Kini mereka sedang mengobrol di tepi kolam renang yang terdapat di villa itu."Jadi yang mau pindah ke Jakarta itu lo berdua?" tanya Prilly pada Ghina dan Al. "Iya" jawab Ghina. "Tapi surat pindah nya cuma 1" ucap Prilly. "Ya soalnya surat pindah gue udah setahun yang lalu gue kasi ke bokap lo. Nah kebetulan waktu itu katanya lo lagi tugas di Jepang" ucap Ghina. "Trus kenapa baru sekarang pindahnya?" tanya Prilly. "Ya soalnya kemarin lagi sibuk sibuknya gitu. Gue udah bilang ke bokap lo kok, makanya gue dibolehin baru pindah sekarang" jelas Ghina. "Ya iyalah dibolehin, kalo enggak, biar gue omelin tu si papa hahahaha" ucap Prilly. "Ghin, gue keluar dulu ya..." ucap Al tiba tiba. "Mau kemana Al?" tanya Ghina. "Mau ke rumah sakit tempat kita meeting ntar malem" ucap Al singkat. "Oh oke" ucap Ghina. "Lo mau nitip makan?" tanya Al. "Eh, nggak usah Al! Gue tadi udah minta Pak Made jemput kita jam 4. Nanti kita makan malem sekalian ke tempat meeting" ucap Prilly. "Oh, oke. Kalo gitu gue ke rumah sakit bentar ya, ada perlu sama kepala rumah sakitnya" ucap Al. "Hati hati Al" ucap Ghina saat Al berjalan keluar villa.
"Gimana perkembangan lo sama Al?" tanya Prilly. "Ya gitu gitu aja Prill. Al tetep cuek gitu" ucap Ghina. "Tunggu deh, lo suka sama Al?" tanya Gritte pada Ghina. "Ya gitu deh Te. Tapi Al nya aja tuh yang nggak pernah peka sama perasaan Ghina ke dia" ucap Prilly menjawab pertanyaan Gritte. "Lo tenang aja Ghin. Semua akan cie cie pada waktunya" ucap Gritte membuat Ghina dan Prilly tertawa.
***
Di sisi lain, tampak hujan membasahi kota Jakarta. Seorang laki laki menatapi tetesan hujan dibalik jendela kantornya. Ia sedang merindukan kekasihnya yang saat ini sedang berada di Bali. Ya, orang itu adalah Ali. Tampaknya bumi ini mengerti perasaan Ali yang sedang dilanda rasa sepi dan rindu. Sehingga bumi menurunkan hujan untuk menemani Ali. "Bie, kamu kapan pulang? Aku kangen sama kamu" guman Ali sambil menatapi hujan yang turun.
Saat Ali sedang melamun, tiba tiba pintu ruangannya terbuka. "Li jangan lupa jam 3 kita rapat" ucap Riri yang membuka pintu ruangan Ali. Ali hanya menjawabnya dengan anggukan.
Masih ada waktu 1 setengah jam lagi. "Apa gue telpon Prilly aja ya?!" guman Ali. Akhirnya ia meraih iphone nya yang tergeletak di meja. Dan mencari nama 'MY BIE' di kontak iphone nya.
***
Saat Prilly sedang mengobrol dengan Gritte dan Ghina mengingat masa masa SMA mereka, tiba tiba iphone Prilly berbunyi. Tertera nama 'MY BABY' disana. Senyum mengembang di bibir manis Prilly. "Siapa Pril?" tanya Ghina. "Siapa lagi kalo bukan Ali" ucap Gritte yang disambut tawa oleh Ghina. "Gue angkat telfon bentar ya" ucap Prilly. "Iya dah sono...!!" ucap Gritte sedangkan Ghina masih saja tertawa. Prilly hanya tersenyum sambil berjalan menjauh dari Ghina juga Gritte.
