15. Jadian Yuk?

36.8K 1K 47
                                    

Tumben amat update cepet🫢

Tekan vote dulu sebelum membaca yaa^^
Happy reading....

****

Bahu Adara bergetar kedinginan ketika ia memasuki mobil lalu disusul Nares yang kini ikut masuk dan duduk di balik kemudi, keadaan Adara sangat jauh dari kata baik-baik saja, bibir gadis itu terlihat keunguan, kulitnya yang seputih susu kian memucat, dilihatnya Adara memeluk dirinya sendiri sembari mengusap-usap kedua sisi lengan sontak membuat Nares segera membuka jas yang melekat di tubuhnya dan membungkuskan pakaian itu ke bahu Adara agar gadis itu bisa merasa sedikit hangat —beruntung tadi Nares sempat membuka jasnya sebelum terjun ke kolam, jadi meskipun kini pakaiannya sama-sama basah, Nares tetap memiliki satu helai pakaian yang bisa dijadikan penghangat untuk gadis itu.

"Agak mendingan nggak Dar? Mau ke rumah sakit?"

Adara menatap mata Nares yang terlihat sangat khawatir itu, lalu menggelengkan kepala menolak tawarannya. "Pulang aja, Res. Gue mesti ganti baju."

Nares mengangguk, ia kembali duduk tegap di kursi kemudi lalu melajukan mobil meninggalkan parkiran resto yang menjadi tempat acara ulang tahun Luna. Sesekali Nares melirik ke sebelah kiri, memastikan keadaan Adara. Satu tangannya meninggalkan stir dan terulur menangkup punggung tangan Adara, Nares harap satu tindakan kecil itu bisa membuat Adara lebih tenang dan nyaman.

"Sebenernya kenapa tadi lo bisa nyebur ke kolam, Dar?"

Adara menoleh sekejap, lalu menggelengkan kepala tak terlalu ingat mengapa api dari lilin di meja hidangan bisa membakar pakaiannya begitu cepat,
"Nggak tau, tiba-tiba rok gue kebakar, terus Luna nyamperin mungkin dia refleks mau nolongin gue jadi langsung dorong ke air biar apinya mati."

Bukan mau apinya mati, lebih tepatnya mau lo yang mati. Nares membatin, dari semua kejadian itu, ia bisa menarik kesimpulan kalau pasti Luna yang menjadi dalang kekacauan ini. Setelah ini, Nares akan berbicara empat mata dengann Luna, agaknya Nares harus memberi sedikit peringatan padanya agar gadis itu tidak kelewat batas.

***

Tadi saat sebelum sampai di rumah Adara, Nares tak sengaja melihat paha perempuan itu yang terluka, jadi ia memutuskan membeli peralatan p3k di apotek serta satu setel pakaian santai berupa kaus polos dan celana pendek untuk dirinya pakai di sebuah toko baju, meski sudah ditawari apakah Adara ingin membeli baju dan berganti pakaian, tetapi gadis itu menolak dan enggan keluar dari mobil.

Nares tak diizinkan barang sedikitpun untuk sekadar memberi perban pada luka Adara, jadi lelaki itu hanya diam memperhatikan bagaimana gerak-gerik si perempuan yang tengah berkutat dengan peralatan obat.

"Ngomong-ngomong, gimana kondisi ayah lo?"

"Gitu-gitu aja, ayah belum siuman."

"Kapan-kapan gue mau nengok om Radit." izin Nares yang disetujui oleh Adara.

"Bilang aja kapan, nanti bareng sama gue ke RS nya."

"Iya." jawab Nares tersenyum saat melihat rambut Adara berjatuhan menutupi wajah gadis itu karena Adara tengah fokus menunduk menempelkan perban di lukanya.
Lalu ia kembali terbayang pada kejadian beberapa saat lalu ketika bibirnya menyentuh bibir dingin milik Adara, saat ia memberikan CPR dan ketika gadis itu tersadar mata mereka saling bertubrukkan, semua momen itu berputar-putar di kepalanya, dan Nares tak bisa menahan senyumnya agar tidak semakin lebar.

"Hoi!" Nares berjengit kaget tatkala tangan Adara meraup mukanya beberapa detik. Ternyata Dara telah selesai dengan kegiatannya.
"Ngapain lo senyum-senyum?" ledek Adara, ia tidak tahu saja kalau Nares tengah membayangkannya.
"Khawatirin gue ya?" kembali Adara menggodanya sembari menaik-turunkan alis.

Aksa-Dara [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang