27. Tidak Ada Hal Buruk yang Terjadi

28K 1K 30
                                    

Heyooo Aksa update lagiii...

Jangan lupa tekan bintang sebelum baca^^

****

Adara masih mencerna semua fakta yang telah Aksa beberkan.

Perempuan dengan rambut panjang berwarna hitam legam itu melamun sembari memeluk guling di atas kasur.

Luna yang sengaja menyuruh Zea dan Gita untuk melukainya karena perempuan itu cemburu buta hanya karna persoalan satu lelaki yaitu Nares.

Adara pun sungguh sangat terkejut mengetahui jika Luna dengan Nares berhubungan di belakang Aksa.

Kepingan-kepingan puzzle ketika roknya yang terbakar lalu Luna yang mendorong Adara hingga jatuh ke dasar kolam seakan menjadi bukti yang lebih kuat untuk menyadarkan Adara bahwa ia telah dimanipulasi oleh sifat Luna yang terlihat baik di depan namun di belakang berkata lain.

Adara sungguh tidak percaya Luna bisa setega itu, padahal jika Luna jujur sejak awal, Adara akan dengan senang hati untuk tidak berinteraksi lagi dengan Nares.
Untuk sekarang, Adara tidak marah ataupun dendam kepada Luna, karena sejujurnya ia pun di sini sama mempunyai dosa, sampai sekarang Luna tidak tahu jika Adara dengan Aksa pun telah berlaku kurang ajar di belakangnya.

"Daraaa." Aksa memanggil, lelaki itu berkedip beberapa kali saat Adara tak menyahut seruannya.
"Adara Maheswari!"

Barulah ketika Aksa sedikit meninggikian suara akhirnya perempuan itu tersadar dari lamunannya dan kini menoleh ke tempat Aksa yang tengah berbaring di atas sofa dengan kedua tangan yang ditangkupkan di bawah pipi.

"Nggak usah terlalu dipikirin ya?" tiba-tiba saja Aksa berkata demikian,
"Mulai sekarang elo nggak perlu lagi temenan sama Luna."

"Iya." karena jujur saja untuk sekarang meskipun ia tidak marah terhadap perbuatan Luna namun jika untuk berteman kembali rasanya agak kurang nyaman, dan Adara telah memutuskan untuk tidak satu lingkaran lagi dengan Luna.

"Jauhin juga sepupu gue."

"Oke."

"Dar?"

Gadis itu lalu bergerak memiringkan badan masih dengan tangan yang memeluk guling, menghadap ke sebrang kasur tepat dimana Aksa berada, sepertinya lelaki itu masih ingin berbincang, "Apaan?"

"Lo serius ngebiarin gue tidur di tempat sempit gini?" bibir Aksa sedikit mengerucut, ia bergerak tidak nyaman karena ukuran sofa terlalu kecil hingga kakinya terlihat menjulur keluar dari lingkup benda empuk berbentuk bersegi panjang itu.

"Mau tukeran?"

"Tukeran gimana?"

"Ya elo di kasur, gue di sana."

"Kita seranjang aja gimana?" Aksa nyengir sembari menaik turunkan alis.

"Mau lo!" gadis itu memutar bola mata dan kini berbalik memiringkan badan ke kiri memunggungi Aksa.

Dingin semakin menjadi, hening di antara Aksara dan Adara juga tetap berjalan meski kedua insan itu belum terpejam. Di luar kamar sudah tidak terdengar suara ribut dari Jero dan Ghani, mungkin mereka sudah tertidur.
Adara menarik napas, tangannya menarik selimut agar tubuhnya terbungkus sempurna dan mendapatkan kehangatan. Raganya ingin terlelap namun pikirannya sangat amat berisik. Setelah ini, Adara kebingungan harus menunjukan sikap seperti apa kepada Nares dan Luna.

Di antara kegamangannya, Adara dibuat terkejut ketika merasakan kasur melesak dan kini tau-tahu sebuah tangan menyelinap ke dalam bedcover dan melingkari pinggangnya.
"Soal utang, lo nggak usah khawatir Dar, udah gue lunasin semuanya."

Aksa-Dara [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang