BAB 1

1.5K 52 5
                                    

"apa mereka pernah memikirkan bahwa diriku juga terluka? apa mereka fikir aku tak sakit hati? apa mereka fikir aku batu yang jika diinjak-injak, dilempar kotoran, dibanting, bahkan di pecahkan dia tak merasakan sakit? Mereka fikir aku nggak punya perasaan, sehingga dengan seenak hati mereka menyakitiku, mengatakan bahwa aku anak haram, anak yang nggak pernah diinginkan semua orang, anak yang tak pantas dicintai siapapun? Kalau aku bisa memilih, aku juga nggak mau kayak gini, aku juga nggak mau lahir diluar nikah! Kenapa mereka semua nyalahin aku!!! Kenapa mereka nggak gunain otak mereka buat berfikir? Kenapa mereka gak tanya apakah aku ini mau dilahirkan dengan status yang seperti ini!!! Anak laki-laki cantik itu menangis dengan tersedu-sedu, air matanya mengalir deras tanpa permisi, perasaannya hancur. Bukan hanya perasaan, tapi jiwa dan raga nya hancur secara keseluruhan. Dia disalah kan oleh semua orang yang bahkan itu bukan kesalahannya, dirinya terlalu lelah untuk terus menghadapi semua nya sendiri. Ingin rasanya ia pulang..... pulang dengan sendiri, tanpa dijemput ataupun diantar, hanya sendiri. Apakah boleh?

Ada apa dengan dirinya? Kenapa dia meminta kepada Tuhan hal yang sangat menyedihkan seperti itu? Apa ada yang menyakiti dirinya dengan sangat dalam?

"Ampun bunda, ampuunn... Sakit.. akh.. ampun bunda" pinta anak laki-laki mungil yang malang itu, saat rambut nya ditarik kuat, tubuhnya terjatuh dari tempat tidur.

"Berani kamu ya, berapa kali sudah ku bilang, jangan bangun siang. Kamu tau kan aku pagi-pagi harus ke kantor dan harus sarapan. Sekarang buka matamu, dan buat kan aku sarapan!" Perempuan itu Manarik rambut hitam yang digenggam ditangannya.

"Iya bunda... Maaf, Nukea akan buatkan bunda sarapan.... tapi lepas dulu bunda.. sakit... " perempuan itu melepas tarikan tangannya dirambut Nukea. Lalu melayangkan tangannya dipipi kanan bocah laki-laki mungil itu

"Itu tambahan untukmu hari ini, cepat bangun dan bereskan seluruh rumah ini sampai bersih. Kalau aku pulang nanti masih ada yang kotor, kamu tau akibatnya!" Perempuan itu segera melangkahkan kaki nya pergi keluar dari kamar Nukea

Nukea menangis merasakan sakit dikepala nya, ada beberapa helai rambut nya yang tercabut saat ditarik bunda nya, badan nya yang sakit akibat terbanting tadi dipaksa nya berdiri, dan menjalakan perintah dari Bunda nya tadi. Nukea jalan dengan tertatih-tatih, air mata nya terus mengalir.

Sebenarnya Nukea sakit hari ini, badan nya demam, kepalanya pusing. Kemarin dia kehujanan saat pulang dari sekolah, dan semalam Nukea kurang tidur, karena merasakan pusing dan hidung nya yang tersumbat. Itulah kenapa pagi ini dirinya telat bangun, dan tidak mempersiapkan sarapan untuk bunda nya.

Padahal baru kali ini Nukea bangun kesiangan, dan itu belum terlalu siang fikirnya, tapi bunda nya sudah memarahi nya. Bunda nya bahkan tidak bertanya terlebih dahulu, kenapa dia bangun kesiangan.

"Aku harus cepet-cepet beresan, untung hari ini libur, jadi aku bisa minum obat istirahat setelah ini" Nukea segera beberes, sebenarnya badan nya tidak sehat, tapi kalau tidak mengerjakan pekerjaan rumah, bunda nya nanti menghukum dirinya lagi.

Nukea, anak laki-laki cantik tapi juga ikut, dia adalah anak tunggal dari orang tua tunggal juga. Dia tidak tau dimana ayahnya, bahkan Oma dan Opa nya pun tidak tau siapa dan di mana ayahnya. Pernah ia tanya kepada bunda nya, bukan nya dijawab malah diri nya dihukum dan dikurung di kamar mandi. Nukea sering mendapatkan kekerasan secara fisik dari sang bunda. Entah kenapa ia seperti sangat dibenci oleh sang bunda.

Laki-laki cantik itu selalu mendapat bully-an dari teman-teman sekolahnya. Sejak ia kecil sampai sekarang, teman-teman nya sering mengolok-olok Nukea, mengucilkan dirinya terkadang juga mereka menjahili dia. Yang membuat Nukea semakin sedih adalah ketika teman-teman nya selalu mengatakan bahwa diri nya anak haram, lahir tanpa ayah. Bahkan mereka mengatakan, ia tak pantas menjadi teman mereka.

Selama ini Nukea selalu diperlakukan buruk oleh teman-temannya nya maupun ibu nya. Tapi dirinya tak pernah mengadu kepada siapa pun toh juga percumah, tidak ada yang bisa membantu nya, tidak ada yang berubah walaupun ia mengadu. Dirinya sudah terbiasa dengan keadaannya ini.

