30. Pada Akhirnya. (End)

1K 42 10
                                    

Angin berhembus membelai surai legam pendek nan lurus tersebut. Tangan kekar yang setia mengusap benda berwarna putih dan berisikan tulisan-tulisan yang menyayat hati. Kedua bola matanya menatap lurus kedepan, membiarkan angin mengusap wajahnya. Dalam balutan kemeja hitam yang seragam dengan wanita disebelahnya, Ia melepaskan kacamata hitam yang bertengger dihidung mancungnya.

"Nak, Papa datang nih, Papa datang bawa bunga tulip putih kesukaan Kamu." Lirih pria itu dihadapan kuburan yang masih basah.

"Maaf kemarin Papa gak antar Kamu, ya?" Pria itu masih bersuara dengan lembut sembari satu tangannya yang lain menabur bunga diatas tanah itu. Ia memandangi nisan yang bertuliskan nama Putra Sulungnya dengan lama, hingga Ia merasa kedua bola matanya memanas.

"Kak, pasti sakit banget ya waktu itu? Kamu pasti kesakitan, sangat." Ujarnya dengan air mata yang mengalir bersamaan kala Ia menggenggam tanah didepannya.

"Brian.." Tangan wanita yang berada tepat disamping pria itu mulai memeluk punggung yang kini tengah rapuh itu.

Pria yang disebut Brian itu menunduk, membiarkan air matanya menetes keatas tanah, tangannya bergetar mengusap nisan dihadapannya. Kepalanya kembali ditarik kedalam momen dimana Ia masih tertawa, dan bisa melihat wujud dari sosok yang ada dibawah nisan itu.

"Papa bekal kita ketuker!!"

"Papa, Kakak janji deh sekali doang main PSnya, boleh ya.."

"Ah! Papa Aku aduin Mama, ya!"

"Nak.. Bantu Papa, bantu Papa agar Papa bisa ikhlas. Bantu Papa agar Papa bisa terima. Bantu Papa agar Papa tetap kuat, Nak.." Lirihnya, sekali lagi.

"Maafin Papa gak bisa jagain Kamu, Kak."

"Maafin semua kesalahan Papa yang masih kurang dalam mendidik dan menjaga Kamu."

"Maaf, karena Papa, Kamu harus pergi dan gak bisa gapai semua impian Kamu, Kak."

Wanita disampingnya tak tinggal diam, Ia menarik pelan tubuh pria itu kedalam pelukannya. Ia melayangkan kecupan singkat pada dahi yang masih terasa hangat itu, tak lupa dengan jari lentiknya yang mengusap ribuan helai rambutnya untuk menenangkannya.

"Sayang, udah ya? Jangan sedih lagi, Kakak gak akan suka." Imbuh wanita yang memeluknya. Cukup lama Juno menangis dalam pelukan Kaliasha, sulit baginya untuk menerima. Sulit baginya untuk mengikhlaskan apa yang sudah Ia jaga sepenuh jiwa bahkan rela memberikan seluruh hidupnya.

Hingga, setelah air matanya reda, Ia mulai bangkit mendekati nisan itu, menciumnya dengan lama dan penuh kasih sayang. Lagi, air matanya terjatuh untuk kesekian kalinya.

"Nak, Papa janji. Papa akan jaga semuanya. Semua akan baik-baik saja." Ujarnya lalu memeluk nisan putranya. Asha disana berusaha mati-matian untuk tak membiarkan kristal bening itu meluncur seenaknya membasahi pipi mulusnya.

"Anak Papa.. Papa pulang dulu ya, Nak. Papa sama Mama bakal sering kesini, jangan khawatir, Kamu gak akan kesepian." Tangan kekar itu mengusap pelan nisan tersebut lalu bangkit berdiri.

Wanita yang sedari tadi bersamanya pun menyusulnya berdiri, sang pria melayangkan tatapan lembutnya pada sang istri, lalu menyunggingkan senyuman indahnya dan merentangkan kedua tangannya tuk menyambut wanita itu kedalam dekapannya. Wanita itu praktis berhambur kedalam pelukan Juno, melingkarkan tangannya pada pinggang Juno dengan erat. Menghirup aroma mint yang menguar pada pria itu dalam-dalam, membiarkan sensasi tenang dan damai itu memenuhi dirinya.

"Terima kasih Cha. Terima kasih Kamu masih disini."

●●●

NAWASENA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang