06

875 50 4
                                        

Joshua menatap indahnya kota Jakarta dari jendela hotel ternama yang di sewa oleh kakaknya untuk beberapa hari. Liburan kali ini mereka menghabiskan di hotel dengan masing-masing kamar. Satu kamar terdapat dua orang sedangkan Joshua hanya sendiri,tadinya Haekal ingin sekamar dengan Joshua namun ditolak tegas oleh Mahesa.

"Biar dia mandiri kal"

"Tapi bang kasian dia nanti sendirian di kamar ga ada temennya", ujar Haekal.

"Terima atau uang saku mu abang potong", ancam Mahesa.

"Iya deh", pasrah Haekal.

Joshua menghela nafas panjang mengingat kembali perkataan kedua kakaknya itu. Mahesa sepertinya mulai tak suka padanya sama seperti Nathan. Namun, si kakak tertuanya ini belum menunjukkan tanda-tanda bahwa ia membencinya.

Tok tok tok

Suara pintu kamar membuat Joshua tersadar dari lamunannya. Lalu ia buka pintu itu. Setelah terbuka ia membeku ketika melihat siapa yang berkunjung ke kamarnya tanpa aba-aba ini.

"M-masuk bang Nat", ucap Joshua.

"Hmm"

Sungguh irit dan jelas sahutan dari Nathan. Jika perlu ia tak perlu menjawab perkataan Joshua tadi.

"Kenapa belum tidur?", tanya Nathan tiba-tiba membuat Joshua bingung harus menjawab apa.

Masa iya, ia harus menjawab jika ia sedang melamun tadi. Kan tidak lucu.

"Anu... Lagi dengerin lagu aja bang nanti juga tidur kok", balas Joshua.

"Tidur, sudah malam. Besok kita pergi ke kampusnya bang Jordan", tutur Nathan.

"Iya bang, Jo tidur kok nanti", sahut Joshua.

"Baiklah", setelah itu Nathan melenggang pergi meninggalkan kamar Joshua.

Joshua pun langsung tidur sesuai perintah dari Nathan. Tak perlu waktu lama mata Joshua sudah terpejam dan mulai memasuki ke alam mimpinya.

Paginya, ke tujuh saudara itu sedang sarapan pagi dengan makanan yang telah pihak hotel siapkan. Mahesa duduk di tengah sedangkan sisi kanan kiri nya terdapat ke enam adiknya.

Satu persatu mereka bersiap untuk berangkat ke acara wisuda Jordani. Joshua dengan setelan kemeja putih, celana bahan bermerek berwarna hitam, lalu jas kesukaannya berwarna hitam menyesuaikan dengan warna celana, tak lupa juga dasi panjangnya warna senada dengan jas, lalu sepatu berukuran empat puluh lima itu terpasang rapih di kakinya.

Di semprotnya parfum favoritnya yang berbau mint serta maskulin yang melekat pada tubuhnya. Ia sedikit rapihkan pada bagian rambut dengan setting spray khusus rambut agar rapih dan terlihat gagah nantinya.

Setelah sudah siap,ia pun mengambil dompet, kacamata serta beberapa printilan kecil seperti masker dan juga obatnya untuk berjaga-jaga.

Keluar dari kamar ia menemukan Arjuna yang tengah menulis sesuatu. Terlihat fokus dan tampak tak ingin di ganggu. Mungkin urusan pekerjaannya di kantor, pikir Joshua.

Joshua menunggu ke enam kakaknya di lobby dengan bermain ponselnya agar tak bosan. Tak lama kemudian, ke enam kakaknya sudah siap dan segeralah mereka berangkat ke tempat tujuan.

Di kampus Jordani tampak meriah, para wisudawan wisudawati melempar topi mereka setelah dinyatakan kelulusannya. Para saudaranya pun memberi ucapan selamat pada Jordani. Sedangkan Joshua mengucapkan selamat terakhir.

"Bang, selamat yah", ucap Joshua dengan tersenyum.

"Terimakasih Jo", balas Jordani.

Jordani memeluk Joshua sebentar lalu ia lepaskan pelukannya dan pergi meninggalkan Joshua untuk menghampiri yang lain. Joshua mematung melihat interaksi yang lain lebih berwarna ketimbang dengannya.

Tinta Terakhir Ku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang