Pagi menjelang. Prilly sudah berkutat di dapur. Sedangkan Ghina dan Gritte masih terlelap sibuk dengan mimpi mereka. Sebelum ke dapur, ia melihat pintu kamar Al terbuka dan tak ada orang didalamnya. Kemana Al pergi? Prilly pun tak tau.
Hari ini Prilly memasak nasi goreng untuk menu sarapan pagi ini. Saat Prilly sedang memotong bumbu dan bahan untuk membuat nasi goreng tiba tiba ada Al datang. "Rajin banget lo pagi pagi udah didapur" ucap Al. Prilly hanya tersenyum mendengarnya. Ia tak ingin banyak bicara dengan laki laki lain selain Ali apalagi saat Ali tak ada di sisinya. "Lo dari mana?" tanya Prilly. "Abis jogging" jawab Al. "Lo nggak mau ikut gue sih. Coba kalo lo ikut, enak banget loh, udara pagi di Bali lebih sejuk daripada udara pagi di Jakarta" ucap Al. Lagi lagi Prilly hanya tersenyum sambil sibuk memotongi bahan membuat nasi gorengnya. 'Betapa beruntungnya Ali mendapatkan wanita sepertimu Pril. Wanita yang benar benar merupakan seorang istri idaman. Coba aja aku yang bertemu kamu lebih dulu. Pasti aku akan merasa menjadi lelaki yang paling beruntung dan bahagia di dunia ini karena bisa mendapatkan kamu' batin Al sambil memandangi Prilly.
Sedari tadi ada sepasang mata yang melihat Al dan Prilly berada di dapur. Ia adalah Ghina. Sakit rasanya melihat Al yang menatapi Prilly seperti itu. Walaupun Prilly tak menyadarinya, tapi Ghina tau, tatapn Al pada Prilly merupakan tatapan penuh cinta. Tatapan yang ia inginkan. 'Sebegitu kagumnyakah kamu sama Prilly, Al? Hingga kamu tidak melirik wanita lain yang sayang sama kamu. Bahkan kamu nggak peduli sekalipun Prilly nggak peka sama kamu' batin Ghina menangis.
Perlahan Ghina menghampiri Prilly dan Al di dapur. Ia berusaha bersikap biasa asaja seolah tidak terjadi apa apa. "Good morning Pril..." sapa Ghina sambil mencium pipi Prilly. "Eh udah bangun lo" ucap Prilly. "Udah dong! Bangun jam berapa sih lo? Pagi pagi gini udah di dapur aja" ucap Ghina. "Hahaha. Tadi gue bangun jam 4" ucap Prilly. "Ya ampun, seriusan? Padahal semalem yang tidurnya paling akhir kan elo" ucap Ghina. "Gue udah biasa kok. Lagian kalo gue bangun siang, yang bangunin Ali kalo nanti gue udah nikah sama dia siapa?" ucap Prilly. "Hmm... Iya deh iya..." ucap Ghina. "Masak apa sih? Gue bantu ya" ucap Ghina. "Boleh" balas Prilly. Sedangkan Al langsung pergi dari dapur tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Ghina sedih melihat Al yang seolah tak memperdulikan keberadaaannya disana. "Ghina, lo kenapa?" tanya Prilly yang menyadari gelagat aneh Ghina. "Nggak... Nggak papa kok" ucap Ghina berbohong. "Lo nggak pinter bohong sama gue. Ayo cerita lo kenapa?" tanya Prilly menghentikan aktifitas memasaknya. Ghina menghela nafasnya pelan sebelum menceritakan semuanya pada Prilly. "Gue... Gue rasa Al suka sama lo" ucap Ghina. "Maksud lo?" tanya Prilly bingung. "Gue bisa liat dari cara dia liatin lo tadi Prill" ucap Ghina berkaca kaca. "Jadi lo-" ucap Prilly dipotong oleh Ghina. "Iya. Gue liat dan gue denger apa yang lo bicarain sama Al disini. Jujur aja, Al liatin lo kayak gitu semenjak lo presentasi waktu meeting di Singapore" ucap Ghina. "Ghin, tapi lo kan tau gue cuma cinta sama Ali" ucap Prilly takut Ghina salah paham. "Iya. Gue tau kok. Gue cuma iri aja sama lo. Belum pernah Al liatin gue kayak gitu. Bahkan ngelirik aja jarang. Padahal gue udah kenal lama sama dia. Sedangkan lo, baru pertama liat aja Al udah suka sama lo. Atau mungkin dia cinta sama lo" ucap Ghina mulai menangis. "Ghin... Gue-" ucap Prilly. "Lo nggak perlu ngomong apa apa Pril. Gue tau lo cuma cinta sama Ali kan? Gue kenal lo bukan dari kemarin Pril. Gue udah lama kenal sama lo. Dan gue tau, lo bukan orang yang mudah jatuh cinta. Jadi nggak mungkin lo cinta sama Al dalam waktu sekejap dan ninggalin Ali gitu aja. Gue cuma bisa berharap suatu saat nanti Al melakukan hal yang sama ke gue kayak apa yang dia lakuin ke elo. Walaupun gue nggak tau kapan hal itu terjadi" ucap Ghina menunduk. Prilly yang tak bisa membiarkan sahabatnya ini menangis langsung mendekap sahabatnya kedalam pelukannya untuk menenangkannya. "Ghin, gue minta maaf kalo gue udah jadi penghalang hubungan lo sama Al. Gue nggak maksud kayak gitu. Bahkan gue nggak tau kalo Al suka sama gue" ucap Prilly sambil mengelus punggung Ghina memberinya ketenangan. Sedangkan Ghina hanya bisa menangis dalam pelukan Prilly. "Ini bukan salah lo kok Pril. Lo nggak perlu minta maaf" ucap Ghina. Perlahan Prilly melepas pelukannya. "Ya udah, lo nggak usah nangis gini dong. Mana Ghina sahabat gue yang kuat" ucap Prilly sambil menghapus air mata Ghina. "Gue kan udah janji sama lo, gue dan Gritte bersedia bantuin lo supaya lo bisa deket sama Al. Syukur syukur kalo kalian jadian" ucap Prilly. Ghina tertawa mendengarnya. "Gitu dong. Jangan nangis mulu. Kalo ketawa kan jadi tambah cantik. Siapa tau Al jadi cinta sama lo" ucap Prilly menghapus sisa sisa air mata Ghina. Inilah sifat Prilly. Sifat Prilly yang seperti ini membuat siapapun merasa nyaman didekatnya. Karena Prilly tak suka melihat orang menangis. Apalagi orang yang ia sayang. Menurutnya, menangis hanya membuang buang waktu. Walaupun dengn menangis kita dapat melepaskan beban pikiran kita dan membuat kita lega, tetapi dengan menangis kita tidak dapat mendapatkan apa yang kita mau atau mengembalikan sesuatu yang tidak kita suka.
YOU ARE READING
She Is Mine
FanfictionKisah cinta seorang Dokter dan Musisi yang merangkap menjadi CEO. Seperti apa kisah mereka? Baca aja!! Beberapa part aku private. So, follow aku dulu kalau mau baca lengkap cerita ini. Thank's!!