Miki bingung. Yap, bingung. Ia bingung kenapa Lenna menjauhinya terus seharian ini. Awalnya, Miki kira Lenna cuma lagi di period-nya, namun tatapan cewek itu menjawab semuanya.
Lenna tak menyukainya. Atau bahkan, membencinya. Siapa tahu? Miki saja bingung dengan tingkah Lenna.
Dan kini, Miki lagi asyik nongkrong bareng Daniel, Rico dan Minzy di dekat lapangan parkir. Lebih tepatnya lagi, ketiga temannya itulah yang asyik nongkrong, bukan Miki. Kenapa? Karena Miki lagi sibuk mikirin soal Lenna.
Tiba-tiba, seorang cewek lewat di hadapan mereka berempat. Cewek itu terlihat terburu-buru, namun Miki merasa familiar dengan wangi parfum cewek itu. Miki pun mendongak. Benar saja, itu Lenna. Miki pun buru-buru mencekal tangan kecil Lenna dan membalikkan tubuh cewek itu untuk menghadapnya.
"Len, kamu kenapa sih? Aku anter pulang, ya?" Miki mengatur suaranya agar terdengar selembut-lembutnya.
Lenna memutar bola matanya. Air mukanya yang awalnya datar, kini makin datar lagi. Cewek itu menarik tangannya dari cekalan Miki. "Gue bisa pulang sendiri. Makasih."
Miki membulatkan matanya. "Len, aku salah apa? Jelasin aku salah apa, Len, jangan marah-marah terus."
"Emangnya lo nggak bisa jelasin semuanya sendiri?! Yang ngelakuin 'kan, elo. Kenapa gue yang jelasin?!"
Miki menggigit bibir bawahnya. "Paling enggak, kamu jangan marah-marah dulu, Len."
Iya juga ya, buat apa gue marah? "Urusan gue sama lo udah selesai, 'kan? Jadi, selamat siang. Gue mau pulang."
Lenna buru-buru pergi dari hadapan Miki. Miki juga tak mencegah cewek itu pergi, toh nanti malah Lenna makin kesal padanya. Jadi, Miki memutuskan untuk memberikan waktu tenang pada Lenna.
Tiba-tiba, Miki merasakan pundaknya ditepuk seseorang. Ternyata Minzy.
"Kenapa, Mik?"
Miki menggeleng pelan, kemudian balas menepuk pundak Minzy. Sebelum berjalan menuju motornya, Miki berkata; "Gapapa. Gue duluan, ya."
* * *
Jujur, hari ini penuh dengan ketidaksenangan bagi Lenna. Mulai dari Launa yang ternyata nggak masuk sekolah—padahal awalnya Lenna mau curhat—sampai saat Miki mencegatnya di lapangan parkir. Lenna bertanya-tanya dalam hati; cowok itu sok nggak tahu atau bego? Jelas-jelas Miki-lah yang memutuskan hubungan mereka berdua, dan sekarang malah Miki yang nanya tentang hal itu?
Lenna pasti bete, lah.
Tadi siang juga, mamanya lagi ketemuan sama Tante Maureen, jadi Lenna langsung pulang dengan taksi. Lenna hanya nggak mau masalah dia dan Miki tersebar luas, apalagi Tante Maureen—dan Linda—mengenal Miki cukup dekat. Bisa gawat 'kan, kalau banyak orang tahu? Lenna nggak suka ditanya-tanyai macam-macam.
Hari ini juga, Lenna bertukar tempat duduk dengan cowok kutu buku yang duduk di barisan depan. Cowok itu sempat menolak, tapi akhirnya setuju juga ketika Lenna menyogoknya dengan buku ensiklopedia. Lenna sudah punya banyak buku serupa, jadi cewek itu dengan senang hati memberikan buku tebal tersebut pada si cowok kutu buku itu.
Kalau Miki? Muka cowok itu udah se-kecut jeruk nipis, se-asam buah mangga muda dan se-pahit biji salak. Tunggu—emangnya biji salak pahit? Lenna belum pernah nyoba, sih.
Namun lagi-lagi, kalau boleh jujur, Lenna merasa kesal setengah mampus ketika melihat ekspresi bingung Miki setiap waktunya. Cowok itu terlihat tak tahu apa-apa, namun Lenna sudah naik pitam dan tak akan bicara baik-baik. Sebenarnya juga, untuk apa Lenna marah? Untuk apa Lenna menangis? Semuanya cukup terjadi saat ia memutuskan Jason dulu—beberapa tahun yang lalu—dan Lenna bersumpah hal itu jangan sampai terjadi lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
NERDIOLA ✔
Fiksi RemajaPROSES PENERBITAN. Alenna Nerdila Putri bener-bener cewek terpopuler disekolah. Tapi tidak, dia bukan terkenal karena dia anak cheers atau sebagainya. Dia terkenal karena dia nerd, ditambah lagi nama tengahnya yang juga sedikit mirip 'nerd'. Michael...