Selamat pagiiii and happy reading....
****
Lampu remang-remang, asap roko mengepul memenuhi ruangan dengan latar cat berwarna hijau tua, Aksa mengkibas-kibaskan tangan mengusir bau alkohol yang begitu menyengat di hidung, suara gelak tawa dari beberapa orang di kasino terdengar menggelegar.
Mata elangnya mengedar memperhatikan sekeliling, berusaha mencari orang yang menjadi alasan Aksa pergi ke tempat ini meski hari sudah larut malam.Bibirnya menyungging senyum miring, ia berjalan ke arah meja bundar yang dikelilingi oleh orang-orang dari berbagai usia dengan kartu di tangannya masing-masing, termasuk satu perempuan yang sedari tadi Aksa incar ada di sana.
Zea menoleh saat seseorang menghalangi cahaya lampu ketika ia sedang asyik menghisap rokok dan akan menarik kartu dari tengah meja, matanya menyipit melihat lelaki dengan jaket kulit hitam berdiri menjulang di sebelahnya, tau-tau kerah baju Zea ditarik dan ia tak sempat menghindar saat tubuhnya dilempar hingga kursi-kursi kosong di belakangnya berhamburan oleh sebab tubuhnya yang terjerembap.
"Anjing!" umpat Zea sembari memegang sikutnya yang terasa sakit.
Sama halnya dengan Zea, seluruh orang yang tengah berjudi di sana ikut terkejut dengan tindakan tiba-tiba itu. Kini tidak ada lagi suara tawa yang menghiasi dan berganti hening dengan semua pandang mata tertuju pada Zea dan Aksa di tengah-tengah kasino itu.
"Berdiri brengsek!" sentak Aksa dengan napas memburu, ia tidak akan pandang bulu, mau itu perempuan, laki-laki atau bahkan orang tua sekalipun jika orang itu menyakiti kesayangannya maka Aksa akan menghabisinya.
"Aksa?" mata Zea memicing, perempuan itu menautkan alis bingung mengapa pacarnya Luna ada di sini, menemui dan tiba-tiba membantingnya.
"Maksud lo apa anjing!" maki Zea yang tak terima dengan perlakuan kurang ajar lelaki itu. Ia berdiri dan akan menerjang Aksa yang masih berdiam di tempatnya, namun belum sempat ia menyentuhnya, Aksa lebih dulu menampar keras pipinya satu kali.Zea mematung, ia memegang pipi dan darah dari sudut bibir menempel di telapak tangannya.
"Bangsat!" sekali lagi Zea mengarahkan kepalan tangan ke wajah lawanya, namun lagi-lagi gagal saat Aksa dengan mudah menepis dan malah kembali menampar pipinya yang kedua kali.
Kesabaran Aksa sudah terkikis habis, kakinya yang sedari tadi tak bergerak kini maju satu langkah dan kembali merenggut kerah baju perempuan itu. Zea yang merasa pusing di kepala akibat tamparan keras yang Aksa beri tak bisa lagi mengelak saat tangan besar lelaki itu mencekik lehernya.
Aksa masih setia menekan jemarinya di leher kecil perempuan itu, giginya bergemelatuk, netranya menyalak marah menatap bola mata Zea yang sekarang sudah bergulir ke atas, tubuh perempuan itu sampai melayang dan kejang-kejang.
"Lep-lepasin gue setan!"
Aksa menyeringai, bukannya memberi ampun ia malah kembali menyeret tubuh pendek perempuan itu lalu setelah tubuh Zea terbawa mundur sejauh lima langkah, Aksa menekan dan mengunci Zea di dinding dengan jemari yang masih mencekik erat di leher perempuan itu.
Batinnya merasa belum puas, maka dengan kesadaran penuh, Aksa membalikan badan Zea hingga perempuan itu berputar dan menghadap dinding lalu tanpa aba-aba Aksa membenturkan kepala Zea pada tembok sebanyak tiga kali."Ampun, Sa." Zea berujar lirih tak berkutik setelah hidungnya mulai mengucurkan darah akibat berbenturan dengan dinding.
"Gue belum puas!" bentak Aksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksa-Dara [SELESAI]
Teen Fiction"Sialan Dara?!" "Si bangsat Aksa?!" Setelah kedua manusia itu saling melempar umpatan, lalu hening sekejap seolah semesta bercanda mempertemukan mereka dalam kondisi seperti ini. "Sejak kapan lo ngelonte?" "Brisik! Ternyata lo suka booking cewek?!" ...