23. Menunggu hari

27.4K 808 61
                                    

Berapa hari aku nggak update?

Selamat membaca dan jangan lupa tekan bintangnya❤️❤️

Kalau nemu typo atau tulisa yg gak nyambung tolong kasih tau yaa^^

****

"Widih custom baru Res?" tanya Aksa seraya mengitari motor warna hitam yang tengah Nares otak-atik.

"Iya."

"Lu jual nggak nih?"

"Kagak. Gue mau pake sendiri." jawab Nares yang agaknya sudah selesai karena saat ini ia buru-buru membereskan perkakas yang berserakan.

"Pajaknya mati nggak?" lagi-lagi Aksa bertanya, ia memerhatikan rangka motor besar itu, sejujurnya Aksa tidak begitu tertarik dengan motor, ia hanya senang melihatnya saja dan tidak berminat untuk dijadikan hobi.

"Enggak lah." jawabnya, "Lu ada perlu apa ke sini? Tumben amat."

Aksa belum menjawab, lelaki yang hari ini memakai kemeja hitam flanel lengan pendek yang kancingnya dibuka hingga menampakan dalaman kaus putih polosnya itu mencebikan bibir saat melihat suasana rumah Nares yang amat sepi. Ia berjalan menuju pintu utama mengikuti Nares dan masuk ke dalam rumah bertingkat dua itu tanpa dipersilakan.
"Bokap nyokap lu pada kemana Res?"

"Lah kan lagi di JaTim, Sa, nemenin om Amar." Nares memberi tahu sambil berlalu menuju dapur untuk mengambil segelas air.
"Minggu besok bokap lo kampanye di Malang, lo nggak tau?"

Aksa duduk di ruang tamu sembari menerawang, memangnya harus ya Aksa tahu semua keseharian Amar?
Seumur-umur dia hidup, Aksa tidak pernah ingin ikut campur dengan urusan ayahnya, terlebih Amar juga sangat tidak peduli kepadanya. Selama ini yang ia tahu hanyalah sebatas —Amar adalah seorang politikus yang mulanya menjabat sebagai gubernur jawa barat, dan di tahun ini, lelaki berusia 60 tahun itu tengah wara-wiri di televisi karena telah mendaftarkan diri sebagai calon presiden.

"Enggak." jawab Aksa akhirnya, ia meraih gelas berisi air putih yang disodorkan Nares di atas meja.

"Om Amar belum nengok lu lagi ya?" Nares bertanya, ia ikut duduk istirahat di sebrang sepupunya sembari memegang kanebo basah dan membersihkan tangan yang penuh dengan bekas oli.

"Baru-baru ini Winona ke rumah."

"Ngapain?" Nares tahu jika sampai tantenya menemui Aksa, pasti sepupunya itu telah berulah hingga mengundang wanita itu datang.

"Biasa." jawab Aksa tak mau memberi tahu lebih jauh, bisa-bisa rahasia dirinya dengan Adara akan terbongkar nanti kalau ia sampai memberi tahu mengapa Winona mendatanginya waktu itu.
"Gue sama Ghani udah sewa villa, masih lama sih, buat bulan depan." kata Aksa memberi tahu maksud kedatangannya kemari.
"Lu ikut Res, Jero udah pasti ikut, gue udah ajak Luna juga."

"Tumben anjir dalam rangka apa nih, Sa?"

"Ya nggak ada apa-apa, terakhiran aja kan tiga bulan lagi kelas 12 lulus."

Nares mengangkat alis sembari mengangguk-angguk kepala, ia meraih ponsel untuk melihat tanggal takut-takut ia ada acara lain.
"Kayaknya gua kagak bisa."

"Lah nggak asik lu." maki Aksa, "Ajak aja si Dara, katanya kalian lagi deket." setelah mengatakan itu Aksa tertawa di dalam hati ketika melihat respons Nares yang tiba-tiba menjadi terlihat sangat tertarik.

"Dia mau nggak ya kalau gue ajak?"

"Coba aja, bilangin ke villanya rame-rame, nggak usah khawatir."

Aksa-Dara [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang