Part ini agak panjang sama berat. Bacanya pelan-pelan saja ya.
Mau diselingin makan dulu juga tak apa."Kejutannya berhasil."
Pagi ini Asha bangun dengan menemukan sebelah ranjangnya kosong, tak ada punggung tegap Juno, atau dengkuran yang amat sangat khas Juno keluarkan kala Ia tidur. Terlihat dengan jelas matanya sembab akibat menangis semalam. Dengan segera Ia menghampiri box bayi yang berada tepat disamping kasur mereka. Napas Asha berhembus lega kala menemukan Putrinya masih damai dalam mimpinya. Kini tujuannya adalah Juno, dimana pria itu sudah menghilang sepagi ini. Juno tak ada di Kamar mandi, ruang makan atau taman belakang.
Teringat ini adalah hari Rabu, Asha bergegas untuk membangunkan kedua putranya yang dapat Ia tebak masih dalam keadaan mengantuk atau bahkan masih mengumpulkan nyawanya untuk berperang melawan dinginnya air dipagi hari.
"Abang? Udah bangun, Nak? Mama izin masuk ya." Tangannya memutar gagang pintu yang tak terkunci itu, dapat dilihat anak berusia dua belas tahun itu masih duduk dengan mata terpejam di sisi ranjangnya.
"Pagi anak ganteng Mama." Sapa Asha sembari mengusap rambut Gama yang mulai panjang hingga poninya menutupi kelopak matanya.
"Pagi Mama." Jawabnya dengan sebelah mata yang tertutup.
"Rambut Kamu udah gondrong, nanti sore pangkas ya, minta Papa temenin." Perkataan Asha hanya dibalas anggukan kepala oleh Gama yang masih setengah mengantuk itu.
"Udah, sana mandi nanti terlambat, biar seragamnya Mama siapin." Titah Asha, Gama mengiyakan perintah sang Mama dan berjalan gontai kedalam kamar mandi yang tersedia didalam kamar tidur tersebut.
Selesai Asha menyiapkan seragam sekolah untuk Gama, kini Ia beralih pada kamar anak sulungnya. Baru hendak mengetuk pintu kamar tersebut, pintu dengan cat putih yang berhiaskan Papan Nama hasil buatan sendiri itu terbuka.
Nampaklah sosok Delvin yang sudah siap dengan seragam sekolahnya serta backpack yang biasa Ia pakai untuk bersekolah.
"Oh, Kakak udah siap. Tunggu dibawah ya, sayang. Mama buatin sarapan buat Kamu."
"Ah, Kakak dibekal aja ya, Ma? Nanti Kakak makan di mobil. Kakak mau berangkat duluan, hari ini ada ujian harian jam pertama. Kakak mau ngulang lagi pelajarannya." Ujar si sulung pada ibunya.
"Oh gitu, yaudah sebentar ya, Nak. Mama buatin bekal Kamu dulu. Yuk turun! Tunggu Om Lukas nya dibawah." Asha merangkul pundak yang mulai sejajar dengan bahunya.
Kala Asha menuruni tangga dengan Delvin, Juno baru saja memasuki area ruang makan dengan kantung plastik hitam dikedua tangannya. Juno hanya memakai celana pendek selutut dan kaos hitam yang pas membalut tubuhnya yang kekar.
"Bri, Kamu dari mana? Terus itu apa?" Tanya Asha sembari menghampirinya.
"Oh ini, Aku belanja ke Pasar Subuh."
"Pasar Subuh?!" Pekik Asha sambil membulatkan kedua bola matanya. Bahkan Delvin yang hendak duduk didepan televisi pun ikut menoleh akibat suara Asha.
"Iya, kenapa? Ada yang salah, Love?" Tanya Juno tanpa rasa berdosa sedikitpun. Juno tidak tahu saja bahwa Asha sangat terkejut dan khawatir bukan main kala Ia tak menemukan Juno saat bangun dari tidurnya.
"Ya, nggak sih. Tapi Kamu belanja apa, Gabrian..?" Kata Asha sambil membuka kantung plastik yang baru diletakan oleh Juno. Beragam macam bahan dapur dan isian kulkas ada disana.
"Kamu ngapain sih, Bri? Gabut?" Tanya Asha lagi sembari memasukan semua belanjaan Juno ketempatnya masing-masing. Juno diseberang sana hanya menyunggingkan senyum giginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAWASENA ✔️
Hayran KurguMenikahi orang yang menemanimu dalam kurun waktu yang lama adalah impian beberapa orang. Namun, bagaimana jika Kau berhasil bersamanya, tapi ujian terlalu banyak untukmu dengannya?