11

704 35 0
                                    

"Nak tolong tanda tangan disini", pintanya.

Ia menandatangani surat pernyataan pengalihan hak rumah menjadi atas namanya. Joshua Adi Dirgantara. Setelah selesai sang pengacara pun langsung pergi meninggalkan Joshua seorang diri di ruang tamu.

Joshua menatap kosong sekitarnya. Tak ada lagi candaan dalam rumah, tak ada lagi marahi dia, tak ada lagi yang menyuruhnya bangun pagi. Semua hilang lenyap bagai ditiup angin.

"Bunda, Jo minta maaf", gumamnya lirih.

Ting tong

Joshua mendengar itu pun langsung menuju pintu utama lalu membukanya. Ia bisa lihat siapa yang datang, mereka adalah teman-teman Joshua dan satu perempuan yang ia suka, mungkin.

"Assalamualaikum Jo"

"Waalaikumsalam, ada apa?"

"Kami hanya ingin berkunjung apa boleh?", tanyanya.

"Silahkan masuk"

Mereka pun masuk dengan Joshua berada di depan mereka. Joshua membawa sebuah nampan yang berisi minum dan beberapa camilan menuju ke ruang tamu.

"Makasih Jo", ucapnya ramah.

"Sama-sama na", sahut Joshua.

"Jo, jadi kamu kapan mau masuk sekolah lagi? Pak Jodi nanyain kamu mulu tuh", tanyanya.

"Belum tahu kak, a-aku masih belum bisa terima semuanya", cicit Joshua.

"Ya ampun bestie jangan sedih-sedih lah,kita semua ada disini buat kamu", ujarnya sambil memeluk tubuh Joshua.

"Bener tuh apa kata Hanif, kita akan selalu buat lu Jo jadi jangan merasa sendirian oke", sarkasnya.

"Makasih den, nif, kak Han, kak Luk, dan Yana, udah mau ada selalu buat Jo. Maaf Jo ngga tahu harus berbuat apa untuk membalas kebaikan kalian", ucap Joshua.

"Owh ga usah mikirin itu Jo, kita-kita ga minta buat kamu balas kok cukup jadi Jo yang dulu aja udah bikin kita seneng iya ga guys", ucap Farhan.

"Terimakasih"

"Btw, ada saingan lu disekolah Jo", tutur Hanif.

"Saingan? Saingan apa nif?", bingung Joshua.

"Saingan dalam bidang kepintaran maksudnya, dia murid baru yang pindah beberapa hari yang lalu setelah kepergian abang-abang lu", jelas Hanif.

"Jo ga masalah kok nif,saing secara sehat itu wajar", ucap Joshua.

"Bener tuh kata Jo, lagian apapun itu kebanggaan kita tetap Joshua Adi Dirgantara", celetuk Yana.

"Kalau boleh tahu siapa namanya?", tanya Joshua.

"Raden Agasta Pangestu", jawab Jaiden.

"Agasta?", beo Joshua.

"Iyah kenapa,kamu kenal Jo?", tanya Jaiden.

"Ah ngga kok, kek ngga asing saja sama namanya", ucap Joshua.

"Oh ya Jo, kan lu tinggal sendiri nih terus biaya lu sehari-hari gimana?", tanya Hanif.

"Tenang saja nanti ada om sama Tante aku ke sini buat jaga disini", balas Joshua.

"Bagus deh, jadi lu bisa fokus sekolah aja jangan yang lain", celetuk Hanif.

"Assalamualaikum, apa ada orang?"

"Waalaikumsalam, eh om kira kita ini bukan orang apa?", ucap sinis Hanif.

"Hus lu ga boleh gitu sama orang tua"

Tinta Terakhir Ku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang