Suasana sunyi menyelimuti ruang Joshua, hanya suara gemuruh dari luar ruangan yang sedang diguyur air hujan dengan langit berwarna abu-abu. Di ruangan kini ada dua orang yang hanya berdiam tanpa berbicara apa-apa setelah beberapa jam lalu.
Joshua sibuk dengan buku di tangannya sedangkan suci hanya diam duduk di sofa yang ada di ruangan. Karena merasa bosan, suci beranjak dari duduknya lalu berjalan-jalan kecil dengan bolak-balik di dalam ruangan itu.
"Bisakah kau berhenti bolak-balik seperti setrikaan?", ujar Joshua dingin.
Langkah suci terhenti setelah mendengar penuturan Joshua. Lalu ia kembali duduk di sofa tanpa menatap ke Joshua.
"J-jo..."
Ceklek
Belum juga suci selesai berbicara, pintu ruangan Joshua terbuka dan menampakkan Yana dengan membawa sesuatu di tangannya. Yana berjalan mendekat ke tempat Joshua, mengabaikan seseorang yang tengah duduk memperhatikannya.
"Jo ini aku bawain makanan, tadi kata tante mawar sekarang jam kamu makan siang", tutur Yana.
"Terimakasih Yana, bagaimana dengan sekolah tadi?", tanya Joshua.
"Baik, anak-anak yang lain rindu katanya ingin bertemu denganmu Jo"
"Siapa?", tanya Joshua.
"Siapa lagi kalo bukan di empat buaya itu", tukas Yana.
"Ah kamu bisa saja na", tawa Joshua.
"Nah gini dong Jo ketawa lagi", ucap Yana sambil tersenyum.
Joshua hanya membalas dengan senyuman lalu matanya melirik sekilas ke arah suci yang sedang menatapnya. Yana yang melihat itu pun ikut menatap suci.
"Ada suci disini?", tanya Yana polos.
Suci berdiri lalu pergi meninggalkan ruangan Joshua dengan perasaan sakit. Joshua menatap kepergian suci lalu menghela nafas.
"Jo istirahat yah,aku keluar dulu", tutur Yana lalu membenarkan selimut Joshua kemudian ia pergi meninggalkan Joshua di ruangan itu.
…ᘛ⁐̤ᕐᐷ
Flashback on
"Ga bisa suci, dokter Tian juga pasti akan melarang hal itu", tegas Anggara pada suci.
Kini suci tengah di ruangan Anggara setelah dari ruang rawat Joshua.
"Dok, jika memang saya bisa sembuh...lebih baik saya memilih untuk menyerah dan menyusul ibu saya", ucap suci.
"Suci, dokter tidak bisa", ucap Anggara lirih.
"Saya akan mendonorkan darah saya untuk Joshua sepenuhnya, saya siap", ucapan suci membuat Anggara terkejut.
"Suci kamu ga harus melakukan hal itu!", sarkas Anggara.
"Demi Joshua dok, saya akan membantunya", ucap suci.
"Suci..."
"Saya yakin dokter pasti bisa", ucap suci penuh harap.
Flashback off
…ᘛ⁐̤ᕐᐷ
Di kediaman suci
Suci baru saja sampai rumah namun ia di suguhi dengan pandangan kurang mengenakan. Papahnya sedang bercumbu dengan wanita seksi yang bisa dibilang seperti lonte.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tinta Terakhir Ku
Novela Juvenil"Abang kalo kita pisah nantinya, jangan lupa dengan adik kecil mu ini yah", kata si bungsu Joshua Adi Dirgantara anak terakhir yang paling banyak diam dan cerita yang ia sembunyikan dari ke enam kakak laki-lakinya. "Abang nyium bau gosong ga?" "Aban...