16

583 26 2
                                    

Seminggu kemudian Joshua kembali masuk ke sekolah. Namun, ada yang aneh rasanya, pikir Joshua.

Semua orang menatap Joshua dengan tajam bahkan ada beberapa yang berbisik-bisik tentangnya. Joshua tak hiraukan itu, ia terus jalan menuju kelasnya.

Hari ini ujian kenaikan kelas jadi dia harus berangkat walaupun Jamal sudah menyuruhnya untuk mengikuti ujian susulan saja. Namun Joshua tolak dengan alasan rindu dengan teman-temannya.

Saat sampai di kelas lagi-lagi semuanya menatap Joshua dengan aneh. Bahkan kedua sahabatnya pun menatap sekilas lalu kembali fokus membaca buku.

Joshua duduk dengan perlahan di kursinya lalu menatap mejanya yang penuh dengan kata-kata yang tak pantas. Joshua menatap sendu mejanya.

Anak tidak tahu diri!

Enyahlah dari bumi!

Anak anj*

Titisan anak set*

Aku benci kau

PEMBUNUH!

Joshua perlahan menatap yang lainnya. Tidak ada rasanya peduli yang Joshua lihat. Namun rasa dendam dan amarah yang pancarkan.

"Aduh kok panas ya, ada yang punya kipas ga?", sindir Jefri.

"Kelas gua jadi kotor gara-gara ada hama disini", sindir Hanif.

Joshua menatap tak percaya pada Hanif, apa ia menyindir nya? pikir Joshua.

"Oy pembunuh! Masih aja berani nampakkan diri di sekolah, ga malu apa?"

"Tau, gua mah ogah anjir satu kelas sama pembunuh"

"Tega banget, bisa-bisanya bunuh orang tua sendiri cih!"

Dada Joshua mulai sesak, ia cengkeram dada kirinya. Jantungnya berdetak kencang. Nafas tersengal-sengal, pendengaran mulai berantakan.

Dirinya menunduk di mejanya, tanpa ia sadar aliran darah segar keluar begitu saja dari hidungnya.

"Diam semua! Hari ini kita ujian kalian kok malah pada sibuk sendiri-sendiri sih", ucap Jodi yang baru saja masuk.

"Joshua sudah masuk?", tanya Jodi namun tak ada yang menjawab satu pun.

Jodi menghela nafas lalu melihat Joshua yang tengah menunduk dengan tubuh bergetar. Jodi menghampiri meja Joshua.

"Jo...", Panggil Jodi.

Joshua mendongak menatap Jodi sendu. Semuanya terkejut melihat keadaan Joshua. Wajahnya penuh dengan darah hingga darah seragamnya.

"JO ARE YOU OKEY?!", panik Jodi.

"J-jo jahat yah pak...uhuk! J-jo g-ga ku...", belum selesai bicara Joshua sudah kehilangan kesadarannya.

Jodi dengan sigap menangkap tubuh Joshua. Lalu dengan terburu mencari nomor Anggara.

"Ada ap..."

"BURUAN KE SEKOLAH DENGAN AMBULANCE! JOSHUA SEKARAT!", teriak Jodi.

"APA? WAIT GUA OTW!"

Tut

"Jo buka mata mu,hey!", ucap Jodi dengan menepuk pipi Joshua.

"Ujian nanti akan di awasi oleh pak Doni,saya ada urusan", tutur Jodi lalu keluar dengan membopong Joshua.

Semuanya pun terdiam melihat kejadian tadi. Terutama Jaiden, Hanif dan juga Agasta.

"Den, d-dia gapapa kan?", tanya Hanif terbata-bata.

Tinta Terakhir Ku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang