Episode 18: Singapura

75 18 15
                                    

"Lalu.. siapa, yang akan kita temui sekarang?"

Max menunduk kembali menatap ponsel. Daftar nama-nama itu adalah orang-orang yang sebagian besar ia tahu. Ia sangat mengenal mereka, khususnya pada lima nama paling atas dalam daftar. Nama orang-orang yang paling sering melakukan transaksi dengan Millian's Company.

Max kembali menyambungkan panggilan kepada Solon. Tak lama menunggu, Solon menyahut dari seberang sana.

"Aku ingin minta data keanggotaan CH. Aku butuh tahu pergerakan apa saja yang telah mereka lakukan."

"Hah? Ada apa, apakah ada yang salah?"

"Kasus ini adalah salahnya. Mungkin kau akan segera tau, tolong aku minta semua data-data anggota yang berhubungan dekat dengan kepolisian."

Solon memangut, tanpa banyak tanya. "Oke." Telfon dimatikan. Entah bagaimana dia mendapatkannya tapi detik itu Solon langsung mengirimkan sebuah link ke laptop.

Aiden dapat mengaksesnya menggunakan data diri Max. Yang bisa membuka link itu hanyalah anggota elit CH. Yaitu anggota yang memiliki code name dari abjad XYZ. Hanya orang-orang dari ketiga code name itu yang dapat mengaktifkan akses ke link yang di kirim Solon. Data seluruh anggota CH. Inilah keuntungannya menjadi anggota elite, selain diberi keperyaan khusus anggota elite juga lebih banyak diberi keuntungan diorganisasi sesuai dengan partisipasi mereka terhadap CH.

"Kau mau mencarinya sendiri?" tanya Aiden menawarkan.

Max menggeleng. "Tolong carikan nama dari data itu yang memiliki gerakan mencurigakan dengan polisi. Aku yakin jawabannya ada didalam sana." Aiden mengangguk takzim. Mengutak-atik laptop kembali.

Presdir itu menatap lurus kedepan. Tatapannya semakin memicing, wajahnya nampak serius. Mungkin sesuatu dipikirannya yang membuat perubahan pada wajah dia. ".. disanalah jawaban yang sedang kucari," bisiknya.

***

Mataku terbuka perlahan. Suara diskusi Max dan Aiden yang membangunkanku, dalam perjalanan kami akhirnya sampai dibandara. Aku tak tau apa yang sedang dua pria itu bicarakan sejak aku tertidur tadi.

Kami turun dari mobil. Berpamitan kepada Juan. Pria itu tidak akan ikut perjalanan kami selanjutnya. Dia hanya mengantar kami sampai kesini, dia akan langsung kembali ke desa Yi O.

Sebelum kami masuk, Max menyerahkan lembaran kertas mengganti pasport, berkat itu aku bisa melewati petugas imigran dengan mudah lalu naik ke jet pribadi miliknya. Dia pasti sudah menyiapkan segalanya tanpa sepengetahuanku.

Pesawat berhasil lepas landas dilandasan pacu. Sekarang kami terbang diketinggian 37.000 kaki meninggalkan Hongkong. Max dan Aiden sibuk melakukan kegiatan mereka. Dari tempatku duduk aku sempat melihat isi laptop Aiden yang lumayan canggih. Layarnya berubah hijau, grafik-grafik aneh dan huruf dan angka yang terasa familliar. Dia adalah seorang ahli IT. Dan dia sedang mencari sesuatu hal dari jawaban yang sedang presdir itu cari.

Dua puluh menit berlalu. Aku melirik presdir itu yang tertidur dengan kedua tangan saling mengait. Jas nya dilepas, hanya menggunakan kemeja putih yang kontras menampakkan dada bidang dan ototnya yang tercetak jelas. Pakai jas atau tidak tapi ototnya tetap terlihat menakjupkan. Aku menggeleng cepat. Membuang pikiran aneh itu jauh-jauh.

Aiden selesai dalam peneliatian IT-nya. Ia menutup laptop, bangkit berjalan kebelakang meninggalkan kami berdua. Aku menghela nafas, melihat keluar jendela. Satu jam lagi menuju tujuan kami. Aku sempat meraih koran yang ada dimeja, membacanya sekedar menghabiskan waktu. Aku tidak bisa tidur karena sebelumnya dimobil aku ketiduran, walau cuma sebentar, tapi itu berhasil membuatku terjaga.

The Between Us (1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang