"Silakan non, masuk aja. Tuan ada di dalam."
"Makasih bu." Adara masih tersenyum saat asisten rumah mengantarnya tepat di depan pintu kamar lantai dua, namun senyum di bibirnya perlahan pudar saat perempuan paruh baya itu pergi.
Adara menarik napas panjang sebelum mengetuk pintu itu.
Satu kali.
Dua kali.
Sampai tiga kali ketukan akhirnya ada suara yang menyuruhnya masuk ke dalam ruangan itu.
Jantung Adara semakin tak karuan saat kakinya perlahan menapaki lantai granit yang dingin serta nuansa ruangan kamar yang remang remang.
"Telat 5 detik." suara itu berasal dari seorang laki-laki yang tengah duduk di atas kasur dengan satu buku di tangannya. Adara tidak bisa sepenuhnya melihat rupa lelaki itu sebab minimnya pencahayaan.
"Maaf."
"Mau sampe kapan berdiri di situ?"
Sumpah demi apa pun, suara lelaki itu begitu mengintimidasi. Perlahan rasa ingin kabur memenuhi otaknya, namun sudah terlambat ketika saat ini Adara harus pasrah mengikuti apa saja perintah orang yang membelinya.
Sampai di mana Adara berhenti di dekat kasur si lelaki itu, dan Adara tidak bisa menyembunyikan rasa terkejut ketika melihat sosok lelaki itu yang amat sangat ia kenali.
"Sialan Dara?!"
"Si bangsat Aksa?!"
Setelah kedua manusia itu saling melempar umpatan, lalu hening sekejap seolah semesta bercanda mempertemukan mereka dalam kondisi seperti ini.
"Sejak kapan lo ngelonte?"
"Brisik! Ternyata lo suka booking cewek?!"
"Woaaa selain rese lo juga jual diri?"
"Ck! Selain brengsek lu juga doyan ons?!"
Adara tidak mempercayai kejadian konyol ini, maksudnya kenapa dari sekian ribu lelaki di dunia malah Aksara Narendra yang dipertemukan dengan dirinya yang tengah melakukan pekerjaan haram seperti ini!
Kedua musuh bebuyutan sejak kelas 1 SMA itu masing-masing membatu, saling menatap satu sama lain, lalu keduanya refleks membuang muka dengan Adara yang berdecih dan Aksara yang berdecak kesal."Gue balikin duit lo!" putus Adara tanpa pikir panjang. "Semuanya batalin aja."
Setelah mencerna situasi yang begitu konyol ini, perlahan senyum licik terbit di wajah Aksa yang dingin itu. Sepertinya menurut Aksa ini semua tidak terlalu buruk, lagi pula akan sangat menyenangkan apabila ia bisa mengerjai Adara si perempuan galak dan menyebalkan.
"Nggak!"
"Apanya yang enggak?!"
"Gue udah bayar lo mahal ya sialan." desis Aksa menekan kata mengintimidasi Adara yang masih berdiri di sisi kasurnya.
"Dan gue nggak mau ada kata pengembalian uang, perjanjian dari awal gue udah deal sama Berta buat nggak ada drama ini itu!"Mati lah Adara saat ini juga!
Ketika Aksa menariknya secara kasar, dan tubuh Adara belum siap untuk menghindar jadilah perempuan yang memakai dress sepaha itu jatuh ambruk menindih Aksa di atas kasur yang berukuran besar.
"Aksa!"
"Hmm?"
Sial! Suara Aksa mulai terdengar serak.
"Lepas!"
"Enggak." ada jeda, Aksa menyeringai. Wajah tampan yang berada di bawah Adara itu kini tengah mengintainya bak pemangsa yang akan membawa Adara ke dalam kegelapan.
"Sebelum lo puasin gue jangan harap lo bisa lepas begitu aja."Napas Adara berembus hingga terasa menyentuh lembut hidung bangir Aksa, sebelumnya Aksa tidak menyadari jika berhadapan sedekat ini dengan Adara ternyata begitu mendebarkan. Perempuan itu begitu jauh berbeda dari penampilannya saat di sekolah, cewek yang biasanya terkesan sinis, wajah polos tanpa makeup, rambut yang selalu dikucir rapi seolah sirna dan berganti dengan sosok perempuan seksi, bibir tebal bergincu, mata beningnya memancarkan aura nakal yang kharismatik, serta rambutnya yang tergerai berjatuhan hingga terasa membelai pipi Aksa, semuanya begitu menawan.
Beberapa detik berlalu, sampai tiba saatnya Adara memejamkan mata kala Aksa si lelaki berbahu lebar, pemilik mata elang dan alis tebal itu membalikan posisi hingga Adara terguling dan terkurung di bawah Aksa, sudah tidak ada waktu untuk menjerit sebab sesuatu yang lembap nan lembut kini terasa menyentuh bibirnya yang gemetar.
"Manis." bisik Aksa setelah puas mencecap bibir ranum Adara.
"Bedebah!" desis Adara dengan napas yang tersendat-sendat, "Cepetan lakuin, setelah itu biarin gue pergi dari cowok mesum keprat kayak lo!"
Aksa terkekeh, masih betah mengukung Adara dengan tubuhnya yang besar. "Kenapa? Lo udah nggak sabar buat gue sentuh, sweetie?"
"Brengsek!"
"Biasanya denger lo ngomong kasar biasa aja tapi sekarang gue terangsang, Dar."
Adara tak bisa lagi memberi sumpah serapah karena kini Aksa, lelaki itu kembali mencium Adara. Kecupan itu mulanya terasa perlahan hingga kini berubah menjadi hisapan kuat seolah lelaki yang berada di atas Adara itu sangat kehausan. Lengan kekar milik Aksa mulai bergerlya menyentuh sisi lengan Adara, menarik tali dress yang masih menempel di tubuhnya hingga sekarang tali itu sudah jatuh dari bahu dan kini dada Adara telah terbuka.
Adara tahu, bahwa mulai dari sekarang hidupnya, harga dirinya, kehormatannya sudah hancur lebur dan ia tidak pantas untuk menyesali yang terjadi sekarang karena ini semua adalah atas kesadaran dirinya sendiri.
****

KAMU SEDANG MEMBACA
Aksa-Dara [SELESAI]
Novela Juvenil"Sialan Dara?!" "Si bangsat Aksa?!" Setelah kedua manusia itu saling melempar umpatan, lalu hening sekejap seolah semesta bercanda mempertemukan mereka dalam kondisi seperti ini. "Sejak kapan lo jual diri?" "Brisik! Ternyata lo suka booking cewek?!"...