"Halo..." ucap Prilly. "Halo bie... I miss you" ucap Ali disebrang sana. "Hahaha... I miss you too baby... Lagi ngapain?" tanya Prilly. "Lagi mikirin kamu" ucap Ali. "Gombal deh! Serius ih Ali" ucap Prilly sambil terkekeh. "Aku juga serius bie... Kamu lagi ngapain disana?" tanya Ali. "Lagi ngobrol ngobrol aja sama Ghina sama Gritte" jawab Prilly. "Ghina? Ghina disana juga?" tanya Ali. "Iya... Al juga ada disini" ucap Prilly membuat Ali terkejut. 'Al? Kenapa dia bisa disana?' batin Ali mengingat tatapan mata Al melihat Prilly sewaktu mereka berada di Singapore beberapa waktu lalu. Tampak ada tatapan cinta di mata Al untuk Prilly. Sesama lelaki, tentu saja Ali bisa menangkap tatapan Al yang sangat Ali benci itu. Bagaimana jika Al benar-benar mencintai kekasih hatinya itu? tentu saja dia tak mau kehilangan Prilly. Namun Al juga sahabatnya. Bagaimana ini? 'Arggghhhh!!! Kenapa harus ada Al sih!!' batin Ali kesal. "Ali" panggil Prilly namun Ali tak meresponnya. "Baby... Kamu kenapa??" tanya Prilly mengejutkan lamunan Ali. "Eh iya kenapa? Kamu ngomong apa tadi?" tanya Ali. "Kamu kenapa sih sayang? Kok tiba tiba diem gitu?" tanya Prilly. "Enggak kok. Nggak papa. Aku Cuma kangen aja sama kamu. Biasanya kan ada kamu disini. Sekarang kamu lagi disana, jauh banget sama aku" ucap Ali. "Sabar ya sayang... Cuma 3 hari kok. Pulang dari Bali, aku janji, aku mau nemenin kamu kemanapun kamu mau" ucap Prilly. "Janji ya bie?" ucap Ali. "Iya sayang..." ucap Prilly. "Kamu udah makan siang belum?" tanya Prilly. "Belum" jawab Ali singkat. "Kok belum?" tanya Prilly. "Nggak ada kamu sih" ucap Ali. "Loh? Hubungannya apa? Terus kalo aku nggak ada di samping kamu, kamu nggak mau makan, gitu?!" ucap Prilly seperti seorang ibu yang sedang memarahi anaknya. "Kan kalo ada kamu, ada yang nyuapin aku. Kamu nggak ada sih, jadi nggak ada yang nyuapin aku makan deh" ucap Ali manja. "Ya ampun sayang... Kebiasaan deh manjanya kumat. Makan dulu dong" ucap Prilly. "Ntar aja deh. Bentar lagi ada meeting juga kok" ucap Ali. "Loh, justru kalo mau meeting itu makan dulu sayang... Gimana nanti bisa kerja kalo kamu nggak konsentrasi karena kamu kelaperan?!" ucap Prilly. "Aku makan atau enggak itu juga sama aja" ucap Ali. "Sama gimana?" tanya Prilly bingung. "Ya sama aja. Kalo kamu bilang aku nggak bisa konsentrasi karena aku nggak makan kan? Oke aku setuju. Tapi gimana kalo aku bilang aku nggak bisa konsentrasi karena aku mikirn kamu disana?! Apa kamu mau pulang kesini biar aku konsentrasi sama meeting aku nanti?" ucap Ali membuat Prilly terdiam. "Tapi Li, kalo kamu sakit gimana? Kamu tega gitu bikin aku khawatir disini?" ucap Prilly. "Biarin aja aku sakit! Kamu kan dokter! Kamu obatin aku dong!" ucap Ali. "Tapi kan aku lagi ada tugas disini sayang... Bali ke Jakarta itu nggak deket loh" ucap Prilly. "Makanya kamu cepetan pulang. Biar aku mau makan, aku bisa konsentrasi waktu meeting, aku nggak sakit dan kamu nggak khawatir" ucap Ali. Prilly hanya menggelengkan kepalanya. Dasar Ali! Selalu memiliki beribu alasan untuk membujuk orang agar menuruti kemauannya. "Oke aku pulang" ucap Prilly. "Yang bener bie?? Sekarang?? Nanti aku jemput ya" ucap Ali antusias. "Aku pulang setelah tugas aku di Bali selesai" ucap Prilly membuat Ali kesal. "Ah kamu mah gitu bie..." ucap Ali manja. "Udah ah! Makan dulu sana! Kalo kamu nggak makan, aku nggak mau pulang" ucap Prilly. "Loh kok gitu? Nggak bisa gitu dong" ucap Ali. "Makanya kamu makan sekarang!" ucap Prilly lembut namun ada ketegasan didalamnya. "Iya iya aku makan abis ini" ucap Ali mengalah. Memang Ali tak pernah menang jika berdebat dengan seorang Prilly. "Nah gitu dong... Ya udah, aku tutup telfonnya ya..." ucap Prilly. "Okey..." ucap Ali pasrah. "Bye..." ucap Prilly. "Bye, I miss you so much bie..." ucap Ali. "I miss you to" ucap Prilly sambil tersenyum dan menutup telfon.
Setelah menutup telfon, Prilly kembali menuju tempat ia mengobrol dengan Ghina dan Gritte tadi. "Udah sayang sayangannya?" ledek Gritte membuat Ghina tertawa. "Udah dong!!" jawab Prilly. "Lebay amat sih, belum juga sehari ditinggal udah kangen kangenan. Kalo bukan Ali, nggak ada cowok kayak gitu" ucap Gritte. Prilly hanya terkekeh mendengar ucapan Gritte.
Tak lama kemudian, iphone Gritte berbunyi. Dan ternyata ada telfon dari Arif kekasihnya. Mengetahui hal itu, sontak membuat Prilly dan Ghina tertawa. Sedangkan Gritte hanya menyengir karena tadi telah meledek Prilly. Namun nyatanya ia mengalami hal yang sama. "Udah sono angkat telfonnya" ucap Ghina. "Ntar kalo telfonnya mati, nggak jadi deh sayang sayangannya" ucap Prilly mengembalikan ledekan yang tadi dilontarkan oleh Gritte. Tak mau sahabatnya semakin meledeknya, dengan segera Gritte pergi menjauh dari Ghina dan Prilly untuk mengangkat telfon dari Arif, kekasihnya.
YOU ARE READING
She Is Mine
FanfictionKisah cinta seorang Dokter dan Musisi yang merangkap menjadi CEO. Seperti apa kisah mereka? Baca aja!! Beberapa part aku private. So, follow aku dulu kalau mau baca lengkap cerita ini. Thank's!!