20. Adara-nya yang Malang

29K 899 87
                                    

Ini agak sedikit panjang... happy reading semoga chapter ini masuk di hati kalian^^

Makasih sudah meluangkan waktu untuk membaca dan memberi vote tulisanku❤️❤️

Kalau nemu typo tolong kasih tau yaa;)

*****

"Buat simulasi tentang fenomena geografis tata guna lahan atau simulasi aliran sungai," ujar Pak Renata, guru geografi yang tinggi badannya hanya sebatas 160 cm itu menyingkir dari hadapan whiteboard, menutup spidol di genggaman tangannya, lalu kembali duduk di kursi guru. "Bapak minta kumpulkan tugasnya dalam bentuk laporan poster lalu kalian presentasikan di depan kelas minggu depan, buat secara berkelompok maksimal 3 orang." titahnya sebelum benar-benar meninggalkan kelas IPS 3 karena sebentar lagi bel pulang akan berbunyi.

Para siswa di kelas serentak mengiyakan, ada pula yang tak mendengar dan malah sibuk membereskan buku-buku untuk dimasukan ke dalam tas, sudah tak sabar untuk bubar kelas.

Aksa bersiul kecil sambil tak lupa menyampirkan tas gendong warna hitam itu di bahunya, ia kembali melirik pada bangku kosong di hadapannya sebelum benar-benar meninnggalkan kelas. Benaknya bertanya-tanya sudah 3 hari Adara tidak masuk sekolah, Aksa belum menghubungi gadis itu lewat telefon, lebih baik ia datang langsung ke rumahnya untuk memastikan kenapa Adara membolos selama tiga hari berturut-turut.

Hanya butuh waktu sekitar 25 menit dari lokasi sekolah menuju rumah Adara.

Aksa menurunkan kaca mobil sedikit untuk mengintip dari kejauhan, memastikan apakah Adara ada di rumahnya atau tidak. Namun, alih-alih menemukan orang yang dicarinya, Aksa malah mendapati dua orang pria berbadan tinggi besar berpakaian serba hitam tengah menggedor-gedor jendela serta pintu rumah Adara.
Tak menunggu lama lagi Aksa membuka sabuk pengaman dan segera turun dari mobil untuk menghampiri orang-orang itu.

"Maaf, cari siapa ya?" Aksa berucap setelah ia berada di dekat orang tersebut.

Pria dengan kepala pelontos serta perut yang terlihat buncit menoleh mendapati sosok anak lelaki berseragam putih abu itu. "Elu siapanya si Radit?"

Aksa mengangkat alis, bukannya menjawab pertanyaannya tadi, pria paruh baya itu malah balik bertanya kepadanya dengan nada menyolot.

"Menantunya." jawab Aksa asal bunyi yang sukses membuat kedua pria dengan wajah tak ramah itu merasa dipermainkan, mana ada menantu yang masih anak sekolahan?

"Lo jangan bercanda ya bocah!" sengit pria tua itu, kini keduanya mendekati Aksa, mengepung dirinya seolah mereka akan menghajar anak ingusan itu.
"Kemana anaknya si Radit?!"

"Santai pak." Mengangkat kedua tangan, berjalan mundur perlahan, tidak lucu jika ia berujung digebuki oleh mereka.
"Gue nggak tau, gue kesini mau nyari anaknya pak Radit juga."

Satu pria yang paling terlihat galak berdecak lantas melongos setelah mendengar penuturan Aksa barusan, "Dobrak puntunya! Gua yakin tuh anak ngumpet di dalem." katanya sembari menjauhi si bocah yang sempat mengganggu atensi mereka.

"Jangan, pak jangan dirusak!" cegah Aksa berlari menghadang dan kini tubuhnya kembali menghalangi kedua bapak-bapak itu agar tidak melanjutkan niatnya untuk membuka paksa pintu rumah.

"Minggir!"

"Udah bos hajar aja nih anak rese." geram pria berkumis tebal.

Aksa-Dara [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang