Hola hola☆
Belom ngecek typo dan semoga ga ada typo atau kalimat aneh.
Sori yap baru apdet hahaha. Baru sempet. Bentar lagi aku masuk sekolah ... semoga dapet kelas yang enak :3 Btw kayaknya aku mesti nambahin genre humor ke cerita ini.
Gadeng. Haha.
Kenapa pada ngakak? Beneran lucu? Yaampun ternyata lucu(?) aku gak nyangka HAHAHAHA.
Oke. Silahkan baca chapter ini. Semoga memuaskan ya:(
~ ~ ~ ~ ~
Miki melirik cewek yang tengah duduk di sebelahnya dengan ekspresi tak percaya. Kini, mereka tengah berada di sebuah toko alas kaki -- bukan toko sepatu karena toko ini juga menjual sandal jepit, flat shoes dan lain-lain -- dan Lenna sedang asyik mencoba-coba beberapa sandal jepit yang lumayan modis.
Setidaknya, bukan sandal jepit karet yang murah meriah.
Sebenarnya ini karena Miki memaksa Lenna untuk tak membeli sandal jepit karet yang menurut Miki 'nggak banget'. Jadi, Lenna dengan terpaksa mencoba-coba sandal jepit di toko ini dan wajib membelinya.
"Udah belom? Keburu malem," ucap Miki sambil melirik-lirik sandal jepit yang sudah Lenna coba tadi.
Lenna mendengus. "Lo yang ngajak gue kesini. Kalo kita nggak kesini, pasti gue udah dapet sendal lebih cepet."
"Kita bukan mau ngojek payung, Len." Miki beralasan. Cowok itu pun menyandarkan tubuhnya ke salah satu rak sepatu anak-anak sambil memperhatikan Lenna dengan agak bosan. Kenapa cewek rempong banget? Gue kira Lenna nggak rempong. Ternyata semua cewek sama aja.
"Cowok juga semuanya sama aja," sahut Lenna ketus sambil mengambil satu sandal jepit yang menurutnya nyaman dan meletakkannya di meja kasir. "Semuanya brengsek."
Miki melotot. Apakah ia baru saja menyuarakan pikirannya? "Whoa, santai aja Len. Gue nggak bermaksud, serius."
"Abis ini gue mau pulang. Dan nggak usah ketemu-ketemu gue lagi."
Miki mengacak-acak rambutnya kesal. "Lagi dateng bulan ya lo, sensitif banget?"
"Bukan urusan lo. Emang lo siapa? Psikiater? Sotoy lo," sahut Lenna kembali berapi-api. Cewek itu menghela napas, lalu menatap Miki. "Apa liat-liat?!"
Miki menghembuskan napasnya, lalu membayar sandal jepit Lenna dan menarik tangan Lenna.
"Sandalnya gimana, dodol?!"
Dodol lagi.
* * *
Lenna menatap pemandangan yang kini terpampang di hadapannya. Lampu berkelap-kelip, cahaya bintang yang gemerlapan, dan kini tangannya tengah menggenggam sebuah stik yang memiliki lampu. Jadi, stik itu mempunyai tombol dan jika ditekan, stik itu akan bercahaya warna-warni.
Kekanak-kanakan memang. Tapi tadi Lenna merasa kasihan melihat penjualnya, jadi dia membeli stik ini. Hitung-hitung untuk menceriakan mood-nya yang sedang berjungkir balik.
"Duduk Len," ajak Miki sambil duduk di sebuah kursi lipat yang agak besar.
Lenna menghembuskan napas. "Nyuruh mulu sih. Gue pengen disini. Bentar kenapa, sih."
Miki hanya bergumam 'hmm' dan kembali sibuk dengan iPhone-nya. Cowok itu tersenyum-senyum sendiri sambil melihat-lihat notifikasi ponselnya tersebut.
Lenna memperhatikan Miki dengan agak jengkel. Maksudnya apa coba, ngajak-ngajak kesini tapi ujungnya gue dikacangin?
"Jangan ngedumel. Duduk sini, makanya. Susah ngajak ngobrol kalo jauh-jauhan gini. Nggak dapet feel," ucap Miki ngaco sambil mengunci layar ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NERDIOLA ✔
Fiksi RemajaPROSES PENERBITAN. Alenna Nerdila Putri bener-bener cewek terpopuler disekolah. Tapi tidak, dia bukan terkenal karena dia anak cheers atau sebagainya. Dia terkenal karena dia nerd, ditambah lagi nama tengahnya yang juga sedikit mirip 'nerd'. Michael...