Part 40 "Penenang Hati"

16.2K 978 42
                                    

Setelah urusannya dengan Om Rafli selesai, Ali berpamitan untuk pergi menemui Prilly. 10 menit kemudian ia tiba dirumah sakit. Saat ia hendak membuka pintu ruang kerja Prilly, muncul Ana dari dalam ruangan Prilly.

"Eh Mas Ali" ucap Ana yang sedikit terkejut.

"Hai Na. Prilly ada kan?" tanya Ali.

"Dokter Prilly lagi ada operasi mas. Baru aja masuk ruang operasi. Kenapa Mas? Ada yang penting mau disampein?" tanya Ana sopan.

"Engga sih. Ngga papa Cuma kangen aja. Haha... Ya udah kalo gitu gue tunggu didalem ngga papa kan?"

"Ngga papa Mas, ngga papa. Nanti biar saya bilang ke Dokter Prilly kalo Mas Ali nunggu. Mas Ali mau minum apa? Teh atau kopi? Atau apa?"

"Mmm... Coklat panas deh. Ada ngga?"

"Ada dong Mas. Kalo itu sih selalu ada. Kan itu minuman Dokter Prilly. Harus ada coklat panas dimejanya tiap hari"

"Hahaha... Oke deh. Gue masuk ya"

"Iya Mas, silahkan. Nanti biar OB yang anter coklat panasnya Mas Ali, saya nyusul Dokter Prilly dulu Mas, mari..." ucap Ana lalu pergi dari hadapan Ali. Disusul Ali yang masuk kedalam ruangan Prilly.

Ia duduk dikursi kerja Prilly. Menatap meja kerja Prilly yang dipenuhi dengan tumpukan buku, kertas, map dan barang barang lainnya. Sejenak ia membayangkan, betapa sibuknya gadis tercintanya itu sehari-hari. Ia tersenyum melihat fotonya dalam sebuah bingkai kecil diatas meja Prilly. Hal itu juga yang ia lakukan di ruangan kerjanya. Ia meletakkan sebuah bingkai berisi foto Prilly sebagai penyemangat kerjanya. Mungkin Prilly juga melakukan hal itu dengan tujuan yang sama pula. Tak lama kemudian terdengar ketukan pintu.

"Masuk" ucap Ali. Ternyata itu adalah salah satu OB di rumah sakit Latuconsina. Mungkin ia mengantarkan coklat panas pesanan Ali tadi.

"Mas Ali, ini coklat panasnya" ucap OB tersebut lalu meletakkan secangkir coklat panas tersebut dimeja.

"Thanks ya" ucap Ali lalu menyeruput coklat panas tersebut.

"Kalo gitu saya permisi dulu ya Mas..." ucap OB tersebut hendak pergi.

"Eh tunggu. Gue minta tolong bisa ngga?" ucap Ali menghentikan langkah OB tadi.

"Mau minta tolong apa mas?" tanya OB tersebut. Ali pun membisikkan sesuatu.

***

"Jarum jahit" ucap dokter cantik itu yang tak lain adalah Prilly. Peluh diwajahnya tak mengurangi paras ayunya. Justru ia terlihat semakin cantik apabila sedang melakukan pembedahan.

"Oke. Operasi kali ini selesai. Good job semuanya" ucap Prilly sambil memberikan senyum kepada tim operasinya kala itu.

Ia berlalu dari ruang operasi menuju ruangannya setelah diberitahu oleh Ana bahwa Ali sedang menunggunya. Dengan langkah gesitnya ia berjalan sambil menyapa pasien yang ia temui sepanjang langkahnya. Cerdas, cantik, baik dan ramah. Itulah Dokte Prilly yang dikenal oleh masyarakat.

Setibanya diruangannya ia tak melihat Ali didalam. Mungkin Ali sedang pergi ke kantin, pikirnya. Ia melepas masker yang menutup sebagian wajah ayunya dan menuju wastafel untuk membersihkan sisa darah yang ternyata masih ada di sekitar tangannya. Saat ia sedang mengeringkan tangannya ia dikejutkan dengan sebuket mawar dihadapannya.

"Aliii....." pekik Prilly setelah berbalik badan dan menemui Ali dihadapannya dan lantas memeluk lehernya erat.

"Seneng amat Bu Dokter" ucap Ali tertawa ringan dan mengelus kepala Prilly.

"Aku cape..." rengek Prilly manja.

"Uuu... Cape ya?? Ini makanya aku beliin kamu bunga" ucap Ali.

"Kapan kamu belinya coba? Bagus..." ucap Prilly senang.

"Mmm... Itu tadi aku suruh OB buat beliin didepan" ucap Ali meringis.

"Eh iya, udah jam makan siang kan?! Kita makan yuk! Laper nih..." ucap Ali merengek sambil mengelus perutnya.

"Hihihi... Okey. Tunggu bentar ya, aku mau ganti baju. Kena darah soalnya" ucap Prilly sambil menunjukkan noda darah dibajunya bekas operasinya tadi. Dan berlalu setelah mencium bibir Ali singkat.

"Huftt... Apa semua dokter kaya gini?" guman Ali. Lalu ia mengangkat kedua bahunya tanda tak mau memikirkan itu terlalu dalam dan tersenyum. Ia bangga pada kekasihnya itu.

***

Tibalah Ali dan Prilly disebuah restoran favorit mereka. Mereka duduk disudut restoran itu dekat dengan kolam ikan dan taman kecil yang memang dibuat untuk membuat pengunjung nyaman oleh restoran itu. restoran ini berkonsep outdoor. Dan terdapat taman disekelilingnya. Hal itulah yang membuat Ali dan Prilly sering berkunjung ketempat ini karena tempatnya yang nyaman dan udaranya yang sejuk.

"Eh iya, gimana kabar Om Rafli?" tanya Prilly setelah seorang pelayan meninggalkan mereka.

"Om Rafli baik baik aja. Ternyata dia udah di Indonesia sejak 2 hari yang lalu" jawab Ali.

"Oh gitu... Trus ngobrolin apa aja sama Om Rafli?"

Tampak Ali mengambil nafasnya dan menghembuskannya pelan. Menyiapkan diri untuk menceritakan semuanya pada Prilly.

"Surat wasiat dari Papa" jawaban Ali membuat Prilly bingung. Namun ia tak mau memotong pembicaraan Ali dengan beribu pertanyaannya. Ia akan membiarkan Ali menceritakan semuanya terlebih dahulu.

"Om Rafli tadi ngasih aku map yang ternyata surat wasiat dari Papa. Sebenernya Om Rafli udah dari lama mau kasi aku surat itu. Cuma karena kesibukan kita masing-masing baru sekarang Om Rafli nemuin aku" jelas Ali. Sempat terpotong karena minuman pesanan mereka tiba.

"Isinya tentang permintaan Papa buat megang Syarief Corp" lanjut Ali.

"Syarief Corp? Perusahaan keluarga kamu? Bukannya dipegang Om Rafli?" tanya Prilly tak sabaran.

"Om Rafli emang diminta Papa buat gantiin posisinya sampe aku dewasa. Dan keberadaan Om Rafli di Jerman kemarin karena udah dibangun kantor cabang. Dan Om Rafli minta aku buat mimpin kantor pusat. Sedangkan Om Rafli yang akan mimpin kantor cabang di Jerman" jelas Ali.

"Berarti Om Rafli pindah ke Jerman dong?" tanya Prilly yang dijawab anggukan oleh Ali.

"Terus kamu terima tawaran Om Rafli itu?" tanyanya lagi.

"Ya bisa dibilang ini bukan tawaran. Ini permintaan mendiang Papa aku. Jadi sebisa mungkin aku turuti supaya Papa bisa tenang disana" ucap Ali.

"Terus studio?"

"Kayanya aku serahin studio itu ketangan Om Andi. Om Rafli ngizinin aku untuk tetep ada didunia aku. Tapi ngga mungkin kan aku jadi pemimpin dikeduanya? Dan sebulan ini aku akan pelajari tentang Syarief Corp. Doain aja semuanya lancar dan aku bisa pelajari semuanya" jelas Ali. Prilly tersenyum mendengarnya. Sungguh lelaki dihadapannya ini ingin membanggakan Papa nya. Prilly tau bisnis bukan bidang Ali. Tapi jangan salah, Ali adalah lelaki yang cerdas. Ia yakin Ali pasti bisa menggantikan posisi Om Rafli sebagai CEO di perusahaan keluarga besarnya. Dan sebagai musisi, mungkin itu akan menjadi pekerjaan sampingan untuk Ali.

"Hei... Tanpa kamu minta pun aku pasti doain yang terbaik buat kamu. Aku yakin kamu bisa. Ada darah bisnis Papa kamu mengalir ditubuh kamu. Kamu pasti bisa! Dan aku juga yakin, Papa pasti bangga dan selalu doain kamu diatas sana" ucap Prilly sambil mengelus pipi Ali untuk memberikan ketenangan. Ali tersenyum lega terhadap reaksi dan dukungan yang Prilly berikan. Tak salah ia memabagi semua bebannya bersama Prilly. Prilly akan dengan senang hati mamikul beban itu bersama. Jika Ali dilanda kebingungan dan masalah, dengan menceritakan semuanya pada Prilly, masalah itu akan lenyap seketika. Seolah memberikan ketengan dihatinya. Sungguh ia tak akan pernah menyesal menjadikan Prilly sebagai ratu dihatinya.

"Thank you bie... Kamu emang selalu bisa menjadi penenang aku kalau aku lagi bingung kaya gini" ucap Ali lalu mengambil tangan Prilly yang bertengger dipipinya dan menghadapkannya kedepan bibirnya dan mengecupnya singkat.

Tak lama kemudian, hidangan yang mereka pesan pun siap dan tersaji didepan mereka. Karena keduanya begitu lapar, mereka menyantap hidangan itu tanpa ada sepatah katapun ditengahnya.

She Is MineWhere stories live. Discover now