Sekali lagi aku tulis di sini takutnya ada yang nggak kebaca/ nggak masuk notifnya, kemarin2 aku double up part 24-25 jadi sebelum lanjut ke sini periksa dulu ya siapa tau belum baca yang part 25
Happy reading... aku sangat berterimakasih untuk semua yang berbaik hati memberikan vote dan komentar di tulisanku❤️❤️
Kalau ada typo atau kesalahan dalam penulisan narasi tolong kasih tau yaa^^
****
Aksa kenal betul wajah lelaki yang sedang berada sekasur dengan tunangannya itu, lututnya terasa sedikit lemas tidak habis pikir mengapa sepupunya bisa sebangsat itu menusuknya dari belakang.
Padahal selama ini, Nares dan keluarganya lah yang sedikit berbaik hati menerima keberadaan Aksa dibanding Amar dan Winona.*****
"Sebenernya gue bisa aja gerebek lo berdua saat itu juga." ujar Aksa setelah panjang lebar memberi tahu mulai sejak kapan ia mengetahui kelakuan bobrok Luna dan Nares.
"Cuma gue rasa, waktu yang tepat buat ngebongkar semuanya emang sekarang.""Aksa? Kita bisa bicarain ini baik-baik." Luna kalut luar biasa, perempuan itu menoleh pada Nares yang sedari tadi malah berdiam diri seolah tidak peduli.
"Gue nggak punya apapun yang harus dibicarain secara baik-baik Lun." jawab Aksa.
Lelaki berkulit putih pucat itu nampaknya sudah benar-benar muak dengan drama antara dirinya dan dua orang di hadapannya ini.
"Yang gue punya cuma permintaan."Mata Luna sudah mulai berkaca-kaca, ia baru menyadari bahwa kini Aksa menggunakan panggilan elo-gue.
"Gue minta lo akhiri pertunangan kita, bilang sama bokap lo pake alesan apa pun itu, tapi satu yang gue minta, Lun. Jangan sampe pisahnya kita ini bikin kerjaan bokap gue keganggu."
Karena jika Aksa menjadi pihak yang mengakhiri, ia tahu jalinan kerja sama antara ayahnya dan juga ayah Luna akan hancur, dan Amar akan menyalahkannya habis-habisan.
"Enggak!"
"Kenapa?"
"Pokoknya aku nggak mau kita pisah!" seru Luna dengan kedua tangan mengepal kuat.
"Kenapa?" tanya Aksa sekali lagi dengan senyum mengejek terpatri di wajah bengisnya itu.
"Mau threesome lo sama gue, sama Nares?" ujarnya tajam tepat menginjak harga diri si perempuan."Aksa!!" bentak Luna, bibirnya menipis, napasnya mulai terasa sesak mendengar perkataan kotor yang dilontarkan Aksa untuk dirinya.
"Aku nggak semurahan itu!""Terus apa lagi? Di dunia ini, elo nggak bisa bertindak sesuka hati, Lun. Kalau elo nggak suka gue, tolong permudah kita buat pisah." ada jeda.
"Jangan bersikap seolah-olah elo nggak mau ngelepas gue tapi masih tetep mau maen belakang sama Nares, lo nggak boleh seegois itu."Luna diam, ia memang akan melepaskan Aksa tetapi tidak sekarang! Tidak di saat Nares belum seutuhnya menjadi miliknya!
"Kalau sampai kamu tetep kekeuh mau pertunangan kita batal, aku nggak segan bilang ke keluargaku supaya berhenti mengalirkan dana lagi buat kelancaran pilpres ayah kamu!"Aksa tertawa sarkas, bisa-bisanya setelah tertangkap basah seperti ini, Luna masih leluasa mengancamnya, "Silakan." balas Aksa.
"Kalau elo nggak mau jadi pihak yang ngebatalin, jangan salahin gue kalo isi dari flashdisk ini nyampe di tangan bokap lo."Luna mengerutkan alis saat Aksa mengeluarkan flashdisk berwarna hitam dari saku jaket, ia menerjang ke arah Aksa berniat merebut benda itu namun tak bisa karena si lelaki menahannya.
"Apa isinya?!" teriak Luna terpancing emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksa-Dara [SELESAI]
Teen Fiction"Sialan Dara?!" "Si bangsat Aksa?!" Setelah kedua manusia itu saling melempar umpatan, lalu hening sekejap seolah semesta bercanda mempertemukan mereka dalam kondisi seperti ini. "Sejak kapan lo ngelonte?" "Brisik! Ternyata lo suka booking cewek?!" ...