Episode 27: Mereka lawan menyerang

57 17 35
                                    

Lima pasukan CH menyusul keluar lewat pintu yang sama. Sebelum kami menghilang dibalik tembok, mereka sempat melihat. Mengejar membawa senjata. masing-masing.

Bagaimana para penjahat itu bisa tahu keberadaan kami? Aku yakin mereka tadi tertinggal jauh dibelakang. Apakah mereka mengikuti ke gedung pesta?

Langkah cepat kami membawa kami ke gang gelap yang dihapit gedung-gedung tinggi ibu kota. Ditambah keheningan kawasan ini menambah kengerian. Lari kami semakin cepat ketika para pria bertubuh besar itu mengejar, berteriak, memacu adrenalin.

Kami berbelok tajam di perempatan tembok. Ram menarik tumpukan menara box bayu untuk menghalangi jalan. Mereka berseru semakin marah. Kami semakin mempercepat laju, Ram menggengam tanganku agar kami tak terpisah. Aku terkejut merasakan genggangaman tangannya yang terasa hangat, lembut, dan famillier.

Aku menatapnya yang fokus menatap kelurus sesekali menoleh kebelakangan. Mereka masih mengejar dan malah bertambah jumlahnya. Para pria itu memanggil kawan-kawannya. Ram bersergah marah. Dia membawaku belok ke pertigaan. Sial, dikanan jalan terdapat belasan pria berpakaian hitam bersenjata. Mereka anggota CH. Ram membawaku kegang lain, tapi tak jauh berbeda. Dibelakang kami, mereka tiba. Kami terkepung.

Aku meneguk saliva. Wajah kami pias. Aku menggengam lengannya erat. Dia berdiri didepanku, melindungi dengan tubuh besarnya.

Dalam detik seperti ini aku berharap masih ada keajaiban yang menyelamatkan kami dari para bandit yang siap melayangkan senjatanya kepada kami. Sepertinya melawan saja percuma, kami salah, telah berurusan dengan salah satu organisasi terbesar di Asia Pasifik. Mereka bukanlah lawan sembarangan, mereka, Crost Herschel.

DOR!

Sergap, semuanya menodongkan senjata kearah kami praktis kala Ram melepaskan tembakan keatas langit. Aku sedikit tersenjata, senjata mereka teracung bersamaan, berwajah serius.

Aku menatap polisi itu yang mengacungkan senjata balik. Aku berharap dia dapat segera mencari cara sebelum waktu kematian kami datang ditangan mereka. Ayolah bergegas, aku tahu dia mencoba meminta bantuan.. namun dia salah, itu justru memperburuk situasi.

Mereka hendak memajukan langkah, mengerumini kami. "Berhenti disana!" sentak Ram melebarkan tangan.

"Jangan ada yang bergerak." Ram mengeluarkan ponsel dari dalam saku dengan tangan lain. Ponsel sentuh keluaran terbaru. Apa yang akan dilakukannya?

"Ikuti perintahku, jika kalian tak ingin semua bukti yang sudah ku kumpulan didengar kepolisian. Bahkan menyangkut Crost Herdchel, CIA dan FBI pasti ikut campur dalam kasus ini." Seluruh mata para pria itu saling pandang. Ram dan aku menunggu dengan persiapan mental. Apapun keputusan mereka kami harus segera menyelamatkan diri.

"Kau tak bisa melakukan hal itu."

"Karena itu. Lepaskan kami.." suara Ram berat dengan intonasi dalam. Lenggang. Dari barisan ku melihat seorang pria yang angkat bicara mewakili semua temannya.

"Jika itu sampai terjadi, kalian tidak akan selamat. Bahkan untuk berkedip sekalipun." ucapnya membalikkan badan. Beberapa pria berbadan besar menuntun dari belakang tanpa menyentuh sedikitpun. Jalan diantara kerumunan terbuka lebar, kami terpaksa mengikuti pria yang tadi berbicara.

Bersamaan dengan itu, aku merasakan hawa luar biasa menegangkan dari para pasuka CH yang mengirimkan tatapan tajam, dingin dan menusuk. Tanpa menatap seluruh mata semua itu, aku tahu mereka pasti menyimpan kekesalan.

Kami menyusuri jalan tanpa diekori banyak pasukan. Hanya enam sampai delapan pria besar dibelakang kami menuntun, berjaga-jaga kalau kami kabur. Langkahku semakin berat semakin kami keluar dari area gang.

The Between Us (1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang