BAB 2

612 37 2
                                    

Yiwah benar-benar mengurung Nukea didalam kamar mandi, dirinya dibiarkan tidur di sana se malaman. Bahkan pagi ini pun Intan tidak memeriksa keadaan Nukea dikamar mandi itu.

Hari semakin siang, Nukea masih memejamkan matanya, bahkan saat cahaya di ruangan kamar mandi itu semakin kontras, kedua matanya tetap tidak terbuka.

Tubuh penuh luka itu tak bergeming sedikitpun, hanya nafas yang terdengar lemah menggerakkan tubuh mungil yang terdapat beberapa lebam membiru

"Nukea... Nhu..... Kamu dimana sayang? Oma datang Nukea.... kemana dia?" Oma Nukea yang mengunjungi rumah Intan mencari keberadaan cucu nya itu, tapi saat dirinya memangil Nukea, tak ada jawaban.

"Ini Yiwah kenapa nggak jawab telfon nya sih? Kemana Nukea. Kenapa dia hari ini tidak sekolah" Oma Nukea sibuk mencari diri nya didalam rumah itu, sedangkan tangannya yang memegang ponsel itu, sibuk menelfon ibu nya yang tak kunjung menjawab telfon itu.

Tadi pagi saat Oma Nukea masih duduk didepan rumah, guru Nukea menelfon, menanyakan Nukea, karena anak laki-laki cantik itu tidak masuk sekolah tanpa keterangan. Guru itu sudah menelfon bunda nya Nukea, tapi tidak dijawab. Dan akhirnya menghubungi Oma nya Nukea.

Dirinya masuk ke kamar Nukea, tapi tidak juga menemukan cucu nya, saat ia memegang gagang pintu kamar mandi yang hendak dibuka nya, ternyata kamar itu terkunci.

"Nukea? Kamu didalam sayang?" Mengetuk pintu kamar mandi itu namun tak ada jawaban

"Nhu... Ini Oma nak, buka pintu nya sayang" tetap tidak ada jawaban. Fikiran nya semakin gelisah, cucu nya terkunci didalam kamar mandi

"Ya Tuhan... Apa yang kali ini Yiwah lakukan pada Nukea, kenapa dia mengunci anaknya disini.. Nukea.... Jawab Oma sayang" masih berusaha mengetuk pintu kamar mandi itu, berharap ada jawaban dari dalam, tapi nihil

Kemudian ia mencoba mencari kunci pintu kamar mandi yang tidak ada dipintu nya itu, memeriksa semua laci dan meja yang ada disana. Akhirnya kunci itu tergeletak diatas meja belajar cucu nya, segera ia membuka kunci pintu itu. Setelah masuk kedalam, dirinya terkejut melihat Nukea yang meringkuk dilantai dengan luka yang mulai membiru kehitaman disekujur tubuhnya. Ternyata cucu nya itu pingsan, makanya tidak menjawab panggilan nya tadi.

"Nukea!!.. Nukea... Bangun nak... Bangun sayang.. ini Oma.. Oh Tuhan, apa yang bundamu lakukan pada mu sayang.. bangun nak.." dirinya mendudukkan Nukea dan memeluk cucu nya yang masih belum sadar dari pingsan nya itu. Tangannya mengusap-usap wajah Nukea, menggoyangkan tubuhnya, tapi Nukea tidak juga sadar.

"Nhu.... Oh Tuhan, badanmu panas sekali. Tunggu sebentar sayang" setelah menyenderkan Nukea didinding, dirinya mengambil dan memasangkan kimono yang tergantung dipojok kamar mandi itu.
Tangannya mengotak-atik ponsel nya dan menghubungi seseorang diseberang sana

"Pa... Bisa kerumah Yiwah sebentar tidak? Nukea pa.... Nukea..." suaranya gemetar saat berbicara kepada orang yang dihubunginya itu

"Ma.. pelan-pelan ngomong nya, Nhu kenapa?" Suara khawatir terdengar dari telfon itu

"Nukea pingsan pa.. dia dikurung Yiwah dikamar mandi dan sekarang tidak sadar kan diri. Cepat kesini pa, kita bawa Nukea kerumah sakit..."

"Oke.. oke.. papa segera kesana" sambungan telfon itu segera terputus.

Oma Nukea kembali lagi ke kamar mandi dan memeluk tubuh mungil cucu nya itu, memberikan kehangatan ditubuh yang sedingin es itu. Dirinya menangis melihat cucu nya sekarat seperti saat ini, hatinya terasa disayat-sayat ribuan silet. Sungguh biadab anak nya itu, dirinya harus memberi pelajaran padanya nanti.

"Sabar sayang... Opa sebentar lagi datang... Ya Tuhan Nukea.... Oma minta maaf sayang, Oma gagal mendidik bunda mu.. Oma gagal melindungi mu nak... Maafkan Oma sayang..." Tangannya mengelus sayang rambut yang masih setengah basah itu, dan mengecup pucuk kepala Nukea, rasa pilu dihatinya memaksa air mata yang ditahan dipelupuk matanya mengalir untuk kesekian kalinya

DIRUMAH SAKIT

Laki-laki yang sudah lebih dari paruh baya itu memeluk isterinya yang menagis di lorong rumah sakit, tepatnya didepan ruang ICU. Setelah mendapat pertolongan di IGD, Nukea dikabarkan kritis dan sekarang pindah diruang ICU. Oma dan Opa nya belum masuk keruangan itu, mereka tak sampai hati melihat keadaan cucu nya yang sedang di masa kritis nya itu, perasaan mereka sungguh hancur melihat Nukea terbaring lemah diranjang rumah sakit.

"Pa... Kenapa ini semua terjadi pada cucu kita pa?" Isakan tangis isteri nya terdengar ditelinga laki-laki itu, tangan yang berada dipunggung isterinya itu mencoba menenangkan tangisan pilu itu dengan cara mengelus kepala sang isteri

"Sabar ma.. kita doakan semoga Nukea bisa melewati masa kritisnya, setelah ini. Aku tidak akan membiarkan Nukea tinggal bersama Yiwah lagi, Sudah cukup dirinya selama ini menyiksa cucuku!" Rahangnya mengeras mengingat, dirinya sering menemukan lebam di tubuh Nukea, ketika dirinya berkunjung atau tidak sengaja bertemu saat Nukea pulang dari sekolah.

Setelah susasana hati mereka sedikit tenang, mereka masuk kedalam ruangan Nukea, air mata tak mampu dibendung lagi, melihat cucu kesayangan mereka terbaring dengan beberapa selang oksigen dan infus yang terpasang di tubuhnya.

Tangan yang sudah tidak muda lagi itu, menyentuh dan menggenggam tangan Nukea yang dipasang infus. Air matanya mengalir tanpa permisi, sungguh hatinya sangat sakit melihat keadaan cucu semata wayangnya ini.

"Nhu... Bangun sayang.. ini Oma... Apa Nhu tidak kangen sama Oma hemm" sebelah tangannya menghapus kasar air mata itu

"Kita pulang ke rumah Oma ya sayang, nanti Oma masakin kesukaannya Nukea.... ya sayang... Nhu harus kuat... Demi Oma sayang..." tangan laki-laki itu mengelus punggung isterinya, menenangkan isterinya yang menangis, ia juga tak kuasa menahan air mata yang sudah membendung dipelupuk matanya

"Pa.. Nukea pasti bangun kan pa... " ucapnya yang masih fokus menatap wajah cantik itu, bibirnya menciumi punggung tangan yang sedang digenggamnya

Sungguh rasa bersalah bersarang dihatinya, membiarkan cucu nya selama ini tinggal dengan bunda nya. Seharusnya ia tidak membiarkan anak nya itu membawa pindah cucu nya yang jauh dari pandangan mereka.

Sementara itu, bunda nya Nukea yang baru pulang dari kantor itu, merebahkan tubuhnya di sofa yang ada diruang tamu rumahnya.
Dirinya merasa lelah hari ini, tangannya memijat pelipisnya kepalanya serasa berdenyut. Banyak sekali permasalah dikantor nya hari ini.

Setelah cukup lama ia memejamkan kedua matanya, tiba-tiba kedua matanya terbuka, ia tersadar bahwa di dalam rumahnya ada yang kurang. Yiwah langsung menuju kamar Nukea dan masuk ke kamar itu. Dilihatnya pintu kamar mandi yang yang sudah terbuka, ia terkejut dan langsung memeriksa kamar mandi itu, tidak ada Nukea disana.

"Dimana dia? Siapa yang mengeluarkan anak itu dari sini" langkahnya meninggalkan kamar itu, menuju ruang tamu. Merogoh tas nya dan mengambil ponsel nya yang dari tadi tidak disentuhnya.

"Mama?....." Kerutan didahi nya terlihat

"Kenapa guru Nukea menelfonku? Ah.. terserahlah, paling juga nanyain kenapa anak itu tidak masuk sekolah. Lebih baik aku telfon balik mama?" Sambungan terlfon itu terhubung

"Ma? Kenapa tadi telfon Yiwah?" Wajah terkejudnya tak bisa ia sembunyikan, saat mama nya menjawab telfon itu

"Oh ya ma.. nanti Yiwah nyusul kerumah sakit, Yiwah siap-siap dulu" Yiwah mengigit jarinya setelah menerima telfon dari mama nya.

"Kenapa harus mama si yang kesini, haisss bakal panjang urusan. Ha!! Sialan anak itu, bikin repot aja! Awas aja nanti!" Tangannya menyambar tas yang ada dimeja, lalu pergi kedalam kamar nya, dan bersiap ke rumah sakit yang dimaksud mama nya tadi.

[END] ANAK HARAM (ZEENUNEW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang