Part 30 "Pleasure"

25.6K 1.2K 9
                                    

 1 operasi sudah selesai. Prilly baru saja keluar dari ruang operasi. Karena jam sudah menunjukkan jam makan siang, Prilly akan mencari Ghina dan Gritte yang menjanjikannya makan siang bersama. "Ana, setelah ini saya mau makan siang dulu. Laporan operasi kamu taruh di meja saya aja setelah itu kamu boleh mendapat jam makan siang kamu. Kamu juga perlu istirahat" ucap Prilly pada Ana. "Iya Dok" ucap Ana. "Ya sudah, saya duluan ya" ucap Prilly lalu pergi dari ruang operasi itu.

Saat Prilly sedang berjalan menuju ruangannya tiba tiba ada Al disampingnya. "Hai Prill" sapa Al. "Eh, hai Al" balas Prilly kaku dan sedikit terkejut. "Darimana?" tanya Al. "Mm... Tadi gue baru selesai operasi pasien" jawab Prilly berusaha menjaga jaraknya dengan Al karena mengingat ucapan Ali kemarin. "Ohh... Mau makan siang ya?" tanya Al. Prilly hanya menjawabnya dengan anggukan. "Makan siang bareng yuk! Gue traktir deh!" ucap Al. "Mmm, sorry Al, gue nggak bisa. Gue udah ada janji" ucap Prilly. "Oh gitu. Ya udah deh nggak papa. Lain kali aja" ucap Al. "Gue duluan ya" ucap Prilly saat mereka tiba didepan ruangan Prilly dan dengan segera Prilly masuk kedalam.

***

"Li, nggak pulang?" tanya Riri saat melihat Ali berada diruangannya. "Nggak deh Kak. Mau dikantor aja ntar Prilly kesini kan?" ucap Ali. "Iya sih. Ya udah deh kalo gitu" ucap Riri lalu kelur dari ruangan Ali.

Seperginya Riri dari ruangannya, Ali terngiang dengan percakapan Prilly di telfon tadi pagi. Ada kiriman bunga untuk Prilly? Siapa dia? Karena Ali tidak mengirim bunga untuk Prilly hari ini. Baginya lebih baik memberi langsung pada Prilly dari pada memberinya lewat perantara seseorang. Atau jangan jangan bunga itu dari.......

***

"Kenapa sih muka lo kusut gitu?" tanya Gritte sambil menyantap makan siangnya. "Nggak papa Te. Cuma hari ini bikin gue pusing, sumpah deh!" ucap Prilly sambil memijat pelan keningnya. "Pusing kenapa sih Prill?" tanya Ghina. "Pertama, hari ini kerjaan gue numpuk banget karna gue tinggal ke Bali kemarin" ucap Prilly. "Weh, ada apaan nih? Tumbenan seorang Prilly ngeluh sama tugas tugasnya. Lo kan workaholic Prill" ucap Gritte. "Bukan Cuma itu yang bikin gue pusing. Yang kedua, hari ini gue harus ke kantor Ali. Dan satu lagi yang bikin gue bingung" ucap Prilly. "Apa?" tanya Ghina. "Tadi pagi gue dapet kiriman bunga tapi nggak ada nama pengirimnya" ucap Prilly. "Ya elah gitu aja diambil pusing. Pasti dari Ali lah" ucap Gritte. "Tadinya gue mikir gitu Te. Papa sama Mama juga bilang gitu. Tapi pas gue telfon Ali tadi pagi dan gue tanya sama dia, ternyata bukan dia yang ngirim. Sebelum sebelumnya juga kalo Ali mau ngasi bunga langsung ketemu gue kok, nggak pake kirim kiriman gitu" ucap Prilly. "Nah lho. Siapa tuh?" uca Gritte. "Ciee Prilly punya secret admirer nih!" ucap Ghina. "Ihh! Kok lo malah gitu sih Ghin. Justru gue lagi takut tau!" ucap Prilly. "Takut? Takut kenapa lagi? Bukannya seneng pagi pagi dapet bunga" ucap Ghina. "Ya gimana kalo dia itu mau neror gue?!" ucap Prilly was was. "Ya elah. Mana ada sih teroris yang ngirim bunga pagi pagi. Yang ada tuh, teroris ngirimnya bom. Bukan bunga. Lo tuh terkenal pinternya tapi rada sengklek juga ya ternyata" ucap Gritte membuat Ghina tertawa sedangkan Prilly masih bingung dengan si pengirim bunga yang misterius itu.

***

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 19.00. Prilly harus segera merapikan barang barangnya untuk pergi ke studio Ali. Karena jika dia tak segera berangkat sekarang, dipastikan ia akan terjebak kemacetan. "Ana, laporan sudah selesai saya tanda tangani. Apa ada lagi?" tanya Prilly. "Tidak ada Dok. Semua laporan pemeriksaan hari ini sudah tidak ada lagi. Mungkin besok baru ada lagi Dok hasil pemeriksaan malam ini" ucap Ana. "Ya sudah kalau gitu. Saya mau pulang dulu karna ada urusan sama Ali" ucap Prilly. "Oh iya Dok. Salam buat Mas Ali" ucap Ana yang memang sudah mengenal Ali karena Ali sering ke ruangan Prilly. Prilly membalas ucapan Ana dengan senyum lalu melepas jas putihnya dan menenteng tasnya.

Saat ia keluar dari ruangannya, ia dikejutkan dengan adanya Al didepan pintu ruangannya. "Hai" ucap Al. "Al! lo ngapain sih disini?" ucap Prilly jengkel karena sedari tadi Al mengikutinya. "Hehe. Sorry sorry. Gue nggak maksud ngagetin lo kok. Cuma mau ngajakin lo pulang bareng aja" ucap Al. "Sorry Al gue nggak bisa" ucap Prilly segera pergi namun Al menahannya dan Prilly langsung melepasnya. "Apaan sih Al! Gue kan udah bilang gue nggak bisa" ucap Prilly mulai jengkel karena sedari tadi Al mengikutinya. "Lo kenapa sih Prill? Lo berubah tau nggak" ucap Al. "Berubah gimana maksud lo?" ucap Prilly. "Kenapa setiap gue deketin lo, lo selalu menghindar?" ucap Al. Prilly tersenyum remeh. "Lagian lo ngapain deketin gue? Lo tau nggak kalo lo kayak gini terus itu bakal bikin fitnah Al" ucap Prilly. "Fitnah apa sih Prill? Gue Cuma pengen deket sama lo doang kok" ucap Al. "Buat apa sih lo deket sama gue?" ucap Prilly. "Ya... Ya... Ya karena gue sahabatnya Ali. Gue cuma mau mastiin kalo lo itu yang terbaik buat Ali. Gue nggak mau lo nyakitin Ali" ucap Al yang sedikit kebingungan mencari alasan. "Apa lo bilang? Lo nggak mau gue nyakitin Ali karna lo sahabatnya? Lo sadar nggak sih? Kalo lo deketin gue, apa itu nggak nyakitin Ali?" ucap Prilly. Al terdiam dibuatnya. "Terserah lo deh Al. Tadinya gue pikir, lo itu oarng baik. Tapi ternyata gue salah" ucap Prilly. "Gue mau pergi. Masih banyak urusan yang lebih penting daripada ini" lanjut Prilly lalu segera pergi dari hadapan Al.

She Is MineWhere stories live. Discover now