Episode 13: Kapal jemputan keluarga Himonein

134 30 6
                                    

"Mereka akan menjemput kalian." ucap Villien setelah mematikan telfon, ia mendekat kerombongan kami.

"Kita harus bergegas, mereka berjalan kemari." kata onty. Penampilannya berubah 180 dejarat. Wanita pengawal itu sudah menggunakan pakaian hitam-hitam dengan rambut di gelung serta kedua tangan menggenggam senjata.

Aku mendekati Rosella yang berjongkok di depan tante yang sedang terduduk di lantai. Karena kejadian tadi, tante mengalami sedikit drop attack, ia memiliki penyakit sesak nafas. Rosella selalu membawa inheler milik tantenya itu kemana-mana.

"Tante, you okey?" tanyaku khawatir. Berjongkok disamping Rosella.

"Ada yang punya air mineral?" rombongan menatap Rosella.

John mendekat. "Suruh saja wanita tua itu untuk menarik nafasnya." mata Rosella memicing mendengar olokkan kakak sepupunya itu.

"Dia ibumu, aku harap kau terkutuk menjadi karang setelah ini." Aku tersenyum, mendengarkan pertengkaran kecil mereka. Mereka mengingatkanku dengan masalaluku, aku juga punya kakak sepupu dekat dulu. Walau kami sudah tidak berjumpa dan bertukar kabar lagi semenjak lima tahun lalu. Sejak ia bertemu denganku diacara ulang tahunku yang ke-17, itu yang terakhir kalinya. Kami lalu tidak pernah bertemu lagi, apalagi ketika aku mulai merantau untuk kuliah di Jakarta, dan dia sibuk menjadi polisi, tidak pernah balik lagi ke kampung halaman semenjak naik pangkat.

Aku menyentuh tangan tante. "Tante, tolong tarik nafas perlahan, aku tahu sulit, tapi tolong berusahalah." Aku berdiri, menatap para pria.

"Ada yang punya sapu tangan?" Villien menyodorkan sapu tangan di saku jas nya padaku. "Tolong basahkan kain ini dengan air."

"Tuh. Air banyak," John menunjuk lautan, tersenyum ngakak.

"Bukan waktunya bercanda, John!" seru Rosella mengirimkan tatapan menusuk.

"Lantas? Kau ingin aku mengambil air dari kolam renang di deck 16, hah?" tanya John dengan wajah tak berdosa.

"Kemari," Max menarik kain itu dariku. Dia pergi entah kemana. Lalu kembali dua menit kemudian dengan kain yang sudah setengah basah.

"Ada keran cuci tangan disana." ucapnya tanpa perlu ku tanyakan. Aku mengangguk. Menyuruh Rosella membantu. Kami melebarkan kain diatas wajah tante yang ada diatas paha gadis itu, lalu mengipasi kain itu dengan telapak tangan.

"Ayo tante, tarik nafasnya perlahan." Aku menginstruksikan yang kemudian diikuti tante. "Tarik, buang.. tarik, buang.. bagus,"

Aku menatap John yang berdiri menatap kami. "Sebenarnya siapa mereka?"

Rosella menatapku dan John dengan tegang. Aku tahu Rosella kembali menatap John, kakak sepupunya untuk meminta izin. Aku hanya diam menunggu hasil percakapan gaib mereka.

"Sebenarnya, para pembunuh itu hendak membunuh kami. Mereka mengincar kami bertiga sejak ada dikapal ini,"

"Siapa yang mengirimkannya?"

"Mungkin pesaing papa di pemerintahan, atau.. banyak yang membenci papa." Aku mengerti, tanpa mengangguk.  "Tapi kenapa mereka menyerang semua orang di restoran?" Rosella bertanya, melirik Villien bingung. Pria itu tidak mengerti.

The Between Us (1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang