak rela-sambil mengusap puncak kepalanya yang habis di-'pegang' Miki tadi. Kalau ngacak-ngacak rambut, 'kan otomatis megang kepala, 'kan?
Lenna tertawa kegirangan dalam hati, lalu kembali menormalkan ekspresinya ketika salah seorang teman Miki lewat. Siapa namanya? Minzy? Eh bukan, Rico! Eh bukan, Daniel! Hah? Tapi 'kan Minzy cewek ... kenapa jadi nyambung ke cowok sih.
Tapi, seingat Lenna, cewek ini bukan Minzy atau pun Kanissa. Cewek, kelihatannya supel dan ramah. Wajahnya mirip salah seorang teman Miki yang lain-antara Rico atau Daniel, yang jelas cowok.
Cewek-yang-bukan-Minzy-atau-Kanissa ini pun berdiri di sebelah meja Lenna. "Hai! Boleh duduk di sini?"
Lenna mengangguk kikuk, lalu mengambil jus mangga yang masih utuh dan meminumnya banyak-banyak, hal yang ia lakukan kalau ia lagi gugup.
"Gue Daniela," ucap cewek asing tadi. Oh, Daniela. Namanya mirip Daniel, ya? Jangan-jangan kembarannya Daniel? Kayaknya nggak mungkin, deh.
"Gue Lenna," sahut Lenna sambil memaksakan seulas senyum. Entah kenapa, semenjak Miki pergi ke ruang Kepala Sekolah, suasana hatinya jadi berubah tidak enak kalau bertemu orang lain.
Daniela mengangguk. "Gue tau, kok. Gue cuma mau ngomong. Bentar. Nggak nyampe sepuluh menit."
Lenna menaikkan sebelah alisnya, lalu mengangguk santai. Akhirnya, ia bisa rileks juga. "Kenapa?"
"Perasaan lo ke Miki itu ... gimana?" tanya Daniela langsung. Lenna sempat berpikir kalau Daniela ini bisa membaca isi hatinya, namun pikiran itu segera ditepisnya ketika Daniela menatapnya seolah sangat penasaran dan menunggu sebuah jawaban.
Lenna menautkan alisnya. "Yah ... biasa aja, sama kayak dulu."
Ya ampun, Lenna bisa salah ngomong kalau beginj caranya! Daniela bisa mengambil arti yang salah nanti! Seperti misalnya; sama kayak dulu waktu Lenna dan Miki pacaran. Gawat!
"K-kayak dulu ... sebelum gue kena pukul bola basket dia," tambah Lenna pada akhirnya, sambil diam-diam mengulum senyum karena ingatannya kembali terlempar ke masa lampau. Bola Miki yang mengenai punggungnya, Miki yang akhirnya membelikan dia jus mangga, dan akhirnya Miki yang mulai tanya ini-itu soal hidupnya. Lucu juga.
Daniela tersenyum tipis melihat ekspresi dan tatapan mata Lenna yang melembut, malah seakan mencerminkan kebahagiaan. Daniela pun memutuskan untuk diam sesaat, menikmati es jeruknya, karena takut merusak waktu-waktu bernostaliga Lenna.
Mereka berdua diam, dan suara musik panggung seakan menjadi backsound-nya. Tiba-tiba, Lenna mendongak menatap Daniela.
"Eh, lo bukannya MC, ya?"
Daniela menautkan alis, lalu mengangguk.
"Kok bisa di sini?"
Alis Daniela makin berkerut. "Emang kenapa?"
"Maksud gue-" Lenna nyengir melihat ekspresi Daniela yang kelewat serius. "-'kan lo bakal bawain acara, jadi gue kira lo itu stay terus di backstage."
KAMU SEDANG MEMBACA
NERDIOLA ✔
Teen FictionPROSES PENERBITAN. Alenna Nerdila Putri bener-bener cewek terpopuler disekolah. Tapi tidak, dia bukan terkenal karena dia anak cheers atau sebagainya. Dia terkenal karena dia nerd, ditambah lagi nama tengahnya yang juga sedikit mirip 'nerd'. Michael...