Hari semakin siang, Nukea sudah selesai dengan pekerjaannya, makan dan minum obat, dirinya kembali ke kamar untuk beristirahat. Nanti sore sebelum Bundanya kembali, ia akan bangun dan menyiapkan makan malam.

Tapi ternyata saat bunda nya kembali, Nukea belum bangun dari tidur nya, hari ini bundanya pulang lebih awal dari biasanya.

"Nukea! Nukea!... Dimana anak itu!... Nukea!" Bunda Nukea mencari keberadaannya, dan menemukan dirinya yang sedang tidur

"Anak kurang ajar, orang capek-capek pulang dari kerja, dia asik tidur. Emang ga ada kapok-kapoknya ini anak! Bangun!!!" Tangannya menarik tubuh Nukea, sampai dirinya hampir terjatuh dari tempat tidur

"Bunda... Maaf bunda.. tadi Nukea kepalanya pusing, jadi.." belum sempat Nukea menyelesaikan kalimatnya. Rambutnya sudah ditarik oleh tangan bunda nya

"Aw.. sakit bunda...." dia tak peduli dengan rengekan Nukea

"Sakit ha?? Rasakan, siapa suruh jam segini tidur.. sini kamu.." tangan itu menyeret tubuh Nukea kedalam kamar mandi. Dan menghempaskannya ditembok

"Enak sekali kamu tidur... " Menyalakan shower yang berada diatas kepala Nukea, lalu memukul tubuhnya dengan hanger kawat yang ada digantungan pintu kamar mandi itu.

"Ampun bunda.. sakitt....ampun bunda, jangan.... " Tangan yang mencoba menghalangi tubuhnya dari sebatan hanger itu pun memerah akibat pukulan bundanya

"Kurang ajar kamu ya, aku capek-capek kerja, kamu asik tidur, dasar anak tidak tau diuntung, tidak tau diri kamu!" Perempuan itu mencambuk seluruh tubuh Nukea menggunakan hanger kawat yang sudah ia plintir memanjang

"Bunda.... Sakit bunda... Ampun..." tangisan dan rintihan dari mulut anak laki-laki cantik itu, tak dihiraukan sang bunda. Ia malah semakin membabi buta mencambuk seluruh tubuh itu, tidak hanya mencambuk tangannya juga menampar pipi Nukea sampai ujung bibirnya mengeluarkan darah, kaos yang Nukea gunakan sudah dilepas menyisakan pakaian bawah nya saja. Guyuran air dari shower yang terus membasahi tubuh Nukea sampai ia merasa kedinginan.

Setelah puas melihat seluruh tubuh Nukea penuh dengan garis merah, bahkan ada yang sampai berdarah, perempuan itu menyudahi cambukan nya dan menutup keran shower yang masih mengalir itu.

"Rasakan itu, terima akibatnya" tanpa rasa iba sedikitpun dihatinya melihat Nukea yang sudah terkulai lemah dengan tubuh yang basah dan luka disekujur tubuh nya.

"Bunda... Apa salahku? Kenapa bunda sangat membenciku?" Tanya Nukea dengan suara nya yang lemah, tangannya memeluk erat kedua kakinya, tubuhnya terbaring dilantai.

"Kau tanya apa salahmu?" Nukea hanya terdiam mendengar pertanyaan bunda nya, dirinya masih terisak pelan merasakan sakit dan perih disekujur tubuhnya.

"Salahmu... Karena kau lahir dimuka bumi ini. Apa kau tau? Aku tak pernah berniat untuk melahirkan mu, dari dulu aku berusaha untuk membunuhmu dalam kandunganku, tapi sialnya Oma mu, orang tua itu selalu bisa menghalangi ku dan menyelamatkanmu, sampai sekarang! Puas?!" Sungguh, hati Nukea sangat sakit mendengar bunda nya berkata seperti itu, tangisnya semakin pilu, tubuhnya bergetar

"Bunda... apa bunda menyesal melahirkan ku?" Perempuan itu tersenyum miring mendengar pertanyaan dari anak malang itu.

"Sangat. Sangat menyesal, gara-gara kamu aku dianggap semua orang perempuan hina, dicap semua orang pelac*r karena hamil tanpa ada suami. Omongan orang semakin menjadi setelah kelahiran mu yang tanpa ayah. Apa kau tau ha?! Aku selama ini menderita karena dirimu. Dasar anak haram!" Nukea kembali merasakan sakit dipipi nya karena satu tamparan keras dari tangan ibu nya, dirinya menangis, sungguh berkali-kali lipat sakit ditubuhnya setelah mendengar perkataan bunda nya itu.

"Nikmati tidurmu disini malam ini!" Kakinya melangkah keluar dan mengunci pintu kamar mandi itu.

Nukea mengeratkan pelukan tangannya dikedua kakinya itu, tubuh lemahnya yang tidak memakai pakaian meringkuk dibawah shower, tubuh nya basah mengigil kedinginan. Kepala yang tadi pusing semakin terasa sakit, pandangan matanya buram dan seketika kedua mata itu terpejam dengan air matanya mengalir, sungguh pilu hatinya setelah mendengar apa yang dikatakan bunda nya tadi.

[END] ANAK HARAM (ZEENUNEW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang